Mohon tunggu...
Fitrie Goesmayanti
Fitrie Goesmayanti Mohon Tunggu... -

Kadang kata tidak terucapkan. Apa yang terpikirkan, akan saya tuliskan. http://fiegoes.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jenius yang Tak Bahagia

8 Juni 2010   04:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:40 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_161528" align="alignleft" width="112" caption="gambar diambil dari www.bukukita.com"][/caption]Buku Flowers for Algernon adalah novel fiksi ilmiah karya Daniel Keyes, yang ditulis dalam bentuk progress report oleh seorang korban penelitian, Charlie Gordon. Jangan heran jika di halaman-halaman awal akan banyak sekali ditemukan kesalahan penulisan kata. Kata-kata tersebut bukanlah salah ketik ataupun kesalahan editing, namun dalam buku ini, Charlie adalah seseorang yang ber-IQ sangat rendah. Sedangkan Algernon sendiri adalah tikus laboratorium yang dioperasi untuk meningkatkan kecerdasannya, dan berhasil. Peneliti yang melakukan operasi tersebut ingin mencobanya pada manusia, dan akhirnya menemukan Charlie sebagai kelinci percobaan.

Operasi berhasil dilakukan, dan lama-kelamaan IQ Charlie pun meningkat. Charlie berubah dari seorang idiot menjadi super jenius. Charlie mengerti banyak bahasa walaupun tidak pernah mendengar bahasa-bahasa itu sebelumnya. Charlie menjadi tertarik sekali membaca banyak jurnal, seperti jurnal kedokteran, politik, bahkan astronomi. Charlie menjadi jenius di berbagai bidang, bahkan kecerdasannya melebihi para profesor dan ilmuwan.

Walaupun Charlie adalah seorang super jenius, masa lalunya sebagai seseorang dengan keterbelakangan mental, membuatnya tidak mengerti sama sekali tentang kehidupan. Walaupun cerdas, Charlie tidak tahu apa itu hidup, hubungan sosial, persahabatan, mencintai dan dicintai, bahkan tidak tahu bagaimana cara menangis. Kejeniusannya bahkan membuat banyak orang menjauhinya. Para ilmuwan membencinya karena Charlie jauh lebih jenius dari mereka. Jadilah Charlie si jenius kesepian.

Algernon, si tikus, pun tidak punya interaksi yang baik dengan manusia, juga dengan sesama tikus. Lama-kelamaan Algernon kehilangan kontrol, mengalami kemunduran drastis, dan akhirnya mati. Charlie yang mengalami operasi yang sama dengan Algernon merasa bahwa apa yang dialami oleh Algernon akan terjadi padanya juga. Semua yang dialaminya ditulis lengkap dalam progress report medisnya, yang di akhir laporannya dituliskan bahwa Charlie meminta seseorang untuk menaruh bunga di atas kuburan Algernon.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun