Mohon tunggu...
Fitri Haryanti Harsono
Fitri Haryanti Harsono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis di Kementerian Kesehatan RI

Akrab disapa Fitri Oshin. WHO Certificate of Achievement on Zoonotic disease-One Health, Antimicrobial resistance, Infodemic Management, Artificial Intelligence for Health, Health Emergency Response, etc. Jurnalis Kesehatan Liputan6.com 2016-2024. Bidang peminatan kebijakan kesehatan mencakup Infectious disease, Health system, One Health dan Global Health Security.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wartawan Perang: 'Bertarung Nyawa Demi Foto Berkualitas'

2 Februari 2012   08:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:09 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="450" caption="Foto Seorang Pejuang Wanita yang diambil oleh Mai Nam"][/caption] Foto termasuk salah satu bukti kenangan terhadap suatu peristiwa khususnya sangat penting dari bukti peristiwa bersejarah. Melalui foto-foto bersejarah, kita dapat mengetahui siapa dan bagaimana peristiwa sejarah itu terjadi. Suasana peperangan, hiruk pikuk penderitaan, tangisan dan kekejaman yang dialami baik dari rakyat maupun pejuang-pejuang yang berperang.

Salah satu foto bukti sejarah adalah peristiwa Perang Vietnam Utara vs Vietnam Selatan yang masih dibantu oleh militer AS (1965) dan Perang Saigon antara pihak AS dan Saigon (1968). Foto-foto perang Vietnam ini diambil oleh beberapa fotografer Vietnam diantaranya Doan Cong Tinh, Truong dan Mai Nam.

Doang Cong Tinh adalah mantan fotografer Vietnam Utara sekaligus sebagai wartawan militer saat terjun di garis medan perang ketika berusia 25 tahun. Terkenal sebagai 'Raja Medan Perang' oleh kolega-koleganya. Ia mengambil foto peperangan dengan cara yang tidak biasa yaitu menembus medan perang bersama sahabatnya, Truong. Truong sebagai seorang fotografer Vietnam lainnya membawa sendiri larutan kimia dan piring. Ia memproses foto-foto yang diambilnya pada malam hari di pinggiran sungai dalam hutan. Malam hari ia mencuci foto dan keesokan harinya ia kembali mempertaruhkan nyawa mengambil foto-foto perang tersebut. Begitu pula dengan Mai Nam yang seorang fotografer Vietnam. Ia mengambil foto dalam peristiwa Perang Saigon. Setelah 30 tahun lamanya akhirnya ia bertemu dengan teman-temannya yang masih hidup dan yang berada di terowongan Vinh Moch (di Saigon). Foto-fotonya menginspirasi banyak orang terutama orang-orang yang masih hidup dan mengalami langsung peristiwa perang itu.

Bahkan ada seorang pria menemukan foto ayahnya yang sudah meninggal selama lebih dari 30 tahun dan tidak pernah melihat ayahnya selama 33 tahun lamanya.

Doan Cong Tinh, Truong dan Mai Nam membuka mata hati dan perasaan sedih pilu kita yang melihat dokumentasi foto-foto yang mereka ambil. Senjata yang mereka bawa kemana-mana adalah kamera. Mereka berani menembus medan perang sampai perbatasan musuh demi mengambil foto-foto perang yang berkualitas.

Bagi ketiga fotografer tersebut, foto-foto sama pentingnya dengan nyawa. Perjuangan mereka tidak hanya mengambil foto saja tapi juga membawa hasil foto-foto tersebut ke Hanoi. Baik pergi ke medan perang maupun pulang sama-sama sulit karena mereka harus melalui medan yang sangat berat.

Foto-foto bersejarah memberikan pembelajaran akan hidup, tidak hanya di generasi perang saat itu tapi sangat penting untuk generasi masa depan. Bersyukurlah kita yang hidup dalam pasca peperangan, yang menikmati manisnya kemerdekaan. Berkat mereka kita jadi mengetahui sejarah, sejarah yang kelam dan hidup dengan mempertaruhkan nyawa setiap waktu jangan sampai terulang kembali.

Kita sebaiknya bukan hanya melihat foto-foto bersejarah tersebut dengan asal lewat saja tapi pahamilah dan rasakanlah makna dibalik foto-foto tersebut yang diambil oleh para wartawan perang yang pemberani.

National Geographic

Vietnam's Unseen War

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun