“Siapa yang Mas maksud dengan (maaf) anjing? Saya juga didorong dari belakang.” Suasana memanas, tidak ada yang mau kalah. Hingga di pemberhentian stasiun berikutnya, keduanya turun. Entah apa yang terjadi selanjutnya.
Kejadian semacam ini mungkin tidak hanya satu-dua kali saja. Olah kesabaran Anda dengan menerima kondisi yang terjadi. Rasa memaklumi dan saling mengerti menjadi benteng kuat sikap dan hati.
Kesabaran pun bisa dipupuk dengan memotivasi diri sendiri. Panas, terjepit, didorong-dorong dan lainnya bukan hanya Anda sendiri yang mengalami, ribuan penumpang lain bernasib serupa dengan Anda.
Peka mata hati
Jika bangku di commuter line berjumlah sama dengan jumlah penumpang, maka Anda pasti senang untuk duduk. Benar atau tidak, Anda pasti mencari bangku kosong tatkala masuk ke kereta.
Nyatanya, Anda berada di dunia realitas. Bangku diprioritaskan kepada penumpang yang lebih membutuhkan untuk duduk. Kepekaan rasa, mata hati Anda diuji.
Saat Anda melihat ibu hamil dan lansia, persilakanlah mereka duduk. Anda juga harus sigap berdiri, jangan berpura-pura tidur. Selama fisik Anda kuat, rasanya tidak masalah kalau berdiri sepanjang perjalanan.
Mungkin mempersilakan duduk termasuk sepele, tapi hal itu akan menjadikan Anda peka terhadap lingkungan sekitar. Peka mata hati bak cara Anda menghargai penumpang lain.
Selain itu, menjadikan hati Anda lembut dan terbuka. Anda tidak mungkin bersikukuh duduk diam, sementara di depan Anda berdiri lansia bukan. Anda pasti tidak mau diteriakkan penumpang lain.
Jiwa tenang
Tidak selamanya naik commuter line membuat stres. Ada penghiburan yang membuat Anda tertawa geli. Saya seringkali mendengar candaan spontanitas dari penumpang lain.