Bagi Anda yang tinggal di ibu kota Jakarta dan sekitarnya, moda transportasi ‘kuda besi’ ini makin bersinar. Pada jam-jam sibuk, terutama hari kerja, ribuan penumpang menyemuti stasiun, menanti tibanya commuter line.
Sebagian Anda mungkin tidak terbiasa naik commuter line karena harus berdesak-desakkan. Tidak dipersalahkan alasan Anda, nyatanya memang hal tersebut pemandangan lumrah.
Di balik itu, commuter line justru mampu membentuk sifat positif para penumpangnya. Keuntungan naik commuter line ini bisa dibilang memberikan manfaat secara psikologis.
Kunci utamanya tergantung Anda menyikapi, terlebih lagi Anda yang menjadi pelanggan sehari-hari.
Olah kesabaran
Suasana naik commuter line sudah terasa ‘panas’ sejak Anda menunggu di peron. Sadar atau tidak, Anda yang bernyali kuat berdiri di paling depan—bahkan melebihi garis kuning batas aman. Tentunya, Anda ingin masuk secepat mungkin.
Uji kesabaran di depan mata. Meskipun Anda dikejar waktu, Anda harus sabar menunggu penumpang turun. Kenyataannya memang sulit mengaplikasikannya di lapangan. Penumpang berlomba-lomba masuk dan saling dorong.
Kesabaran pun terlihat dari ucapan yang Anda lontarkan. Saat berdesak-desakkan seringkali keluhan, “Woy, jangan dorong-dorong donk; Aduh, pelan-pelan,” terdengar saling bersahutan.
Bukan hanya itu saja, emosi penumpang laki-laki pun ikut goyah. Saking padatnya dan mungkin tidak tahan didorong-dorong. Saya pernah menyaksikan penumpang laki-laki melontarkan kata-kata kasar dan menyebut nama binatang.
Akibatnya, adu mulut terjadi antar-penumpang laki-laki yang berucap demikian dengan penumpang laki-laki lain yang berada tepat di belakangnya.