[caption id="" align="aligncenter" width="618" caption="Ilustrasi via Kompas.com"][/caption] Penipuan tak ubahnya gaya hidup bagi segelintir orang yang mengidamkan uang sebanyak-banyaknya. Entah sang pelaku menganggap“profesi”-nya sebagai penipu layak dibanggakan atau tidak, yang penting berhasil menembak target menjadi korbannya. Cara cerdik memang diperlukan bagi penipu agar target masuk perangkap yang telah dipersiapkan.
Sasaran penipuan pun tidak mengenal target kaya raya, orang berpunya maupun berpangkat tinggi. Anak-anak, remaja, orang dewasa hingga kakek-nenek sepuh menjadi target empuk. Media lewat telepon termasuk alat komunikasi yang paling mudah, cepat, dan mampu menjangkau target secara luas.
Gaya bicara si pelaku seakan dibuat berwibawa, terkesan menjanjikan dan benar adanya. Penyampaian informasi palsu yang berujung membuat target terkesima dan terlena itulah yang diharapkan si penipu. Serangan hipnotis semakin dilancarkan oleh si penipu tanpa disadari target yang bersangkutan.
Mengatasnamakan Taspen
Modus penipuan yang dialami keluarga saya, yakni penipuan mengatasnamakan Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Taspen). Kemarin (7/5) deringan telepon rumah memecah siang hari yang panas dan terik. Percakapan di telepon berlanjut dipegang bapak saya, sebelumnya ibu saya yang mengangkat telepon pertama kali.
Pada waktu ibu saya yang mengangkat telepon, suara penelepon dari laki-laki, sedangkan si penelepon yang berbicara dengan bapak saya bersuara perempuan. Dari percakapan di telepon bisa ditebak suasana sekitar penelepon layaknya suasana di kantor sungguhan. Mereka mengaku dari BKN (Badan Kepegawaian Negara).
Selama bercakap-cakap di telepon, wajah bapak saya terlihat serius sambil mencatat sebuah nama dan nomor kontak di selembar kertas putih. Siapa gerangan yang menelepon? Akhirnya, bapak saya mengatakan kalau si penelepon itu penipu dengan modus penipuan mengatasnamakan Taspen.
Si pelaku melancarkan iming-iming uang bahwa keluarga saya memperoleh dana kesejahteraan pensiunan. Kakek-nenek saya memang pensiunan, namun keduanya telah wafat. Intinya, pembagian dana kesejahteraan pensiunan diberikan kepada pensiunan.
Lalu si pelaku menyuruh bapak saya menghubungi seseorang yang berinisial B dengan nomor telepon (021) 413xxxxx (diakui) dari pihak Taspen Cempaka Putih. Selanjutnya, orang yang berinisial B akan memandu proses penerimaan dana kesejahteraan pensiunan kepada sasaran yang dituju.
Cek telepon ke 108
Teliti dan cermat itulah bapak saya. Ia tidak menghubungi orang yang bernama B dan nomor kontak yang diberikan, melainkan menelepon ke 108 (Telkom Penerangan) untuk menanyakan nomor telepon Taspen Cempaka Putih. Nomor telepon Taspen Cempaka Putih yang diberikan 108, yaitu (021) 420xxxx dan (021) 424xxxx.
Bapak saya langsung menghubungi Taspen Cempaka Putih memakai nomor yang diberikan 108. Percakapan pun terjadi.
Bapak saya: “Apa benar Pak, ada pembagian dana kesejahteraan pensiunan?”
Pihak Taspen: “Bohong, Pak. Itu bentuk penipuan.”
Bapak saya: “Oh, modus penipuannya memang seperti apa?”
Pihak Taspen: “Nanti target akan digiring ke ATM. Pelaku mengatakan akan transfer, padahal saldo di ATM akan dikurangi bahkan bisa nol rupiah.”
Tujuan si penelepon yang ternyata pelaku penipuan gagal total. Nomor kontak berinisial B dengan kode area telepon 413 yang ditujukan ke Taspen merupakan kode area Jakarta Timur, sementara area Taspen Cempaka Putih berada di Jakarta Pusat.
Bapak saya juga menanyakan perihal nomor kontak 413xxxxx kepada pihak Taspen Cempaka Putih. Setelah dicek pihak Taspen, nomor telepon tersebut tidak tertera dalam database Taspen. Ketidaksinkronan kode area telepon saja mengundang tanda tanya.
Si pelaku mungkin mengira semua targetnya bisa dengan mudah diperdaya dengan nomor telepon yang diberikan. Tidak menyangka kalau nomor telepon bisa ditanyakan dan dilacak ke 108. Alhasil, jelas sudah penipuan pun terbuka kedoknya dengan embel-embel mengatasnamakan perusahaan tertentu.
Hipnotis
Kejadian telepon penipuan yang mengiming-imingi pembagian dana kesejahteraan pensiunan ternyata bukan keluarga saya saja yang mengalaminya. Bapak saya mendapat informasi bahwa tetangga rumah ada yang pernah menjadi korban. Ia teperdaya dengan uang sebesar sebelas juta rupiah, lantas digiring ke ATM.
Sayang seribu sayang, bukan uang sebelas juta rupiah yang masuk ke ATM-nya, sebaliknya korban dihipnotis untuk transfer sesuai jumlah nominal tersebut. Sedih mendengar kejadian yang dialami tetangga saya. ATM yang ia miliki pun langsung ludes tak bersisa, kosong, nol rupiah.
Bentengi diri
Modus penipuan sekarang sudah bervariasi, bukan imingi-iming hadiah, tapi bisa berupa pembagian dana kesejahteraan pensiunan, seakan-akan uang bagi pensiunan masih ada di Taspen. Sasaran pensiunan yang sudah sepuh terkesan mudah ditipu dan diperdaya. Iming-iming dana kesejahteraan yang sekiranya menambah uang pensiunan bulanan.
Bagi para pensiunan maupun anggota keluarga Anda ada yang pensiunan harap membentengi diri dengan tidak mudah percaya pada iming-iming dana kesejahteraan pensiunan, terlebih lagi ada yang mengatasnamakan Taspen.
Cek kembali nomor telepon ke 108 dan hubungi langsung ke pihak Taspen dengan nomor telepon asli, bukan nomor telepon pemberian dari si penelepon yang bertopeng sebagai pelaku penipuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H