Mohon tunggu...
Fitri Haryanti Harsono
Fitri Haryanti Harsono Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Kesehatan Liputan6.com 2016-2024

Akrab disapa dengan panggilan Fitri Oshin. Lebih banyak menulis isu kebijakan kesehatan. Bidang peminatan yang diampu meliputi Infectious disease, Health system, One Health, dan Global Health Security.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Ngobrolin Kompasiana, "Menuju Kompasiana Masa Depan"

5 April 2014   22:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:02 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_318650" align="aligncenter" width="640" caption="Kompasiana Nangkring, Ngobrolin Kompasiana pada 4 April 2014 di Ruang Meet Up Kompasiana lantai 6, Gedung Kompas Gramedia, Palmerah Barat, Jakarta (Dok: Indria Salim)"][/caption]

“Tulisan yang bertahan merujuk pada good journalism, tulisan yang baik. Menulis yang baik buat orang lain, bukan buat kita sendiri saja. Tentunya, kita menjaga nama baik Kompasiana dengan memelihara konten yang baik pula.”

Sepenggal kalimat di atas berdasarkan penuturan Pepih Nugraha dihadapan para Kompasianer, Kompasiana Nangkring, Ngobrolin Kompasiana pada 4 April 2014 di Ruang Meet Up Kompasiana lantai 6, Gedung Kompas Gramedia, Palmerah Barat, Jakarta.


Obrolan tentang Kompasiana bersama Pengelola Kompasiana dengan narasumber Pepih Nugraha dan Iskandar Zulkarnaen membuka pemahaman sepak terjang Kompasiana ke depan. Jika kita menilik media sosial sekarang, blog sosial serupa Kompasiana mulai bermunculan, persaingan pun makin ketat.

[caption id="attachment_318651" align="aligncenter" width="640" caption="Narasumber pengelola Kompasiana, Pepih Nugraha (keempat dari kiri) dan Iskandar Zulkarnaen (paling kanan) (Dok: Pribadi)"]

13966842621811665700
13966842621811665700
[/caption]

Untuk itu, Kompasiana harus mempersiapkan ide-ide pengembangan yang berbeda, memperbaiki, memelihara, dan meningkatkan pembaruan, baik dari segi konten maupun teknis. Blog sosial lain yang baru muncul ternyata tidak membuat Kompasiana merasa tersaingi atau disaingi.


Iskandar mengatakan adanya blog sosial baru tersebut justru membuat Kompasiana semakin bersemangat dan lebih tertantang untuk maju. Kini, eranya media warga. Siapapun orang bisa bebas menulis lalu menayangkannya.

Kurasi konten

Perkembangan media sosial sekarang banyak sekali konten yang masuk, tidak ada legitimiasi dan batasan usia untuk menayangkan tulisan. Sekian banyak konten tentu kita tidak membaca semua konten tersebut. Kita memilah dan memilih, konten yang disukai dan diminati untuk dibaca.


Kompasiana ke depan akan menerapkan kurasi konten. Setiap Kompasianer punya halaman profil yang bisa meng-create topik sendiri, bebas mengatur dan menempatkan tulisan mana saja yang ditayangkan. Halaman profil juga menayangkan tulisan Headline yang dipilih oleh Kompasianer sendiri.

Jadi, saat meng-klik masuk ke akun Kompasianer, maka terpampang Headline apa yang disajikan. Istilahnya My HL (My Headline). Kita juga bisa menilai dan meng-Headline-kan tulisan tersebut di halaman profil masing-masing. Semakin banyak tulisan yang dipilih Kompasianer menjadi HL, maka akan terdeteksi dan bisa bertengger di laman depan Kompasiana (Home).

Laporkan tulisan

Tulisan Kompasianer yang tayang di Kompasiana mungkin ada beberapa yang tidak terjangkau oleh Admin Kompasiana sehingga tulisan yang tidak baik atau bersifat menjelek-jelekkan suatu hal bisa saja lolos. Oleh karena itu, kerja sama Kompasianer diperlukan untuk menilai, tombol klik “Laporkan Tulisan” atau berupa flag bisa diklik Kompasianer yang membacanya.


Jumlah flag “Laporkan Tulisan” yang diklik ibarat alarm (pengingat) kepada Admin bahwa tulisan tersebut banyak dilaporkan. Dalam hal ini, Kompasianer yang meng-klik “Laporkan Tulisan” tidak memiliki hak mutlak bahwa tulisan yang dilaporkan mesti dihapus Admin.

Keputusan akhir berada di tangan Admin, apakah tulisan yang dilaporkan perlu dihapus atau tidak. Ada juga saran bahwa Kompasianer yang melaporkan tulisan sudah terverifikasi. Laporkan tulisan tidak berlaku bagi pembaca publik, artinya pembaca publik berstatus tamu, yang punya andil dan pertanggungjawaban dalam lingkup Kompasianer saja.

Ganti judul

Keluhan dari Kompasianer ada yang keberatan tulisannya diberikan judul berbeda, dalam arti judul asli tulisan diganti oleh Admin. Judul yang diganti justru menimbulkan “keanehan”. Bahkan judul yang diganti terkesan provokatif.

[caption id="attachment_318653" align="aligncenter" width="640" caption="Mari menyimak (Dok: Pribadi)"]

13966844811388327011
13966844811388327011
[/caption]

Menanggapi judul yang diganti oleh Admin, Iskandar mengungkapkan berani untuk mengganti judul termasuk pengambilan langkah paling moderat. Artinya, tidak semua judul bisa diganti, kalau judulnya sudah sesuai, maka tetap menggunakan judul tersebut.


Kalau judul belum sesuai dan tidak tepat sasaran atas tulisan yang dibahas, maka judul harus diganti. Misal, ada tulisan Kompasianer yang mengangkat salah satu objek wisata di Bali yang masih jarang dikenal wisatawan. Tulisan itu diberi judul “Catatan Jalan-jalan ke Bali”.

Judul tulisan terkesan luas, umum, dan kurang menarik sehingga judul harus diganti dengan menitikberatkan objek wisata apa yang diangkat dengan segala keunggulan, yang menjadi pokok pembahasan dalam tulisan. Penggantian judul ternyata bisa berujung membuat permasalahan baru, hal ini akan dikaji lagi, lanjut Iskandar.

Verifikasi dan foto

Akun Kompasianer yang terverifikasi atau tidak menjadi perbincangan hangat. Tidak semua akun yang tidak terverifikasi itu tidak baik. Permasalahan foto profil berupa foto lembaga ditegur Admin padahal akun Kompasianer tersebut dikelola oleh beberapa orang dari lembaga yang bersangkutan.


Iskandar mengatakan soal verifikasi memang bukan satu-satunya cara standar, terlebih lagi terkait akun kloning. Saat ini ada tiga ribuan akun yang mengajukan verifikasi, tetapi belum semua terpegang dan kelabakan sebab jumlah Admin-nya kurang.

Pepih pun menambahkan tidak ada orang yang bisa memaksakan akunnya harus pakai nama asli. Boleh saja pakai nama pena atau nama samaran, yang penting pada biodata diri atau verifikasi sudah terpampang data lengkap sehingga (Admin) tahu siapa sebenarnya Kompasianer di balik akun tersebut.


Terkait foto profil berupa foto lembaga, sekarang sudah ada aturan baru untuk akun atas nama lembaga tetap diperbolehkan memakai foto lembaga. Asalkan di foto atau keterangan biodata profil tidak ada kesan promosi atau jualan.

Untuk foto yang tercantum dalam tulisan memang harus mencantumkan sumber. Sebab seringkali Admin menerima pengaduan dari fotografer bahwa fotonya diambil tanpa mencantumkan sumber sang fotografer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun