Kau dan Rinai
Â
Hujan meluncur jatuh lewat ujung-ujung atap seng saat kita terjaga.Â
Lapar. Kata yang lebih ngilu dari perpisahan.Â
Apa yang harus kulakukan?
Andai bulir yang jatuh mampu kusulap menjadi butir mutiara
Sungguh, maafkanlah.
Kau yang kupersunting tak kumahkotai dengan bunga.Â
Kedunguan ini melebihi niatku.
Mari mendekat, Sayang.Â
Riuh rinai sedang berdendang.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!