[caption id="attachment_223285" align="aligncenter" width="640" caption="Menikmati Pameran Fotografi Satu Tahun Ekspedisi Cincin Api Kompas"][/caption]
Gapura dari daun rumbai dan suara burung terdengar tatkala memasuki ruang Pameran Fotografi Satu Tahun Ekspedisi Cincin Api Kompas di Lobi Gedung Kompas Gramedia, Palmerah Jakarta pada 17 Desember 2012 lalu. Di samping gapura, terpampang tulisan “Ekspedisi Cincin Api”. Sambutan mengikat mata para pengunjung seakan berkata, “Selamat Datang di Area Negeri Cincin Api”.
Kami disambut ramah seorang penjaga pameran yang cantik berpakaian ala gunung warna coklat. Setelah mengisi daftar tamu, segera melepaskan pandangan mata ke penjuru area pameran. Sederet penuh foto dari para fotografer Kompas yang menguak tabir Indonesia sebagai Negeri Cincin Api, berupa gunung berapi, kegiatan masyarakat adat dengan ritual, hingga fauna khas daerah tertentu.
[caption id="attachment_223288" align="aligncenter" width="300" caption="Area pameran disulap jadi "]
Karpet hijau terbentang, sekat-sekat bambu, pot-pot tanaman, dan sebuah gubuk menambah nuansa ruang pameran seakan seperti “hutan”. Pencahayaan dari ‘obor’ ikut memberikan kesan ‘hutan’. Sorot lampu diatur sedemikian rupa dan tertuju pada foto.
[caption id="attachment_223290" align="aligncenter" width="300" caption="Foto-foto pameran"]
Foto bentang alam Danau Toba, Gunung Tambora, dan Gunung Gamalama terpampang besar menunjukkan keindahannya. Kami pun berfoto di depan ketiga bentang alam tersebut. Tidak hanya kami saja, beberapa pengunjung lain hingga karyawan Kompas Gramedia pun ada yang berfoto. Kami tiba di Kompas Gramedia saat jam istirahat kantor berlangsung.
[caption id="attachment_223292" align="aligncenter" width="300" caption="Bentang alam Danau Toba"]
[caption id="attachment_223294" align="aligncenter" width="300" caption="Tenda,bangku, dan sepeda dengan latar Gunung Gamalama"]
Beberapa bangku, sebuah tenda dan dua sepeda gunung juga menambah aksesoris pameran. Kronologis Toba yang mengubah dunia begitu menakjubkan. Di balik keindahan alam Danau Toba tersembunyi bencana mahadahsyat dari Gunung Toba yang meletus 74.000 tahun lampau dan memakan banyak korban.
Krakatau, gunung berapi aktif yang mempunyai daya letusan mengguncang dunia. Letusan Krakatau yang menyebabkan kegelapan melanda hampir sebagian dunia. Ratusan ribu tahun berlalu, Krakatau pun timbul tenggelam, sampai akhirnya melahirkan pulau-pulau dan anak gunung Krakatau.
Kronologis yang ditampilkan termasuk pembentukan Flores. Kehidupan di Flores, mulai dari orang purba, fauna, hingga perkembangan masyarakatnya sekarang. Ketiga kronologis yang ditampilkan memberikan wawasan bagi para pengunjung. Perjalanan sejarah panjang gunung berapi yang menjadi perhatian dunia.
[caption id="attachment_223295" align="aligncenter" width="300" caption="Toba, mengubah dunia"]
Peristiwa gempa dan tsunami Aceh pada 2004 lalu membuka luka dan kesedihan. Reruntuhan dan pemukiman yang hancur tersaji dalam foto. Kepadatan pemukiman di area Gunung Merapi di Yogyakarta ikut terpampang diselimuti awan putih.
[caption id="attachment_223297" align="alignright" width="300" caption="Yaki dan Macaca"]
Foto komodo dengan leher tegak dan sorot mata tajam menggambarkan kebuasan hewan itu. Keunikan burung cekakak hutan tunggir hijau di cagar alam Tangkoko mampu memikat hati. Nama burung yang lucu membuat hati ini tertawa. Warna bulu burung cekakak juga memanjakan mata.
Ekspresi dan gaya masyarakat setempat dengan segala latar belakang tempat memberikan kisah sendiri. Foto seorang lelaki memakai tutup kepala warna merah dan nenek di jendela bilik rumahnya seakan bicara, “Segurat identitas diri”. Beberapa foto ritual masyarakat adat setempat, seperti ritual di Pura Agung Besakih dan ritual warga Tengger pada upacara Hari Raya Karo.
[caption id="attachment_223298" align="aligncenter" width="300" caption="Foto ekspresi segurat identitas diri"]
Miniatur rumah adat ikut dipamerkan, yakni rumah woloan (Manado), rumah gadang (Padang), dan rumah homohada (Nias). Menariknya, pengunjung juga bisa berfoto dengan wajah masing-masing pada semacam partitur, laki-laki dan wanita sedang naik gunung.
[caption id="attachment_223302" align="aligncenter" width="300" caption="Pengunjung bisa berfoto dengan terlihat wajahnya saja"]
[caption id="attachment_223300" align="aligncenter" width="300" caption="Miniatur rumah Gadang (Padang)"]
Beberapa pengunjung datang silih berganti menikmati pameran. Hampir lebih dari satu jam kami menikmati pameran foto ekspedisi cincin api Kompas yang dibuka mulai 12-19 Desember 2012. Hujan yang membawa kami tiba siang tadi, kini cukup reda meski masih rintik-rintik.
Sebelum pulang, kami sempatkan membeli buku Ekspedisi Kompas, “Hidup Mati di Negeri Cincin Api” sebagai buah tangan. Buku ini dirancang oleh Ahmad Arif, wartawan Kompas yang memimpin ekspedisi cincin api Kompas. Suatu dokumentasi bentang alam gunung berapi di Indonesia dan kehidupan masyarakat di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H