[caption caption="Sumber ilustrasi: www.tooby.demon.co.uk"][/caption]
Minggu ketiga (terinspirasi lagu)
1998…
Hari ketiga. Kapal melaju dengan kecepatan sedang. Malam ini, kapal akan bersandar di Pelabuhan Belawan─tujuan akhir perjalanan. Setelah menurunkan penumpang, kapal akan berlayar pulang ke Pulau Bangka beberapa hari kemudian.
Letih menenteng gitar berkeliling , aku bersandar sejenak. Selama perjalanan, tak bosan-bosannya aku memandangi buih-buih laut, camar-camar, dan hamparan langit luas. Ekor mataku menangkap sosok lelaki muda yang duduk bersila. Seorang diri. Asyik menulis di sebuah buku.
“Sedang apa?” tanyaku.
“Menulis beberapa judul,” jawabnya singkat.
“Kamu…”
“Cuma hobi,” potongnya.
Terus terang sekali, pikirku. Kuulurkan tangan, “Clara.”
“Dalam pertemuan dan perpisahan sesingkat ini, perlukah nama diucapkan?” senyumnya mengembang.
Kalimatnya membuatku tertegun. Sebuah lagu menjelma dalam benakku. Menuntun jemariku untuk memetik gitar. Aku bersenandung lirih, seiring lantunan nada-nada. Tiga menit kemudian, lagu berakhir.
Lelaki muda itu bertepuk tangan. “Kapan-kapan, aku ingin mendengar hasil akhirnya.”
“Maaf, terjadi begitu saja,” kataku merasa konyol.
Kami lalu berbincang. Pengumuman terdengar. Kapal akan tiba di pelabuhan. Aku berpamitan kembali ke kabin. Ketika aku menoleh, lelaki muda itu sedang menatapku. Pipiku memanas.
Penumpang berdesakan, membentuk antrian. Kapal melaju pelan. Kerlap-kerlip cahaya pelabuhan semarak di kegelapan malam. Tiba-tiba, secarik kertas telah berada dalam genggamanku. Kubaca.
Boleh kudengar lagi lagu itu? Jo.
Sederet nomor ponsel dan alamat tertera. Aku tersenyum.
***
Tepian DanauMu, 17 Maret 2016
Sumber inspirasi:
Lagu Langit dan Laut (Banda Neira)
Karya ini diikutsertakan untuk memeriahkan HUT perdana Rumpies The Club
[caption caption="Sumber ilustrasi: RumpiesTheClub@dok"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H