Mohon tunggu...
Fitri Handayani
Fitri Handayani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya Mahasiswi Departemen Pendidikan Non Formal

Saya memiliki Hoby bermain Game Online

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Non Formal dalam Aspek Pemberdayaan Perempuan

27 Oktober 2023   21:32 Diperbarui: 27 Oktober 2023   21:34 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan non-formal memainkan peran yang sangat penting dalam pemberdayaan perempuan di seluruh dunia. Di luar lingkungan pendidikan formal, program pendidikan non- formal memberikan perempuan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sumber daya yang relevan tanpa terikat oleh struktur pendidikan yang kaku. Dalam upaya mencapai kesetaraan gender dan meningkatkan status perempuan dalam masyarakat, pendidikan non-formal merupakan alat yang efektif untuk mengatasi hambatan yang mungkin menghambat akses perempuan terhadap pendidikan dan pemberdayaan. Dengan berfokus pada pengetahuan praktis, pelatihan keterampilan dan pengembangan kepemimpinan, pendidikan non-formal memainkan peran penting dalam meletakkan landasan yang kuat bagi perempuan untuk maju dan mewujudkan potensi penuh mereka. Kesetaraan gender harus diterapkan dalam semua aspek seperti pendidikan, kepemimpinan, pekerjaan, dan partisipasi politik bahkan dalam menentukan reproduksi.

Pendekatan pendidikan non-formal sering kali lebih fleksibel daripada pendidikan formal. Ini berarti bahwa perempuan yang memiliki tanggung jawab keluarga atau pekerjaan tidak perlu mengorbankan waktu yang sangat besar untuk mendapatkan pendidikan. Mereka dapat mengikuti kursus atau pelatihan pada waktu yang sesuai dengan jadwal mereka, memungkinkan mereka untuk tetap menjalankan peran mereka sebagai pengurus rumah tangga atau pekerja. Sebagai contoh, perempuan yang memiliki anak kecil dapat dengan mudah mengakses program pendidikan non-formal yang berfokus pada keterampilan tertentu tanpa harus meninggalkan anak-anak mereka dalam jangka waktu yang lama.

Selain fleksibilitas, pendidikan non-formal juga dapat merespons kebutuhan khusus perempuan. Program-program ini dapat dirancang untuk mengatasi masalah-masalah yang sering kali dihadapi oleh perempuan, seperti keterbatasan ekonomi, ketidaksetaraan gender, atau ketidakamanan. Misalnya, dalam beberapa komunitas, program pendidikan non-formal telah memfokuskan pada pengajaran keterampilan usaha kecil dan mikrofinansir, yang memungkinkan perempuan untuk memulai bisnis mereka sendiri dan menjadi mandiri secara ekonomi.

Dalam hal ini, pendidikan non-formal memainkan peran penting dalam meningkatkan akses perempuan terhadap peluang ekonomi. Selain itu, pendidikan non-formal juga berperan dalam mengembangkan kepemimpinan perempuan. Melalui program-program ini, perempuan dapat memperoleh keterampilan kepemimpinan, belajar berbicara di depan umum, dan terlibat dalam proyek-proyek komunitas yang memungkinkan mereka untuk memimpin perubahan di lingkungan mereka.

Selanjutnya, pendidikan non formal dapat memberikan kesempatan bagi perempuan untuk memperoleh pendidikan formal yang belum mereka dapatkan. Pendidikan non formal juga dapat memberikan keterampilan dan pengetahuan yang relevan bagi perempuan untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Pendidikan kesetaraan merupakan program pendidikan yang memberikan kesempatan bagi perempuan yang tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikan formal. Pendidikan kesetaraan dapat membantu perempuan untuk memperoleh ijazah formal dan meningkatkan kualitas pendidikannya.Berdasarkan daa statistik Indonesia tingkat partisipasi perempuan dalam pendidikan tinggi di Indonesia juga meningkat, yaitu dari 42,3% pada tahun 2016 menjadi 46,1% pada tahun 2022.

Selain itu, perempuan berhak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan kepemimpinan di berbagai bidang. Menurut data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, pada tahun 2022, jumlah perempuan yang menjabat sebagai kepala daerah di Indonesia mencapai 41 orang. Pendidikan non formal dapat meningkatkan keterampilan kerja perempuan. Hal ini dapat membantu perempuan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan meningkatkan pendapatan mereka. Seperti halnya alam pelatihan keterampilan dapat membantu perempuan untuk mengembangkan keterampilan kerja yang dibutuhkan untuk bekerja di berbagai bidang.Menurut data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2022, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan di Indonesia mencapai 54,1%.

Pendidikan non formal dapat meningkatkan kesadaran politik perempuan. Hal ini dapat mendorong perempuan untuk berpartisipasi dalam proses politik dan pengambilan keputusan. Program pendidikan politik dapat memberikan perempuan informasi dan pengetahuan tentang sistem politik dan proses pengambilan keputusan.Program kampanye dapat mendorong perempuan untuk terlibat dalam proses politik. Menurut data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, pada tahun 2022, jumlah perempuan yang berpartisipasi dalam pemilu di Indonesia mencapai 75,5%.

Dan yang terakhir perembuan berhak untuk menentukan reproduksi rumah tangganya sendiri. Pendidikan non formal ada dan siap memfasilisator dalam rangka pemberian informasi dan pengetahuan bagi perempuan tentang kesehatan reproduksi. Hal ini dapat membantu perempuan untuk membuat keputusan yang tepat tentang kesehatan dan reproduksi mereka.Program pendidikan kesehatan reproduksi dapat memberikan perempuan informasi tentang kontrasepsi, kehamilan, dan persalinan.Menurut data Kementerian Kesehatan, pada tahun 2022, tingkat penggunaan kontrasepsi di Indonesia mencapai 63,5%.

Kesimpulannya, pendidikan non-formal memainkan peran penting dalam pemberdayaan perempuan di seluruh dunia. Pendekatan pendidikan non-formal memberikan perempuan fleksibilitas dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sumber daya yang relevan, serta dapat merespons kebutuhan khusus perempuan. Ini membantu meningkatkan akses perempuan terhadap peluang ekonomi, mengembangkan kepemimpinan perempuan, dan memberikan kesempatan untuk memperoleh pendidikan formal yang belum mereka dapatkan. Selain itu, pendidikan non-formal meningkatkan keterampilan kerja perempuan dan kesadaran politik mereka. Terakhir, pendidikan non-formal juga memfasilitasi pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi, memungkinkan perempuan untuk membuat keputusan yang tepat tentang kesehatan dan reproduksi mereka. Data statistik dari Indonesia menunjukkan bahwa pendidikan non-formal telah berkontribusi pada peningkatan partisipasi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan tinggi, kepemimpinan, partisipasi politik, dan kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, penting untuk terus mendukung dan mengembangkan program pendidikan non formal yang mendukung pemberdayaan perempuan di berbagai bidang. Pemerintah, masyarakat, dan dunia pendidikan memiliki peran penting untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses yang sama terhadap pendidikan non formal, baik formal maupun informal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun