Mohon tunggu...
fitri azizah dwi salmaa
fitri azizah dwi salmaa Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

shopping, berenang

Selanjutnya

Tutup

Healthy

kehidupan pasien cuci darah: Perjuangan dan perbedaan gender yang memengaruhi kualitas hidup

2 Januari 2025   15:22 Diperbarui: 2 Januari 2025   15:22 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

"Kehidupan Pasien Cuci Darah: Perjuangan dan Perbedaan Gender yang Mempengaruhi Kualitas Hidup"

Malang, Jawa Timur -- Pasien gagal ginjal kronis yang menjalani cuci darah atau hemodialisis sering kali harus menghadapi berbagai tantangan yang tidak ringan. Mulai dari pembatasan fungsi tubuh, pola makan yang ketat, dampak obat-obatan, hingga kesulitan dalam pekerjaan dan perubahan dinamika sosial. Namun, tahukah Anda bahwa perbedaan gender ternyata juga memainkan peran penting dalam memengaruhi kualitas hidup mereka?

Para dosen dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), yaitu Nur Aini, Lilis Setyowati, Erma Wahyu Mashfufa, Myrna Setyawati, dan Ollyvia Freeska Dwi Marta, melakukan penelitian untuk mendalami bagaimana perbedaan gender memengaruhi kualitas hidup pasien cuci darah. Penelitian ini dilakukan di sebuah rumah sakit di Indonesia, dengan melibatkan 239 pasien, yang terdiri dari 112 perempuan dan 127 laki-laki.

Dampak Depresi pada Kualitas Hidup
Salah satu temuan utama dari penelitian ini adalah bahwa depresi menjadi faktor signifikan yang memengaruhi kualitas hidup pasien, terutama pada pasien perempuan. Nur Aini, salah satu peneliti, menjelaskan bahwa perempuan cenderung lebih rentan terhadap tekanan emosional dibandingkan laki-laki. "Beban emosional yang dirasakan perempuan sering kali lebih berat, karena adanya peran gender yang menuntut mereka untuk selalu tampil kuat, meski sebenarnya mereka tengah berjuang melawan penyakit," ujarnya.

Sebaliknya, pada pasien laki-laki, faktor usia dan depresi menjadi prediktor utama yang memengaruhi kualitas hidup. "Laki-laki yang lebih tua biasanya merasa lebih kesulitan menerima kondisi kesehatannya, terutama jika mereka adalah pencari nafkah utama dalam keluarga," tambah Lilis Setyowati.

Spiritualitas Sebagai Penopang Hidup
Hal menarik lainnya dari penelitian ini adalah bahwa tingkat spiritualitas, baik pada pasien laki-laki maupun perempuan, ternyata cukup tinggi. Erma Wahyu Mashfufa menegaskan bahwa spiritualitas memainkan peran penting dalam memberikan kekuatan mental bagi pasien. "Pasien yang memiliki spiritualitas tinggi cenderung lebih optimis dan mampu menerima kondisi mereka dengan lapang dada," ujarnya.

Namun, sayangnya, tingkat dukungan keluarga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pasien laki-laki dan perempuan. Hal ini menjadi perhatian para peneliti, karena dukungan keluarga seharusnya menjadi salah satu pilar utama dalam perawatan pasien.

Menghapus Diskriminasi Gender dalam Perawatan Pasien
Dalam penelitian ini, para dosen UMM juga menyoroti pentingnya menghapus diskriminasi gender dalam perawatan kesehatan. Myrna Setyawati mengatakan, "Perempuan dan laki-laki memiliki kebutuhan yang berbeda dalam perawatan mereka, dan kita harus lebih peka terhadap hal ini. Dengan memahami perbedaan ini, kita dapat memberikan perawatan yang lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup mereka."

Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan gender dalam pengalaman hidup pasien cuci darah, dengan pendekatan yang tepat, kesenjangan ini dapat diminimalkan. Ollyvia Freeska Dwi Marta menambahkan, "Penting bagi semua pihak, baik tenaga medis maupun keluarga pasien, untuk bekerja sama menciptakan lingkungan yang mendukung, tanpa membeda-bedakan gender."

Dengan hasil penelitian ini, para dosen UMM berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas hidup pasien hemodialisis di Indonesia. "Ini bukan hanya tentang perawatan medis, tetapi juga bagaimana kita mendukung mereka secara emosional, spiritual, dan sosial," tutup Ollyvia Freeska Dwi Marta.

(Reporter: Tim UMM)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun