Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Itu Kamu (My Valentine)

13 Februari 2015   16:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:16 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_396464" align="aligncenter" width="600" caption="Sumber Gambar: www.merdeka.com"][/caption]

Sepuluh orang sahabat:

Yani Handayani (Yani)

Seharusnya aku tak menyakiti hati Sam. Lelaki itu terlalu baik untuk disakiti. Selama ini aku sudah bersikap egois.  Sekarang sesal tiada artinya lagi. Apa yang harus aku lakukan?

Sam Trader (Sam)

Apa makna tatapannya itu? Ah... mungkin ini hanya perasaanku saja. Bukankah Yani sudah bahagia bersama La? Lagipula, dia yang menginginkan semua ini terjadi!

Syafriansah Viola (La)

Hmmm... aku benci melihat cara mereka saling memandang. Gadis ini sekarang milikku. Sam hanyalah masa lalu. Tapi, mereka berdua juga sahabatku...

Mega Sari (Mega)

Kini aku punya kesempatan. Sam harus jadi milikku. Aku harus mendapatkannya. Sekarang saatnya. Atau... aku takkan pernah punya peluang lagi...

Ay Mahening (Ay)

Sebagai sahabat, harusnya Yani lebih mendengarkanku. Dia berkata tidak, padahal hatinya jelas-jelas merana. Seandainya saja, dia lebih jujur dengan kata hatinya...

Wahyu Sapta (Sapta)

Sahabatku terlalu terobsesi pada lelaki yang jelas-jelas tak menaruh hati padanya. Menurutku, Mega hanya buang-buang waktu! Lebih baik ia mencari lelaki lain yang tulus mencintainya.

Annie Moengiel (Mungil)

Kasihan Sam. Dia sungguh mencintai Yani. Padahal, Yani tak pernah memberinya kesempatan. Bahkan menuduhnya yang tidak-tidak. Sebaiknya, dia segera mencari gadis lain...

Siti Nur Hasanah(Nur)

Bagaimanapun La harus mempertahankan Yani. Ia layak mendapatkannya. Aku akan selalu mendukungnya.

Septy Yaning(Septy)

Mereka semua sahabatku. Aku tak ingin ada yang terluka. Tapi... apa yang bisa aku lakukan?

Fitri Manalu (Fitri)

Maaf harus meninggalkan kalian semua sahabatku… Aku harus pergi untuk mengejar cita-cita…

Persahabatan mereka terjalin erat sejak masih duduk di bangku kuliah. Sebelum akhirnya cinta itu hadir dan mengoyak jalinan yang terekat. Mereka menamakan dirinya-Rumpies...

***

Tamu-tamu mulai memadati ruangan yang dihiasi pita dan bunga-bunga itu. Namun hening bergaung di sebuah sudut. Tiga pasang mata saling melirik diam-diam. Gadis dibalut gaun cokelat muda duduk diapitdua orang lelaki. Sam dan La. Benci dan rinduterpancar kuat di saat yang bersamaan.Masing-masing berusaha untuk meredamnya. Tapi resah itumasih saja tereka. Gundah.

“Berdua saja?” tanya Sam berusaha memecah keheningan. Kesan basa-basi tersirat jelas di sana.

La menunjukkan aksi posesif. Ia merangkul pundak gadis di sebelahnya. “Ya, memangnya sama siapa lagi? Kamu sendirian?”

Jawaban itu terdengar ketus. Tapi Sam mencoba bersabar. “Nggak, aku pergi dengan Mungil. Dia masih di mobil.”

Hmmm... semoga saja gadis itu segera datang dan menyelamatkanku dari situasi ini.

Gadis yang dirangkul terlihat gelisah dan berusaha melepaskan diri. “Lepaskan lenganmu dari pundakku,” bisik Yani. Semburat merah merona di pipinya.

Loh, memangnya kenapa?” La semakin mengeratkan rangkulannya. “Kamu ‘kan kekasihku!” Lagaknya mengundang perhatian orang-orang di ruangan itu.

Sang gadis kehilangan kata-kata. Terlebih saat melihat lelaki masa lalunya semakin resah. Keresahan itu menular ke hatinya. Seharusnya ia tak berada dalam situasi ini. Sesal membuatnya sesak. Gaun yang ia kenakan seakan terlalu ketat membungkus tubuhnya.

“Apa kabarmu, Yan?” sapa Sam padanya.

Duh, Tuhan… Mengapa lelaki ini malah menyapanya?

“Kabarku baik… Kamu?” Yani berusaha bersikap wajar sebisa mungkin.

Sedetik kemudian mereka bertatapan. Gadis itu segera menyadari. Ada sesuatu yang keliru dalam hatinya. Penyesalan? Rasa bersalah? Entahlah...Tiba-tiba saja ia merasa seharusnya bersama lelaki di hadapannya. Sam. Bukan La.

La berdehem. “Kurasa kita harus segera bergabung dengan tamu-tamu yang lain,” kata La pada gadis di sampingnya. Mimiknya menunjukkankekesalan.

Baru saja La menggamit lengan kekasihnya, Mungil menyapa mereka. “Hai… apa kabar, La?” sapa gadis itu sebelum menyapa Yani sekilas saja. Sekadar basa-basi.

“Baik, kamu kelihatan makin cerah….” jawab La berubah lebih rileks.Meski keningnya sedikit berkerut melihat sikap gadis itu pada Yani.

Mendengar gurauan La, gadis yang baru tiba tergelak. Sejak mereka masih kuliah, gadis itu memang dikenal periang dan ramah pada semua orang. Ia selalu berhasil membawa suasana lebih santai dan penuh tawa. Tak biasanya ia bersikap seperti itu pada Yani.

“Lama amat... Ngapain aja sih?” tegur Sam sebal.

Rapiin riasanku, Sam. Apanya yang lama? Cuma beberapa menit, kok,” jawab Mungil santai.

“Tapi...”

“Sudah, sudah... Tuh, acara pertunangan mau dimulai. Yuk!”

Mereka berempat menuju ke tengah-tengah ruangan. Mega yang datang bersama Sapta segera menghampiri mereka berempat. Salaman dan pelukan mewarnai pertemuan para sahabat yang lama tak bersua. Menyusul kedatangan Ay dan Nur tepat sebelum acara dimulai. Persahabatan yang dimulai sejak kuliah seakan menemukan alirannya kembali. Meski cinta sempat menahan lajunya...

Ketika Septy menuruni tangga menemui calon tunangan dan seluruh undangan yang hadir, para sahabat terkesima. Hari ini gadis bergaun putih itu secantik bidadari. Septy menoleh sekilas dan tersenyum pada mereka semua. Gadis itu terlihat antusias memulai lembaran kebahagiaannya.

Saat acara itu berlangsung lancar dan Septy akhirnya resmi bertunangan, delapan sahabat diliputi keharuan. Turut larut dalam bahagia. Tak terkecuali Yani. Hingga ia menangkap sorot mata penuh makna gadis itu pada lelaki di sebelah kirinya. Sam. Mereka terlihat lebih akrab dari biasanya.

Seharusnya ia tahu bahwa ini akan terjadi. Sejak dulu, Mega diam-diam menyukai mantan kekasihnya itu. Padahal memasuki akhir perkuliahan, Sam terang-terangan menyatakan isi hatinya pada Yani. Gayung bersambut. mereka berdua mulai merajut kasih. Mega yang kecewa mulai menjaga jarak dengannya. Syukurlah, sebelum berangkat ke luar negeri melanjutkan studi, Fitri berpesan bahwa mereka harus berdamai. Kalau tidak, ia akan membatalkan kepergiannya. Mereka akhirnya saling memaafkan dengan tulus disaksikan oleh semuanya.

Tapi kini, sesuatu bergemuruh di dada Yani. Ia sungguh-sungguh tak tahu... saat ini sesal atau atau rasa bersalah yang lebih kuat mencengkramnya. Mungkin juga... itu cemburu.

[caption id="attachment_396463" align="aligncenter" width="500" caption="Sumber Gambar:sahabatkado.blogspot.com"]

142373015578803896
142373015578803896
[/caption]

***

“Aku ‘kan sudah bilang dari awal. Kamu pasti akan menyesal,” desis Ay siang itu. Mereka sedang makan siang bersama di sebuah restoran dekat kantor Yani. Ay memang sangat menentang keputusannya untuk memutuskan hubungan dengan Sam. Ia tahu persis sahabatnya itu akan merana setelahnya.

“Maaf... kamu benar. Aku salah mengambil keputusan...” sesal Yani. Ia baru saja mendengar kabar dari Sapta bahwa Mega akan berjuang untuk mendapatkan hati La.

“Untuk apa bilang maaf? Kamu tahu sendiri kalau Mega sudah berniat,” sergah Ay.

Yani tercenung. Ay benar. Ia gegabah mengambil keputusan. Hanya karena Sam sedang sibuk merintis usaha di bidang ekspedisi, ia malah menerima ajakan-ajakan La untuk hang out berdua. Perhatian-perhatian yang diberikan La tanpa ia sadari justru membuatnya bimbang. Sebenarnya, Sam tak pernah keberatan bila Yani pergi tanpa dirinya. Apalagi bila beramai-ramai dengan Rumpies lainnya. Saat Sam menasihatinya, Yani tak terima. Ia protes. Terlebih saat lelaki itu mengingatkan bahwa La punya perasaan khusus padanya. Yani tahu itu. Tapi... bukankah La itu sahabat mereka juga?

Puncaknya adalah saat Sam memergoki mereka sedang makan malam berdua. Kekasihnya itu hanya diam saja. Tapi amarah jelas terbaca di wajahnya. Yani yang terkejut malah mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan. Ia tak ingin disalahkan. La berusaha meredakan gadis itu. Tapi terlambat. Yani telanjur mengucapkan kata putus. Sam berlalu. Meninggalkan mereka berdua begitu saja. Tapi sejak malam itu, ia mulai menjaga jarak dengan keduanya.

La terus berusaha mendapatkan hati Yani. Lambat laun, gadis itu belajar menerima ketulusan La. Meski sulit, ia tak mungkin menarik kembali kata-katanya pada Sam. Apalagi saat mendengar kabar bahwa reaksi lelaki itu malah biasa saja saat tahu dirinya sudah bersama La. Padahal sebenarnya gadis itu berharap, Sam akan berusaha untuk merebut hatinya kembali. Namun ternyata Sam tetap bersembunyi dalam diamnya. Hingga akhirnya mereka bertemu di pertunangan Septy...

Ponsel Yani bergetar panjang. Mega tertera di layar. Gadis itu ragu, lalu menunjukkannya pada Ay.

“Angkatlah. Cepat atau lambat harus dihadapi. Pesanku cuma satu. Perjuangkan perasaanmu yang sesungguhnya,” ujar sahabatnya itu.

“Halo.”

Suara Mega membalas sapaannya dari ujung sana.

“Ada apa, Meg?” tanya Yani.

Mmm... bisa nggak kita ketemu sore ini? Itu... kalau kamu nggak sibuk,” imbuh Mega buru-buru.

Yani terdiam beberapa saat. Sahabatnya itu pasti ingin bicara tentang Sam. “Baiklah, sampai bertemu nanti sore.” Klik. Sambungan terputus.

Ay menatap Yani penuh tanya. “Bagaimana?”

“Seperti yang kamu bilang, aku harus menghadapinya.”

