[caption id="attachment_363767" align="aligncenter" width="640" caption="Seorang anak asyik rebahan di atas rumput sintetis, Alun-Alun Bandung, Jawa Barat (Arsip Pribadi)"][/caption]
Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat berdiri megah di tengah padatnya Kota Paris van Java. Kecantikan masjid berpendar di kala matahari cukup terik menyapa. Tepat di alun-alun masjid, lautan manusia menyemut ria.
Mereka berlomba-lomba “menyerbu” alun-alun masjid yang diselimuti rumput sintetis. Rumput sintetis terbentang luas bak permadani beratapkan langit penuh awan putih. Warna hijau rumput cukup ampuh menyesuaikan mata dari kilauan sinar mentari.
Dari kejauhan, sepanjang mata memandang hanya kepala manusia yang terlihat. Ini bukanlah pelatihan haji, melainkan mereka asyik menikmati sensasi rumput sintetis dengan berjalan dan duduk-duduk di atasnya.
Kado terindah
Kami tiba di Alun-Alun Bandung sekitar pukul 14.00 WIB pada hari pertama Tahun Baru 2015. Sebuah kesempatan emas berkunjung ke Alun-Alun Bandung dengan rumput sintetisnya yang baru diresmikan oleh Walikota Bandung Ridwan Kamil di penghujung akhir tahun 2014, (31/12).
Peresmian tersebut layaknya kado terindah awal tahun bagi urang Bandung maupun para pengunjung dan wisatawan dari luar Bandung. Daya tarik berkunjung ke Alun-Alun Bandung sungguh menggugah selera. Para pengunjung silih-berganti memadati alun-alun.
Juru parkir motor sibuk memandu para pengunjung untuk parkir motor di tempat parkir khusus motor tepat di basement alun-alun. Sementara itu, kami bersusah payah mencari parkiran mobil di sepanjang jalan raya tak jauh dari alun-alun.
[caption id="attachment_363769" align="aligncenter" width="640" caption="Padatnya parkiran mobil di pinggir jalan raya, tak jauh dari Alun-Alun Bandung (Arsip Pribadi)"]
Bernarsis
Memasuki area rumput sintetis di alun-alun, para pengunjung banyak yang melepas alas kaki. Alas kaki pun berjejer memenuhi pinggiran alun-alun. Usai melepas alas kaki, kaki pun menjejak rumput sintetis. Panas. Itulah kesan pertama yang kami rasakan.
[caption id="attachment_363771" align="aligncenter" width="640" caption="Alas kaki pengunjung dilepas (Arsip Pribadi)"]
Suasana terbilang cukup cerah dan panas. Kaki kami harus beradaptasi dulu. Perlahan-lahan kaki mulai nyaman bersentuhan dengan halusnya rumput sintetis. Tidak terasa gatal. Pun tidak perlu takut terhadap binatang-binatang kecil yang biasa hadir menghuni rumput alami.
Saking nyamannya, hampir seluruh pengunjung asyik bermasyuk ria duduk-duduk sambil berfoto bersama. Sindrom foto selfie juga terlihat di sana-sini, tongkat narsis (tongsis) melekat di tangan beberapa pengunjung. Demi mengurangi sengatan matahari, para pengunjung tak segan-segan membuka payung.
[caption id="attachment_363772" align="aligncenter" width="640" caption="Sambil berpayung ria, tak lupa berfoto bersama (Arsip Pribadi)"]
Warna-warni payung ikut menebarkan suasana ceria. Anak-anak kecil berlarian dan tidur-tiduran. Ada pula yang bermain bola. Dengan berkeliling area rumput sintetis, panas matahari tidak begitu terasa. Tatkala duduk dan tiduran pun lumayan adem. Beberapa pengunjung pun asyik ngariung membawa makanan dan minuman.
[caption id="attachment_363779" align="aligncenter" width="640" caption="Pengunjung membawa makanan dan minuman (Arsip Pribadi)"]
Tanpa alas kaki
Pemerintah Kota Bandung sudah berupaya menghadirkan kehijauan rumput sintetis didukung taman-taman hijau dalam satu kawasan. Memasuki kawasan rumput sintetis memang tidak terlihat adanya papan larangan untuk melepas alas kaki.
Betapa takjub, hampir sebagian besar pengunjung melepas alas kaki, terutama remaja dan dewasa. Anak-anak kecil tampak senang berlari-lari memakai alas kaki bahkan ada pula yang bermain bola sepak.
[caption id="attachment_363773" align="aligncenter" width="640" caption="Anak-anak pun bermain bola sepak (Arsip Pribadi)"]