Mohon tunggu...
Fitri Haryanti Harsono
Fitri Haryanti Harsono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis di Kementerian Kesehatan RI

Akrab disapa Fitri Oshin | Jurnalis Kesehatan Liputan6.com 2016-2024. Spesialisasi menulis kebijakan kesehatan. Bidang peminatan yang diampu meliputi Infectious disease, Health system, One Health, dan Global Health Security.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Timnas Garuda, Skor Vs Harga Diri Bangsa

8 September 2011   07:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:08 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="451" caption="Pemain TimNas,Hamka Hamsah berebut bola dengan pemain Bahrain sumber beritasore.com"][/caption] Hangat dalam ingatan seluruh masyarakat Indonesia hasil pertandingan Pra Piala Dunia 2014 antara Indonesia vs Bahrain yang baru usai hari Selasa, 6 September 2011  kemarin. TimNas Garuda kalah telak 0-2 dari Bahrain. Kekalahan TimNas tersebut masih ramai diperbincangkan hingga hari ini. Beragam komentar kekecewaan, kekesalan, kemarahan dan segala komentar ke-ironis-an keluar dari mulut jutaan masyarakat Indonesia yang menyaksikan pertandingan ataupun yang mengikuti update berita bola.

Para penonton yang hadir di stadion Gelora Bung Karno, Jakarta pasti sangat kecewa, bagaimana tidak? Mereka sudah berjuang mendapatkan tiket dan meramaikan stadion tapi hasil pertandingan sungguh mengecewakan hati. Hasil pertandingan yang menuntut skor memuaskan hilang ditambah pula aksi petasan dan kembang api dari para supporter Indonesia berakibat pertandingan tertunda beberapa menit hingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menonton pertandingan langsung itu keluar meninggalkan area stadion GBK sebelum pertandingan usai. Komentar mengenai tindakan Presiden SBY banyak bermunculan di jejaring-jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter bahkan beberapa kompasianer sudah menuliskan mengenai hal tersebut.

Ya, kecewa, marah juga emosi rasanya wajar tapi melalui pertandingan itu ada esensi positif yang dapat kita ambil. Esensi pertama mengenai skor itu sendiri. Skor pertandingan memang menentukan kalah dan menang. Namun, aplikasi pandangan skor ini bagi masyarakat Indonesia yang mendukung TimNas Garuda rasanya salah diartikan secara rasional. 1. Prediksi gol : para komentator sepakbola, supporter hingga kebanyakan penonton masyarakat Indonesia memprediksikan gol TERLALU BERLEBIHAN, ada yang memprediksikan TimNas menang 2-1, 2-0 kalau perlu 3-0. Bukan tidak boleh memprediksikan gol tapi sewajarnyalah dengan pandangan kita mengenai lawan tanding apakah mungkin prediksi gol itu dapat dicapai oleh TimNas?? 2. Sejarah hasil tanding dan skor : setiap akan laga tanding pasti sejarah tanding dengan lawan tersebut dikuak, hasil skor yang diperoleh dikomentarkan dan diprediksi skor tanding yang akan datang. Prediksi skor dari sejarah laga tanding sebelumnya rasanya tidak dapat dijadikan prediksi karena kita bersama mengetahui bahwa filosofi bola adalah bola itu bundar............ 3. Sikap optimis : dalam bertanding sikap optimis perlu dikembangkan sebagai bentuk rasa percaya diri. Optimis yang berlebihan justru berdampak negatif. Keyakinan dan kepastian lebih dari 50% terhadap TimNas yakin akan menang skor termasuk luapan perasaan optimis berlebihan. Ketika TimNas kalah, para supporter dan penonton bak terjatuh berdebum dari langit mencapai bumi dengan kesakitan luar biasa. Luapan emosi dengan kata-kata marah dan sedih tak tertahankan untuk diungkapkan. 4. Tanding kandang : 'setelah tanding tandang kalah dari Iran, tanding kandang dengan Bahrain di GBK,Jakarta rasanya suatu peluang yang cukup bagus. TimNas pasti menang kali ini karena bertanding di GBK'. Komentar seperti ini juga banyak bermunculan dengan alasan supporter Indonesia memenuhi GBK dan para pemain TimNas sudah terbiasa tanding di GBK. Namun, hal ini belum tentu dapat terwujud. Salah pengertian bila mengatakan bahwa tanding kandang TimNas akan menang. Ingatlah lagi saudara-saudara, bola itu bundar................. 5. Presiden SBY menonton secara live : banyak komentar di jejaring-jejaring sosial mengatakan 'pasti kalau SBY nonton di GBK maka TimNas kalah'. Bingung juga mengapa kehadiran Presiden SBY justru menyebabkan kekalahan bagi TimNas?? Apa hubungan Pak SBY dengan ketidakberhasilan TimNas memperoleh skor menang?? Keterkaitan yang ANEH dan TIDAK RASIONAL.......... Sebuah pertandingan tidak hanya dilihat hasil cetakan skor saja melainkan sikap supporter yang menyaksikan pertandingan itu sebagai wujud bagaimana karakter kepribadian bangsa itu. Esensi kedua mengenai harga diri bangsa. a. "Saat tanding sebelumnya melawan Iran beberapa waktu lalu, TimNas kalah dari Iran. Hal ini karena tanding tandang di Iran dengan segala sesuatunya menjadikan para pemain TimNas sulit beradaptasi terhadap area pertandingan. Lain lagi dengan tanding kandang di GBK,Jakarta-Indonesia. Pasti TimNas menang karena faktor terbiasa bertanding di GBK juga didukung ratusan supporter Indonesia". >>Kalimat seperti di atas rasanya sudah MENURUNKAN HARGA DIRI BANGSA!! Kalau begitu TimNas hanya JAGO KANDANG saja kalau menang tanding kandang. Bukankah itu dicap sebagai hal negatif. Hai,saudara-saudara...pertandingan ini adalah PRA PIALA DUNIA yang notabene kelas internasional yang disiarkan di negara-negara lain. Baik tanding tandang maupun tanding kandang harus tetap berusaha keras, bukan dilihat dari berbagai faktor keberuntungan saja. b. Aksi supporter Indonesia menyalakan petasan dan kembang api. >>Aksi seperti itu BENAR-BENAR MEMALUKAN dan KUALITAS HARGA DIRI BANGSA TURUN!! Wahai, para supporter sepakbola Indonesia tercinta, kendalikan emosi kalian. Menyalakan petasan dan kembang api di tengah-tengah laga tanding sungguh mengganggu konsentrasi dua grup yang sedang tanding. Apalagi karena hal itu pertandingan menjadi tertunda beberapa menit. Bukan hanya kita yang menyaksikan laga tanding, stasiun penyiaran negara-negara lain bisa jadi menyiarkan pertandingan tersebut. Bagaimana tanggapan negara-negara lain yang menyaksikan laga itu?? Baru laga tanding PRA PIALA DUNIA sudah kejadian seperti itu. Nah, apakah Indonesia sudah pantas ingin menjadi tuan rumah Piala Dunia di masa mendatang?? c. Presiden SBY meninggalkan area GBK sebelum laga tanding usai. >>Jika saya menjadi Presiden maka saya juga akan bersikap seperti Pak SBY. Bukan karena takut terkena kembang api dan petasan. Bukan karena sudah pasti TimNas kalah kemudian langsung pergi meninggalkan area GBK. Bukan karena kesal dan marah menyaksikan TimNas yang belum satu pun menyarangkan bola ke gawang lawan. >>Tapi sebagai kepala negara yang meluangkan waktunya demi menyaksikan TimNas Garuda yang membuat Pak SBY meninggalkan area GBK mungkin kelakuan para supporter Indonesia itu. Aksi tersebut benar-benar MEMBUAT MEMALUKAN dan SEDIH. MALU akan aksi supporter kita yang mengganggu dan belum berubah. SEDIH karena para supporter kita BELUM DEWASA............

Hai,saudara-saudara laga pertandingan se-kelas PRA PIALA DUNIA bukan hanya membawa NAMA TIM saja tapi membawa NAMA NEGARA juga membawa KEPRIBADIAN dan KARAKTER BANGSA tersebut.....
KALAH SKOR TIDAK MASALAH TAPI JANGAN KALAH HARGA DIRI!! JANGAN MERENDAHKAN HARGA DIRI BANGSA INDONESIA!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun