Mohon tunggu...
Fitri Haryanti Harsono
Fitri Haryanti Harsono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis di Kementerian Kesehatan RI

Akrab disapa Fitri Oshin | Jurnalis Kesehatan Liputan6.com 2016-2024. Spesialisasi menulis kebijakan kesehatan. Bidang peminatan yang diampu meliputi Infectious disease, Health system, One Health, dan Global Health Security.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pantai Kuwaru, Rekreasi dalam Kesemrawutan

27 Agustus 2012   09:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:16 1939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_202486" align="aligncenter" width="640" caption="Pengunjung menikmati santap makanan bersebelahan dengan sampah yang tersebar"][/caption] Yogyakarta, Selasa (21/8/12) --- Debu beterbangan, suara deburan ombak, hingga bau amis tercium tatkala memasuki gerbang wisata Pantai Kuwaru, yang terletak di Dusun Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kami yang sedang mudik berkesempatan mengunjungi Pantai Kuwaru.

Kami berangkat dari Temon, Wates menuju Pantai Kuwaru di Bantul, Yogyakarta tidak memerlukan waktu lama, kurang lebih sekitar satu jam. Suasana memasuki area pantai sangat ramai dan padat hingga mencari tempat parkiran pun terbilang sulit. Meskipun area parkir mobil masih terbilang ada tempat untuk parkir, namun kebanyakan pengunjung memarkir mobil di pinggir jalan area parkir.

Dalam rangka libur Lebaran, para pengunjung yang datang ke pantai bukan hanya warga Bantul atau Yogyakarta dan sekitarnya saja, tapi “para perantau” yang mudik, baik dari Jakarta dan sekitarnya maupun dari luar pulau Jawa. Hal ini dapat dilihat dari plat mobil-mobil yang terparkir. Bus-bus pariwisata turut menghiasi area parkir. [caption id="attachment_202489" align="aligncenter" width="640" caption="Sampah berserakan di sepanjang pantai"]

1346060022841006119
1346060022841006119
[/caption] Menuju arah pantai dari area parkir tidak begitu jauh, papan petunjuk terpampang jelas. Pemandangan pertama saat menjejakkan kaki di pantai begitu kaget, bagaimana tidak, sepanjang pantai, bahkan di sekitar tempat para pedagang aksesoris maupun makanan/minuman, penuh dengan sampah. Area warung pedagang sekitar pantai juga terlihat kumuh dan semrawut. Bukan semata-mata padatnya pengunjung tapi pemandangan sampah itu menjadi faktor pemicunya. Satu pemandangan yang miris, sedih, dan pilu. Tak terbayang dipikiran kami, menikmati suasana pantai berpadu dengan sampah tersebar di berbagai sudut. [caption id="attachment_202490" align="alignleft" width="300" caption="Bermain di pantai"]
13460602311098768345
13460602311098768345
[/caption] Lepas dari pemandangan sampah yang mengganggu mata ternyata kenikmatan rekreasi di pantai Kuwaru ini tetap menjadi fokus para pengunjung. Sebagian pengunjung terutama anak-anak muda bermain ombak dan berenang dengan wajah ceria. Anak-anak kecil dengan sibuknya bermain pasir. [caption id="attachment_202491" align="alignright" width="300" caption="Sepasang sejoli asyik bermesraan sambil menikmati jagung bakar"]
1346060326593971234
1346060326593971234
[/caption] Segerombolan muda mudi asyik berfoto bersama. Sepasang muda mudi tanpa malu-malu bermesraan sambil menikmati jagung bakar. Anak-anak juga ada yang bermain layang-layang yang berbentuk burung. Para pengunjung juga terlihat berbelanja aksesoris, pakaian, permainan anak-anak, dan aneka cenderamata lainnya.

Menikmati santapan dipadu pemandangan sampah

Tak jauh dari bibir pantai, tikar-tikar pun digelar kemudian teman, kerabat, hingga sanak saudara duduk beristirahat sambil melihat ombak pantai. Para pengunjung itu pun dengan lahap menikmati makanan, baik makanan yang dibawa sendiri ataupun makanan yang dibeli dari pedagang di sekitar pantai.

Di area pedagang yang berjualan pun, tikar-tikar pengunjung begitu padat bahkan beberapa pengunjung menggelar tikar untuk duduk beristirahat di dalam warung makanan/minuman. Penjual jagung bakar diserbu pengunjung. [caption id="attachment_202492" align="alignleft" width="300" caption="Menikmati kelapa muda"]

13460604981934168831
13460604981934168831
[/caption] Kelapa muda juga menjadi santapan kesukaan pengunjung, cocok dengan suasana pantai. Menjelang sore, udara semakin dingin, indomie dan pop mie menjadi sahabat dalam menikmati matahari terbenam (sunset). Bau masakan olahan aneka hasil laut amat menggoda. Sebagai oleh-oleh atau santap malam, para pengunjung pun sabar mengantre giliran membeli ikan bakar, udang goreng, gurame bakar, dan berbagai olahan makanan laut lainnya. Di sekitar tikar-tikar pengunjung, sampah-sampah juga berserakan. Bungkus makanan ringan (snack), indomie, pop mie, bonggol jagung bakar, kaleng, hingga plastik makanan/minuman tidak dibuang ke tempat sampah, bahkan pengunjung yang hendak pulang pun membiarkan sampah makanan/minuman tergeletak begitu saja di tikar. [caption id="attachment_202493" align="aligncenter" width="640" caption="Menikmati pantai dipadu dengan sampah-sampah"]
13460607051631735026
13460607051631735026
[/caption] Sepanjang mata memandang, penyediaan tempat sampah dirasa sangat kurang sehingga para pengunjung dengan ‘terpaksa’ dan tanpa kesadaran hati membuang sampah di sekitar area pantai. Alhasil, jumlah pengunjung semakin padat begitu pula jumlah sampah semakin banyak tersebar. Kenikmatan rekreasi menikmati suasana pantai ternyata mampu mengalahkan pemandangan kumuh dan semrawut akan sampah-sampah tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun