Mohon tunggu...
Fitri Yani
Fitri Yani Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ra

26 April 2018   17:46 Diperbarui: 26 April 2018   17:41 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika kami duduk berdua di pantai sore hari, Raka pernah mengatakan padaku bahwa dia suka matahari. Dia sangat suka ketika kata Ra yang artinya matahari mampu menjadi perumpamaan nama kami. Setelah itu dia sangat gemar untuk memanggilku dengan sebutan Ra bukan Rara. Tapi aku tidak pernah keberatan, aku menyukai hal-hal yang berkaitan dengan Raka, termasuk permintaannya kepadaku, bahkan setiap hal yang seharusnya membuat aku kecewa, tak pernah berhasil membuat perasaanku untuk Raka menghilang.

Sebenarnya, aku takut suatu hari Raka akan meninggalkanku. Aku takut menyesal karena sudah mencintainya dengan sangat. Aku takut menyesal karena sudah dengan rela memberikan semua milikku untuk Raka. Ya, semuanya. Aku takut ternyata suatu saat nanti semuanya tak berarti apa-apa. Karena, jika Raka meninggalkanku, maka rasanya hidupku tak berarti lagi sebagai wanita.

***

Satu tahun sudah perjalanan hubunganku bersama Raka. Semakin hari aku semakin merasakan ada yang berbeda. Apa benar yang sering orang-orang katakan bahwa cinta hanya manis di awal saja?. Aku merasa Raka selalu menghindar  untuk bertemu denganku ataupun hanya untuk sekedar berkomunikasi. Raka tak lagi punya waktu untuk kita berdua. Aku merasa seperti ada orang lain. Entah siapa.

Sekarang, setiap harinya aku lakukan sendiri, aku jalani hanya bersama rinduku yang besar pada Raka. Tapi dia tetap minim kabar, sedangkan aku hanya bisa sabar. Aku tak ingin hubungan ini berakhir hanya dengan hal konyol perihal jarak dan waktu. Aku ingin tetap mempertahankan, karena aku sadar bahwa kehilangan bukan hal yang pernah aku bayangkan dalam hubungan.

Sampai suatu hari itu tiba, saat aku harus rela kehilangan segalanya.

Raka menemuiku, bukan dengan alasan rindu. Aku bahagia bisa menatap matanya lagi, rasanya aku ingin menangis kencang karena saking rindunya. Tapi aku urungkan tangisanku, karena raut wajah Raka, sedikitpun tak tampak bahagia. Aku juga tak ingin menangis didepan mantan kekasih Raka yang sekarang berdiri di sampingnya. Dara.

Aku paham sekarang, memang ada orang lain diantara kami. Atau mungkin dari awal sebenarnya aku adalah orang lain diantara mereka?. Karena Ra, mungkin adalah Dara bagi Raka, bukan Rara. Selama ini aku hanyalah bayangan Dara yang hidup di mata Raka. Di hatinya? Aku tak pernah ada.

Dengan begitu egois Raka mengucapkan pamit. Dengan begitu egois Raka memintaku melupakan kisah kasih kami. Tak sedikitpun ia menanyakan rindukah aku padanya, tak sedikitpun ia ingin tahu bagaimana perasaanku jika ia pergi bergitu saja. Dengan begitu egois, dia pergi bersama wanita lain, berjalan menjauhiku. Dia telah menghancurkan aku sejadi-jadinya. Atau mungkin aku yang telah menghancurkan diriku sendiri karena mempercayakan seluruh milikku padanya. Siapapun yang menjadi alasan, intinya, aku tetap hancur tak bersisa. Aku tak pernah bisa kecewa padanya sampai kapanpun. Kali ini pun sama, aku tidak kecewa.

Tapi, aku yakin aku telah sangat membencinya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun