Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Salam Terakhir

4 September 2018   09:45 Diperbarui: 4 September 2018   19:36 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saat kamu menggerakkan jari-jarimu dan melukis angan tentang kita di cakrawala, akhirnya aku benar-benar tahu, kamulah satu-satunya alasan bagiku untuk pulang."

Dan kamu adalah satu-satunya alasan jari-jariku bergerak melukiskan angan tentang kita.

"Jawablah, sekarang ke mana lagi aku harus pulang?"

Aku membisu. Cakrawala senja itu kembali terbayang. Ada yang terlupa waktu itu.

"Jawab aku."

Salam terakhir. Seandainya aku menuliskannya di cakrawala kala itu agar kau bisa melihatnya saat duduk di pematang sawah untuk menjemput senja-senja kita.

Sudut matamu merebak basah. Aku ingin menyekanya, tapi aku tak lagi bisa. Maafkan aku, karena tak menepati janji berada sisimu untuk menyaksikan burung-burung itu pulang. Sungguh, maafkanlah aku.

***

TD, 4 September 2018

: selamat jalan abangku na burju, damailah di sisi Bapa di surga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun