Teman saya sedang bingung. Dia akan melangsungkan pernikahan beberapa minggu lagi. Teman saya begitu bersemangat untuk melakukan pemotretan sebelum menikah—pre-wedding photo. Namun alangkah kecewanya dia karena pasangannya, yang seorang lulusan pesantren, menolak melakukan foto pre-wedding. Alasannya bisa ditebak, yaitu kabar tentang diharamkannya pre-wedding photo, rebonding rambut, dan tukang ojek perempuan oleh Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se-Jawa Timur. Walaupun keputusan Fatayat NU tersebut belum dijadikan fatwa oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, namun pasangan teman saya itu tetap berkeras untuk tidak melakukan pemotretan pre-wedding.
Karena hukumnya memang belum jelas, saya tidak akan membahas soal apakah pre-wedding photo, rebonding rambut, dan tukang ojek perempuan haram atau tidak. Lagi pula saya tidak merasa hal-hal tersebut patut diperdebatkan. Biarlah itu menjadi urusan saya dengan Tuhan saja karena memang urusannya belum jelas. Saya di sini mau bercerita tentang sesuatu yang memang sudah jelas-jelas haram, yaitu alkohol.
Pada tahun 2006, saya melakukan perjalanan ke Bangkok, Thailand, bersama teman saya—bukan teman saya yang akan menikah. Kami terbang dari Jakarta dengan pesawat Singapore Airlines, transit di bandara Changi, Singapura. Sesaat setelah pesawat take off dan lampu sabuk pengaman dimatikan, para pramugari SQ—kode untuk Singapore Airlines—pun segera bertugas. Ada yang berkutat di pantry, ada yang menanyakan keadaan penumpang, ada yang menawarkan permen, dan ada yang menawarkan minuman. Dari jauh kami melihat seorang pramugari yang berjalan di gang pesawat sambil menawarkan minuman ke setiap penumpang. Pramugari itu menghampiri setiap seat sambil bertanya dengan ramah, "Wine or coke?"
Teman saya yang memperhatikan pramugari itu tiba-tiba bertanya pada saya, "Sudah pernah minum wine?"
"Belum."
"Kita cobain, yuk!"
Saya awalnya ragu, tapi teman saya terus membujuk saya dengan mengatakan bahwa tidak ada salahnya mencoba. Dia juga mengatakan kalau mencoba tidak akan dosa. Dia mengatakan bermacam bujuk rayu setan sehingga akhirnya sayapun mengiyakan. Saya berkata dalam hati, "Ya, Allah.. teman saya yang punya ide. Biarlah dia yang menanggung dosanya."
Tidak berapa lama sampailah sang pramugari di seat kami. Dia sangat cantik dengan seragam pramugari merah bunga-bunga dan rok panjang. Pramugari itu menghampiri kami dan tersenyum ramah. Sambil sedikit membungkuk, dia mengeluarkan kalimat wajibnya, "Wine or coke?"
"Wine," kata teman saya.
Pramugari itu segera mengambil dua buah gelas dari troli yang sejak tadi dia dorong-dorong. Lalu diambilnya sebotol anggur putih untuk dituangkan ke dalam gelas. Namun belum sampai anggur itu tertuang ke dalam gelas, pramugari itu tiba-tiba terdiam. Dia seperti sedang berpikir. Beberapa detik kemudian, pramugari itu membalikkan badannya ke arah kami, sedikit membungkuk, dan bertanya, "Are you muslims?"
"Yes."