Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Kambing-kambing yang Terangkat ke Langit

27 Mei 2018   17:37 Diperbarui: 28 Mei 2018   02:26 2355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: thespruce.com

Usahaku tampaknya berhasil. Beberapa orang mendekati mejaku dan ingin bergabung. Dua di antaranya adalah teman sekolahku dan sisanya adalah mereka yang bekerja di koran terbitan lokal. Kebanggaan dalam hatiku semakin menggila. Aku menyilakan mereka memesan apa saja yang mereka inginkan dan berjanji akan membayarnya. Mereka semua tertawa kegirangan dan memanggilku, "Kawan!"

Ketika mereka bertanya dari mana aku memperoleh uang, aku mulai membual tentang emas. Aku membual seperti pemabuk yang kehilangan kesadaran. Mereka menertawakanku. Sial! Aku tak membawa sebutir emas pun untuk membuktikan ucapanku. Tunggu saja, aku akan menunjukkan emas itu pada kalian. Itulah yang kukatakan kepada mereka. Mereka masih tak percaya.

Hari sudah sore ketika kami saling mengucapkan selamat tinggal. Uang penjualan emasku tak bersisa. Bukan masalah, karena aku akan menjual yang lainnya nanti. Aku berjalan pulang ke perbukitan sambil bersiul-siul riang. Dalam perjalanan, aku berpikir untuk membeli kendaraan agar bisa lebih sering mengunjungi kota.

Langit perbukitan tampak cerah malam ini. Aku bergegas masuk ke dalam rumah, menuju karung penyimpanan emasku. Perasaan lega memenuhi dadaku saat ikatan karung terbuka. Seluruh emasku masih berada di sana. Tiba-tiba, aku mendengar suara langkah di belakangku. Saat aku akan berbalik, sebuah benda menghantam kepalaku. Tubuhku rebah ke lantai.

Kau dan mereka yang membaca cerita ini mungkin sudah bisa menduga, orang-orang yang bersamaku di kedai adalah pelakunya. Benar sekali, mereka mengikutiku. Semua ini terjadi gara-gara mulut besarku. Sialan! Mereka merampas sekarung emas milikku di depan mataku. Sebelum kesadaranku lenyap, aku mendengar kambing-kambing itu mengembik keras. Lalu salah seorang dari orang-orang yang bersamaku di kedai berteriak, "Lihat, kambing-kambing itu terangkat ke langit!"

***

Tepian DanauMu, 27 Mei 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun