Memang, pada akhirnya tulisanku diedit oleh editor. Editor punya hak, apakah artikel yang ditulis layak naik tayang. Editor juga yang menentukan jam tayang artikel.
Meski editor ikut menentukan, kelayakan berita, reporter yang menulis rilis berita harus punya kecermatan. Cermat memilah dan memilih rilis berita yang akan ditulis. Cermat menilai isi berita yang disampaikan di dalam rilis perlu diketahui publik.
Cari Keunikan
Dalam menentukan rilis berita layak atau tidak tayang, aku biasa membaca terlebih dahulu seluruh tulisan. Butuh waktu beberapa menit untuk membaca rilis berita, terlebih lagi rilis berita yang cukup panjang.
Terkadang aku harus membaca 2-3 kali untuk memahami sekaligus mencari bagian mana yang unik untuk disorot. Kita biasa menyebutnya, sudut pandang (angle). Pemilihan sudut pandang ini pun juga dibutuhkan untuk menaikkan rilis berita.Â
Misalnya, rilis berita alat teknologi kesehatan dari merek tertentu. Aku akan mencari sudut pandang: bagaimana keterkaitan alat untuk menangani penyakit yang dimaksud, manfaat, cara penggunaan, dan efek samping alat (jika ada).
Apabila rilis berita mengenai suatu acara (diskusi, seminar, puncak kegiatan), sudut pandang yang harus kucari: inti acara, berkaitan dengan peringatan hari tertentu atau penyakit, pesan penting yang disampaikan narasumber, hasil penelitian/survei (jika ada), menyentil suatu pengobatan dan perawatan penyakit, tanggapan pakar maupun organisasi/lembaga dan pemerintah.
Sebagai catatan penting, perlu juga mengetahui ciri khas media daring masing-masing. Rilis berita yang mungkin tidak cocok untuk ditayangkan ya dipertimbangkan kembali.Â
Kadang aku pernah ragu-ragu ingin menulis rilis berita. Layak muat, tapi apakah cocok tayang di media sendiri. Pada kondisi itulah, aku akan bertanya dengan editor. Apakah boleh menayangkan rilis berita ini. Kalau editor berkata, sebaiknya tidak ditayangkan dulu, akupun tidak menulisnya.Â
Balasan Terima Kasih
Di kala, aku tidak menemukan angle yang menarik atau rilis berita terlalu ngiklan, permintaan 'maaf' pun terucap bila ada PR atau humas yang bersangkutan bertanya.
Rasa berat hati untuk mengetik kata 'Maaf' menyelimutiku. Namun, baru-baru ini, aku cukup terkesan membaca balasan pesan singkat salah seorang PR.
Rilis berita yang ia kirimkan tentang peresmian teknologi kesehatan tidak kutulis. Setelah membaca keseluruhan isi rilis, aku tidak memeroleh sudut pandang yang tepat.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!