***

Sebaiknya kamu merubah pikiranmu!” tegas Sapta sebelum Mega berangkat menemui Yani sore itu. Ia benar-benar tak habis pikir. Untuk apa Mega bersikeras mengejar Sam? Jelas-jelas lelaki itu tak mencintainya! Meski sekarang Sam sudah sendiri, tetap saja hatinya hanya milik Yani. Lelaki itu sendiri yang bercerita bahwa ia sulit melupakan sahabat mereka itu.

“Ayolah Sapta, kali ini dukung aku. Aku nggak salah apa-apa. Yani sendiri yang memutuskan Sam. Iya, ‘kan?”

“Aku tahu. Tapi Sam ‘kan sahabat kita juga. Kamu tega membuat dia terpaksa menyukaimu?”

Mega menggeleng. “Aku hanya berjuang supaya dia menyukaiku. Itu cukup adil, bukan?”

“Tapi kamu akan menyakiti hati Yani...”

“Itulah mengapa aku berniat menemuinya. Supaya semuanya jadi jelas.”

Sapta mendesah panjang. Sepertinya ia takkan mampu merubah pendirian gadis keras kepala ini. Tapi ia juga tak mungkin menyampaikan apa yang dikatakan Sam. Lelaki itu menyuruhnya menyimpan rahasia itu rapat-rapat...

***

Sepuluh sahabat dulu sering menghabiskan waktu di sini. Kedai bakso itu tak jauh dari kampus tempat mereka bersepuluh menuntut ilmu. Sang pemilik bahkan sudah hafal betul dengan Rumpies. Saat dua gadis itu memasuki kedai, lelaki tua itu malah heran melihat mereka hanya berdua saja.

Setelah berbasa-basi sebentar dengan sang pemilik, Mega dan Yani memilih meja yang menjadi favorit Rumpies. Beberapa menit kemudian dua mangkuk bakso sudah mengepul di hadapan mereka. Disusul dua gelas es kelapa muda kemudian. Menu sederhana itu menunggu dua orang sahabat selesai menuntaskan perkara hati.

Oke, kamu bisa mulai sekarang,” ucap Yani pelan.

Mega mengumpulkan kekuatannya untuk berterus terang. “Ini tentang Sam. Kamu tahu ‘kan, perasaanku padanya?”

Gadis di hadapannya tertegun. Pikirannya kembali pada masa-masa awal perkuliahan mereka dulu. Saat Mega mengutarakan kekagumannya pada sosok Sam yang selalu bersikap lebih dewasa dari mereka semua. Lalu sahabatnya itu mulai menceritakan rahasia hatinya. Sebelum diam-diam patah hati sewaktu Sam malah memilih gadis lain. “Ya, aku tahu...”

“Maaf, bila aku lancang. Tapi sesama sahabat, kupikir lebih baik aku jujur padamu. Aku... ingin berusaha meraih hatinya,” ungkap Mega bergetar. Memang tak mudah mengucapkan pengakuan itu. Mega tahu jalan yang dilaluinya akan terasa berat. Karena jauh dalam hatinya, ia meyakini bahwa Sam dan Yani masih memendam perasaan yang sama.

Yani mengepalkan jemarinya di bawah meja. Berusaha tegar. “Seperti yang kamu tahu, aku dan Sam sudah selesai. Kamu bebas mendapatkannya.”

“Kamu serius?” Mega meminta penegasannya.

“Tapi, aku harus jujur padamu tentang satu hal. Aku... masih sangat mencintainya.”

Mega terpaku mendengar kalimat sahabatnya.

Mereka berdua menikmati bakso dalam diam. Meskipun Yani menikmati suapan demi suapan, pikirannya jauh menerawang. Selintas wajah Sam terbayang. Pedih. Seharusnya, ia tak pernah melukai hati lelaki itu...

***

Sam merasa akhir-akhir ini seluruh pekerjaannya tak ada yang becus. Meski Mungil tak henti-hentinyamenasihati agar ia mencari gadis lain saja, benaknya selalu dipenuhi oleh Yani. Kadang-kadang La juga ikut melintas di sana. Seandainya saja dulu ia tak mengizinkan cinta masuk ke dalam ikatan persahabatan mereka, tentu situasinya takkan seperti ini. Persahabatan Rumpies pasti akan tetap terjaga. Ditambah lagi akhir-akhir ini Mega mulai mendekatinya. Semakin rumit saja masalah yang harus ia hadapi.

Sudah saatnya ia mengakhiri semua keresahan ini. Sam menekan sederet nomor di ponselnya. Terdengar nada panggil sebelum ponsel diangkat.

“Halo.” Suara di seberang sana terdengar ragu.

“Boleh kita bicara?”

“Kapan?”

“Nanti malam bisa? Aku ke rumahmu.”

“Oke, kutunggu.”

Saat percakapan singkat itu terputus, Sam menghempaskan tubuh di kursi kerjanya. Apa yang sebaiknya ia katakan nanti malam?

Ketika Sam sedang berpikir keras, di kantornya justru La sedang diliputi keheranan. Sebenarnya apa yang akan dibicarakan Sam? Mungkinkah ini soal Yani? Sejujurnya, sampai sekarang La masih merasa gadis itu tak pernah mencintainya. Terkadang ia merasa Yani sedang menatap orang lain. Tapi ketika hatinya bimbang, saat itu pula Nur selalu menyemangatinya. Sahabatnya itu selalu mendukungnya dan berkata, ketulusan akan membuat dia layak mendapatkan hati gadis yang dicintainya...

***

“Bagaimana kabarmu?” Sam mencoba bersikap akrab. Mereka dulu pernah benar-benar dekat. Sebelum cinta mengusik persahabatan dalam seketika.

“Baik, seperti yang kamu lihat,” jawab La datar. Ia beranjak sebentar menghidupkan musik dengan volume rendah. Lalu kembali duduk di sofa bersama Sam.

“Mungkin kamu sudah menebak tujuanku kemari,” lanjut Sam.

“Soal Yani?”

Sam mengangguk. “Karena kita bersahabat, aku harus jujur padamu. Sampai saat ini, aku belum bisa melupakannya...”

“Tapi dia sudah bersamaku!” bantah La keras.

“Tenanglah...” bujuk Sam. “Bukan maksudku merebutnya darimu.”

La terlihat bingung. “Lalu? Apa maksudmu bicara semua ini?”

“Aku hanya ingin kamu tahu. Aku mohon... kamu benar-benar tulus menyayangi dan menjaganya untukku.”

Lelaki yang duduk di sampingnya tertegun. Cinta Sam teramat besar. Entah mengapa, La merasa secuil rasa malu mulai mengusiknya.

Sam menepuk pundaknya. “Sekarang kita bicara yang lain. Tadi Septy menghubungiku. Rumpies berkumpul besok di rumah Nur. Seperti tahun-tahun sebelumnya.” Mereka memang selalu melakukannya pada Hari Kasih Sayang. Dengan harapan tulusnya persahabatan akan kembali melintasi jalurnya setelah lelah menghindari benturan kerikil-kerikil tajam dalam perjalanannya.

La menepuk keningnya. Nyaris saja ia lupa. Padahal Nur sudah memberitahunya kemarin. “Terimakasih sudah mengingatkan. Hampir aku lupa...”

Mereka masih berbincang santai sejenak sebelum Sam pamit. Sepeninggal sahabatnya, La termenung. Pengakuan Sam membuatnya berpikir panjang. Ia sungguh tak tahu harus berbuat apa...

[caption id="attachment_396583" align="aligncenter" width="500" caption="Sumber Gambar: gambardanfoto.com"]

1423795220136297893
1423795220136297893
[/caption]

***

Halaman rumah Nur yang luas sore itu sudahberhias. Mejabesar yang dipenuhi berbagai hidangan yang menggugah selera terlihat ditaman samping rumah. Balon hias dan pita merah muda semakin menyemarakkan suasana. Nur memang selalu menjadi tuan rumah terbaik bagi Rumpies.

Yani segera menyapa tuan rumah saat tiba. “Hai...” Mereka berpelukan. Ia datang bersama La. Semua sahabat sudah ada di sana. Juga Sam...

Gadis itu menyalami para sahabat satu-persatu. Sedangkan La masih asyik bicara dengan Nur. Saat tibadi hadapan Sam, gadis itu berhenti sejenak sebelum mengulurkan tangannya. “Selamat Hari Kasih Sayang, Sam...”

Sam menyambut uluran tangan itu. “Sama-sama...” Namun Sam sama sekali tak mau melepaskan genggamannya dari gadis itu.

“Sam... apa yang...”

“Kumohon, bisakah kita saling melupakan semuanya hari ini? Please... aku masih mencintaimu.”

Keharuan menguasai hati gadis itu. Tapi La.... Dia bahkan ada di sini! “Maaf, Sam. Aku...”

“Ayolah, Yani,” sela La. “Sam juga sudah memaafkanmu.”Lelaki itu sudah berada di samping Sam.

“Ya... sebelum kamu menyesalinya,” imbuh Mega.

Seluruh sahabat sudah mengelilingi mereka berdua. Yani terheran-heran lalu memandang sahabatnya berganti-ganti. Terutama La dan Mega. Sebenarnya, apa yang terjadi?

“Ini semua ulahku. Aku yang menghubungi semua orang.” Septy tersenyum. “Aku nggak mau sahabatkusaling menyakiti.

“Kami tahu kalian itu masih saling menyayangi,” timpal Ay.

“Lalu… kami berkumpul membicarakan ini,” kerling Nur.

Kapan?” tanya Yani mengernyitkan dahi.

“Tadi malam…” gelak Mungil. “Setelah menculik La dan Mega. Kalian berduabenar-benar pembuat onar! tunjuknya pada Mega dan La pura-pura galak. Semua tertawa riuh.

Mega dan La meraih dua tangan yang masih saling menggenggam. Wajah mereka menunjukkan penyesalan.

“Maafkan kami. Kami malah mengacaukan hubungan kalian,” sesal La.

“Kami bukan sahabat yang baik,” tambah Mega.

“Hei… hei… sudah! Kok jadi sedih begini?” protes Nur. “Sekarang giliran Yani…”

Gadis itu tersenyum malu ke arah Sam. “Maafkan aku, Sam… Karena nggak memikirkan perasaanmu…”

Sam tak menjawab. Lelaki itu hanya tersenyum dan mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sebuah kalung memantul indah. “Untukmu. Selamat Hari Kasih Sayang, Sahabatku.” Lelaki itu terbatuk sebentar. “Juga kekasihku...”

Para sahabat kembali tertawa. Yani menerima hadiahnya sambil tersipu. Seluruh sahabat merangkul mereka berdua. Momen indah persahabatan penuh kasih sayang ini takkan pernah terlupakan…

Tlah aku mengerti

Betapa sulit

Untuk kembali

Dan mempercayai penipu ini

Sekali lagi

Pemeran utama hati

Pemicu detak jantung ini

Baru kini kusadari

Setelah berlayar pergi

Itu kamu...

Ya aku wanita

Yang seharusnya lebih perasa

Tapi malah aku mencabik

Lukai kau yang baik

Buat hatimu sakit

Meski malu untuk akui

Aku mau...

Kau kembali

Pemeran utama hati

Pemicu detak jantung ini

Baru kini kusadari

Setelah berlayar pergi

Ohh.. ohh..

Ohh.. ohh...

Pemicu detak jantung ini

Baru kini kusadari

Setelah berlayar pergi

Itu kamu...

Ohhh....[1]

***

Samosir, 13 Februari ’15 (Tepian DanauMu)

***

Selamat Berbagi Momen Kasih Sayang…

(Rumpies)

[1] Lirik lagu Pemeran Utama yang dipopulerkan oleh Raisa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun