"Kalau begitu, rayakanlah sepuasnya, Pa. Aku mau papa tetap hidup."
"Kau berbeda, tidak seperti mamamu," papa menepuk-nepuk pundakmu, "setelah besar nanti, jadilah perempuan hebat, jangan seperti dia."
Lalu, setiap hari kau melihat wajah papamu yang berseri-seri sekembalinya dari dunia luar. Kegembiraan itu menular seperti wabah dalam dirimu. Tetapi, kau sesungguhnya terkungkung. Kau melihat papamu merayakan kebebasan miliknya, tetapi kau tak lebih dari seorang penonton. Kau tidak pernah memiliki kebebasan itu. Kau baru menyadarinya setelah papamu mulai membawa pulang beberapa orang perempuan-yang bukan mamamu-dan menyuruhmu untuk melayani mereka.
Udara malam menusuk tulang, tetapi kau seolah sedang berada dalam pelukan hangat seorang kekasih. Sesuatu yang mengganjal di belakang kepalamu terasa seperti bantal empuk yang akan mengantarkanmu menuju dunia mimpi. Kau berharap kebebasan akan segera datang menjemputmu.
"I'll be home for Christmas... If only in my dreams..."* Bibirmu bersenandung lirih. Lagu itu dulu pernah dinyanyikan mamamu saat malam Natal dan papamu belum juga tiba di rumah. Kau menikmati suara merdu mamamu sambil menatap wajahnya yang terlihat berduka.
Kau mendengar gemuruh dan melihat cahaya itu datang mendekat. Kau dipenuhi gairah. Semangatmu meluap-luap hingga akhirnya, cahaya itu akhirnya bertemu matamu. Kau terbebas. Bintang-bintang di angkasa menari untukmu.
Kau sedang merayakan kebebasan milikmu, ketika orang-orang menemukan tubuhmu terbaring di rel kereta api malam itu.
***
Tepian DanauMu, 24 Desember 2017Â
*Salah satu lagu Natal legendaris yang dipopulerkan oleh banyak penyanyi
-Selamat Hari Natal kepada sahabat kompasianer yang merayakannya. Merry Christmas!-