Hari ibu adalah momen penting yang dirayakan di seluruh dunia. Meskipun tanggal perayaannya di setiap negara bisa jadi berbeda, tetapi maknanya bagi semua orang tentu akan sama. Bagaimana pentingnya peranan ibu bagi anak, bagaimana pentingnya peranan istri bagi suami. Bagaimana anak kembali mengingat kasih sayang dan jasa ibu kepadanya dan bagaimana suami membalas dukungan dan kasih sayang istrinya.
Buat saya sendiri, hari ibu tiap tahun sangat spesial karena ulang tahun ibu saya jatuh bertepatan dengan hari ibu di Indonesia, yaitu tanggal 22 Desember. Ibu yang tahun ini berusia 67 tahun, selalu saya panggil mama. Seperti halnya 3 tahun ke belakang, di hari ulang tahunnya hari ini saya hanya bisa merasakan suara kegembirannya lewat telefon karena terpisah tempat yang cukup jauh. Mama tetap sama, selalu bilang "Sehat" kalau saya tanyakan kabarnya, "Lagi Nonton Sinetron" kalau saya tanyakan lagi apa.
Di negara tempat saya bermukim sekarang, Iran, hari ibu memang tidak dirayakan sama dengan di Indonesia. Dengan esensi yang sama namun praktek yang berbeda dengan di Indonesia, ada satu hal yang membuat saya kagum dengan para lelaki Iran. Bagi setiap keluarga, peranan anak lelaki adalah sangat penting. Berbeda halnya dengan anak perempuan yang setelah menikah mengikuti suami, maka meskipun setelah menikah anak lelaki tetap harus memperhatikan dan menjaga kedua orang tuanya. Beda ya, dengan beberapa kondisi di Indonesia yang pernah saya lihat di mana setelah semua anak-anak menikah orang tua cenderung dekat dengan anak perempuan, bahkan tinggal bersama anak perempuannya. Mungkin mereka merasa lebih nyaman dengan anak perempuannya sendiri dibandingkan dengan menantu perempuannya yang sehari-hari harus mereka hadapi. Maka, di Indonesia jadi anak perempuan akan mendapat pahala lebih karena selain mereka patuh pada suami, mereka juga mampu menyenangkan orang tua, terutama ibu. Menantu perempuan bagaimana dong? Ya gitu deh.. hehe.. jangan begitu, karena saya juga adalah seorang menantu bagi bapak-ibu mertua saya. Meskipun jauh, saya dan suami cukup intens menanyakan kabar kepada mereka. Meskipun sampai sekarang saya masih jet lag mengenai tanggal ulang tahun bapak dan ibu mertua karena suami saya yang nota bene anak mereka pun kalau saya jawab pasti bilangnya, Lupa. Pe er nih bagi saya.. Salah satu resolusi tahun depan..
Kembali lagi ke cerita anak lelaki di Iran. Entah berhubungan atau tidak antara aturan warisan secara Islam, di mana anak laki-laki adalah 2 kali anak perempuan, dengan kewajiban mengurusi orang tua bagi anak lelaki, namun hal ini berdampak cukup besar terhadap keputusan wanita non Iran untuk menikahi lelaki Iran. Ketika saya bertanya kepada salah satu mahasiswi yang sedang kuliah di sini dan kebetulan masih jomlo, "kenapa nggak cari calon suami orang Iran saja, wong ganteng-ganteng kok?", ia berkata, "nggak ah, nanti kita harus tinggal di sini dong". Ternyata ganteng itu nggak menjamin juga ya.. Karena kecenderungannya, orang tua lelaki Iran akan mengharuskan anak lelakinya untuk menetap di Iran agar kemudian dapat menjaga mereka ketika tua. Sehingga banyak juga para wanita Indonesia yang berpikir berulang kali sebelum akhirnya menikahi pria Iran, karena setelah mereka menikah dan menetap di Iran maka otomatis status kewarganegaraan mereka pun akan berubah menjadi warga negara Iran. Sebuah keputusan yang cukup sulit.
Seperti pengalaman landlord apartemen saya, anak lelakinya menikahi wanita Filipina dan kemudian mereka tinggal di Filipina. Sampai sekarang dia selalu berbicara kurang baik mengenai menantunya, bahkan ketika anak lelakinya menikah, mereka pun tidak menghadiri pesta pernikahannya. Meskipun begitu, landlord saya masih cukup baik kepada anak lelakinya, karena setiap bulan masih memberikan uang saku. Ya, kebiasaan di Iran, orang tua laki-laki masih memberikan uang saku meskipun anak lelaki mereka telah menikah. Tetapi anak perempuan tidak lagi diberi uang saku karena sudah ada yang menyokong anak mereka.
Bagaimana pun, diberi uang saku atau tidak, kita sebagai anak sudah seyogyanya menyenangkan orang tua, terutama ibu, sesuai kemampuan kita, ya minimal tidak menyusahkan ya.. Jangan sampai ibu menangis karena kita. Usahakanlah agar setiap langkah kita mendapat doanya..
Selamat Hari Ibu, buat Mama Parakan dan Mama Banyubiru..
Soon we will meet..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H