Handphone ku buka.
Karenanya kedokmu, ku tahu.
Kau perempuan begitu pula saya.
Saya tak bisa diamkan ini.
Karena ini untuk kedua kalinya.
Saya memaafkanmu, meski hati teriris sembilu.
Sudah beberapa kali pemintaan maaf dilayangkan.
Dengan baik hati saya memaafkanmu.
Puisi ini kubuat hanya pelampiasan.
Karena sakit hatiku tak terbendung.
Siapa yang disalahkan?
Siapa yang menyalahkan?
Dalam hal ini perasaan tak bisa disalahkan.
Dengan menulis semua perasaan tertuang.
Tanpa ada yang melarang.
Selagi jemariku masih bisa menari indah di atas kayboard.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI