[caption id="attachment_338658" align="aligncenter" width="640" caption="Jakarta Old Town Reborn, 7 Projects for The City Exhibition di Gedung Tjipta Niaga, gelar acara Kota Tua Creative Festival 2014 pada 21-22 Juni lalu. Pameran serupa digelar di Erasmus Huis Jakarta pada 13 Juli-15 Agustus 2014. (Arsip Pribadi)"][/caption]
“Mereka” menangis dalam diam
arus waktu semakin menggerus ke-Ada-an
satu persatu “rekan-rekan mereka” rubuh
mati ditelan kelam
“Mereka” adalah gedung-gedung tua. Penghuni jejak Kota Tua Jakarta. Usia semakin menua, semakin ditinggalkan. Terhempas meninggalkan fondasi dan kisah nan pilu. Menjejak kawasan Kota Tua Jakarta kerap terselip sedih dan duka. Betapa jiwa dari gedung-gedung tua kehilangan sinar gemilangnya.
Representasi di atas bisa dibilang spontanitas terucap bagi siapapun yang mengenal Kota Tua Jakarta sampai saat ini. Kesan terbengkalai, terpinggirkan, tidak terurus ataupun tidak berdaya diurus. Umumnya, terbentur masalah biaya menjadi permasalahan utama. Akibatnya, pemeliharaan yang kurang signifikan membuat gedung-gedung tua tersebut tinggal menunggu “kematian” saja bahkan beralih fungsi.
Menurut penuturan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, akrab disapa Ahok—yang pada waktu itu dalam kapasitas sebagai Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta—Kota Tua Jakarta terbengkalai disebabkan dimiliki oleh swasta dan BUMN.
[caption id="attachment_338651" align="aligncenter" width="640" caption="Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (yang pada waktu menjabat sebagai Plt Gubernur DKI Jakarta) saat berkunjung melihat pameran di Gedung Tjipta Niaga, gelar acara Kota Tua Creative Festival 2014 (21/06). (Arsip Pribadi)"]
“Ketika orang mau investasi untuk memperbaiki gedung-gedung (tua) itu mahal, BUMN hanya bisa memberikan lima tahun, sementara orang inginnya dua puluh tahun. Ini yang menjadi masalah,” kata Ahok saat berkunjung melihat pameran di gedung Tjipta Niaga, Kota Tua Creative Festival 2014 (21/06).
“Kami memaksa swasta. Swasta juga bilang ‘kalau ini (Kota Tua) belum ramai, kami investasi kapan balik modal.’ Bikin hotel di sini siapa yang mau nginap kan. Akhirnya, kita paksa bareng saja deh. Dikasih ancaman kira-kira mesti bangun.
Ini sudah ada desain, dikasih insentif PBB. Kami bantu semua izin. Kalau tidak mau bangun jual saja pada kami. Kalau sewa bisa jadi masalah di Pemda. Harga pasar saja, tinggal kami bayar NJOP-nya,” jelasnya.
Jakarta Old Town Reborn
Demi mempertahankan dan menghidupkan kembali bangunan-bangunan tua di Kota Tua Jakarta, proyek inspirasi besar amat diperlukan. Kota Tua Jakarta mesti “dibangkitkan kembali”. Sebuah proyek bertajuk Jakarta Old Town Reborn (JOTR) yang dimotori oleh Erasmus Huis dan Rumah Asuh memberikan gebrakan baru dan angin segar.
Proyek JOTR disajikan kepada publik pada acara Jakarta Old Town Reborn, 7 Projects for The City Exhibiton di Gedung Tjipta Niaga, Kota Tua Jakarta (21-22 Juni 2014). Pameran tersebut merupakan salah satu rangkaian acara Kota Tua Creative Festival 2014. Sukses menggelar JOTR dalam pekan KTCF 2014, pameran serupa telah digelar di Erasmus Huis Jakarta pada 13 Juli-15 Agustus 2014 kemarin.
Pameran JOTR menampilkan desain rancangan gedung-gedung yang akan direvitalisasi, program pengembangan, dan miniatur bangunan. Sayangnya, miniatur tersebut kurang dilengkapi dengan keterangan nama bangunan di bawahnya sehingga pengunjung harus berpikir sendiri bangunan/gedung apa yang dipamerkan.
[caption id="attachment_338667" align="aligncenter" width="480" caption="Salah satu desain gedung tua di Kota Tua Jakarta yang akan direvitalisasi. (Arsip Pribadi)"]
Menariknya, terpampang peta kawasan Kota Tua Jakarta lengkap dalam sebuah miniatur kota di atas papan. Tak ketinggalan, miniatur Stasiun Jakarta Kota dengan jalur relnya ikut tergambar sempurna. Jalan raya, jalan setapak, sampai museum juga Taman Fatahillah terlihat imut-imut di papan miniatur.
[caption id="attachment_338669" align="aligncenter" width="640" caption="Miniatur peta area Kota Tua Jakarta. (Arsip Pribadi)"]
[caption id="attachment_338671" align="aligncenter" width="640" caption="Stasiun Jakarta Kota mini beserta relnya. (Arsip Pribadi)"]
Berdasarkan informasi, JOTR mengundang tujuh arsitek dari Belanda dan Indonesia untuk bekerja sama dengan pemerintah serta pemilik bangunan yang bertujuan menghidupkan enam bangunan bersejarah dan lanskap di sekitar Kali Besar dan lapangan Fatahillah. Kolaborasi dengan tujuh firma arsitektur (andramatin architects, djuhara+djuhara, Han Awal & Partners, KCAP, MVRDP, Niek Roozen bersama Wageningen University, OMA), masterplan diusulkan oleh SHAU.
Proyek masa depan JOTR didukung oleh Kedutaan Belanda, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, IAI-EU, Tropica Greeneries, MPYK Studio, serta Kota Tua Creative Festival curatorial team. Partisipasi warga berupa kritik dan saran atas proyek-proyek yang akan dijalankan diharapkan turut membantu kelancaran ide-ide sekaligus memperkaya masukan.
Ide Green City
Rancangan membangkitkan kembali Kota Tua Jakarta melalui konsep “Green City” (Kota Hijau). Kota Tua “Green City” tidak hanya menekankan pada penghijauan lahan saja, melainkan bisa dikombinasikan dan diintegrasikan terhadap atap bangunan dan dinding yang hijau, proyek infrastruktur berupa jalan dan taman, serta solusi mitigasi perairan dalam lingkup lokasi infiltrasi air payau dan air hujan.
Desain tersebut bisa dilihat dalam rancangan Kali Besar Green City. Bangunan-bangunan tua di sepanjang Kali Besar akan dipadati tanaman-tanaman hijau. Dedaunan yang hijau dan berbagai warna akan menyemarakkan mata saat pengunjung berjalan santai di jalan setapak, pinggir Kali Besar. Potensi wisata naik perahu di Kali Besar sambil melihat hijaunya pepohonan bisa dijadikan hiburan alternatif.
[caption id="attachment_338672" align="aligncenter" width="427" caption="Rancangan Kota Tua Green City. (Arsip Pribadi)"]
Green City pun akan merambah kepada pemanfaatan air di Kali Besar sehingga pengunjung benar-benar nyaman. Berbagai macam bunga-bungaan ikut menghiasi. Taman Fatahillah juga akan menampilkan wajah baru yang lebih hijau. Apabila kondisi sekarang terlihat “sepi”, gersang hanya beberapa pohon bahkan hanya batang pohonnya saja. Tempat duduk yang minim.
Panas matahari akan tetap terasa terik. Melalui konsep Green City nanti, Taman Fatahillah akan ditanami pohon-pohon yang rimbun. Di sekitar pohon, para pengunjung bisa nyaman duduk santai. Terik matahari bisa tertahan di antara rimbunan pohon. Tiada lagi kesan panas dan gersang.
[caption id="attachment_338673" align="aligncenter" width="640" caption="Rancangan Taman Fatahillah dalam kondisi sekarang dan nanti yang mengusung green city. (Arsip Pribadi)"]