Oleh: Fitri Hidayah
"Jangan menilai saya dari kesuksesan, tetapi nilai saya dari seberapa sering saya jatuh dan berhasil bangkit kembali"
Perempuan dan Pemimpin
Pemimpin yang tepat adalah pemimpin yang "diciptakan", bukan pemimpin yang tiba-tiba "dimunculkan" dengan berbagai macam pencitraan positif untuk mengesankan bahwa calon pemimpin itu  memang akan menjadi pemimpin masa depan yang tepat. Karena "diciptakan", berarti ada proses yang mendahuluinya, bukan mak bedunduk jadi. Karena melalui proses, berarti ada ilmu dan pengalaman langsung yang diperoleh melalui serangkaian peristiwa langsung, sehingga tidak menjadi pemimpin yang kagetan dan mempunyai "bekal" yang mumpuni.
Itulah yang sebenarnya tidak disadari banyak orang, tentang Puan Maharani, anak dari Megawati Soekarno Putri yang sudah mempunyai nama besar, sekaligus cucu dari sang Proklamator Indonesia yang sekaligus menjadi Presiden Pertama RI, Soekarno. Puan belajar berpolitik secara mandiri dari kehidupannya yang dekat dengan politik. Itulah yang menjadi "berkah" bagi Puan. Pengalaman empiris seperti itu tidak bisa didapatkan oleh banyak orang. Ini yang menjadi kelebihan Puan Maharani. Ia "terlibat" secara langsung dalam pembelajaran berpolitik secara genetis, terutama dari Ibundanya.
Namun, yang perlu diketahui, Puan tidak serta merta terjun di dunia politik tanpa bekal ilmu dan pengalaman yang mumpuni. Puan lebih memilih mematangkan dirinya terlebih dahulu melalui pendidikan dan aktif dalam banyak organisasi, termasuk KNPI. Tidak hanya itu, Puan juga menerjunkan diri menjadi jurnalis sebagai bagian dari proses pembelajarannya terhadap politik dan kebangsaan. Ketika merasa sudah matang secara keilmuan, pengalaman, dan secara psikologis, barulah seorang Puan Maharani terjun ke dunia politik secara langsung pada tahun 2006 ketika mencalonkan diri menjadi anggota DPR RI dan sukses dengan suara yang begitu memuaskan.
Puan Maharani: Sang Inspirator Perempuan Indonesia
Posisi Puan Maharani sebagai Ketua DPR RI sangat lekat dengan nilai-nilai yang diperjuangkan Kartini. Puan berjuang untuk mendorong isu kesetaraan dalam hak pendidikan dan mendorong perempuan untuk percaya diri dalam berkarir. Di bawah kepemimpinan Puan Maharani, wajah parlemen, juga tak hanya terlihat tajam dalam fungsi monitoring, tetapi juga responsif dalam isu-isu keadilan gender.
Kiprahnya sungguh menjadi inspirasi kaum perempuan di negeri ini. Di bidang legislatif, Puan memimpin pengesahan UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) pada Rapat Paripurna DPR. Kehadiran UU itu menjadi salah satu bukti peran dan keberpihakan Puan kepada kaum perempuan Indonesia. Beberapa organisasi perempuan turut hadir untuk menyaksikan pengesahan UU TPKS dan berterima kasih karena Puan merealisasikan komitmennya.
Selain itu, Puan juga menjadi inisiator RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) yang akan menjadi bentuk perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak Indonesia sebagai generasi penerus bangsa. Puan, yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) itu mengawal dinamika RUU TPKS dari pertama kali diusulkan pada 2016, dan menjadi salah satu tokoh yang memperjuangkan pengesahan UU TPKS.