Gelisah karena memikirkan jawaban apa yang tepat. Pertanyaan, ‘kapan’ memang membutuhkan jawaban waktu. Bagi saya atau Anda yang masih sendiri dan jodoh belum hadir, jawaban untuk pertanyaan tersebut tidak pasti alias gelap dan buram.
Privasi
Saya memandang soal status hubungan dan jodoh termasuk ranah pribadi. Kotak privasi inilah yang sebenarnya tidak perlu banyak orang tahu. Toh, kalau sudah waktunya naik pelaminan, undangan dan kabar berita pun tersebar.
Kepo dan perhatian. Adakalanya, orang menanyakan sesuatu sebagai bentuk perhatian. Tandanya mereka memerhatikan kita alih-alih mungkin terdengar kepo alias ingin tahu sekali.
Pandangan Anda masing-masing mungkin berbeda. Ada yang menganggap biasa-biasa saja soal status hubungan dan merasa ‘baik-baik’ saja menanyakan perihal ‘kapan nikah’ kepada lawan bicara.
Ada pula yang tipe seperti saya, yang merasa ‘aneh’ dan terganggu dengan pertanyaan terkait hal tersebut. Sejujurnya, saya juga enggan bahkan tidak berpikiran untuk menanyakan ‘kapan nikah’ kepada teman-teman sendiri.
Kalaupun bertanya, teman yang menjadi lawan bicara saya pun sedang ‘sendiri’, belum bertemu jodohnya. Atau pertanyaan saya tujukan kepada teman terdekat yang sudah berpacaran lama. Artinya, saya tidak menanyakan pertanyaan ‘kapan nikah’ kepada banyak orang.
Di sisi lain, saya lebih baik menunggu kabar berita dari lawan bicara soal status hubungan dan rencana pernikahan. Saya pikir itu jalan ternyaman ketika seseorang mengungkapkan sendiri apa yang sedang dialami tanpa harus terlebih dulu saya bertanya.
Sebaliknya, kalau lawan bicara tidak mengungkapkan rencana pernikahan. Saya pun tidak mempermasalahkan dan kebangetan kepo. Itu urusan pribadi, saya memang tidak perlu tahu.
Undangan pernikahan datang, saya turut berbahagia dan berucap ‘Selamat menempuh hidup baru; selamat mengarungi bahtera rumah tangga.’ Lebih dari itu, saya tidak ada niat berkepo-kepo ria.
Dan chatting yang masuk ke ponsel saya lewat WhatsApp, LINE, Blackberry Messenger (BBM) menanyakan ‘kapan nyusul, kapan nikah?’