Teori mengatur agenda (agenda-setting) dalam komunikasi menyoroti peran penting media massa dalam menentukan topik atau isu yang dianggap penting oleh masyarakat. Dalam era informasi yang terus berkembang, pertanyaan tentang siapa yang mengontrol agenda dan bagaimana hal itu memengaruhi persepsi publik menjadi semakin signifikan.
Media massa, melalui penyiaran berita, publikasi, dan platform digital, berfungsi sebagai penentu utama dalam menyoroti isu-isu tertentu. Teori agenda-setting mengajukan bahwa media memiliki kemampuan untuk membentuk agenda publik, menarik perhatian kita pada topik tertentu dan memandu kita dalam menilai kepentingan relatif dari isu-isu tersebut.
Pentingnya teori ini terletak pada pengaruhnya terhadap pemahaman dan persepsi masyarakat terhadap dunia di sekitar mereka. Media memilih isu-isu yang dianggap layak diberitakan, dan oleh karena itu, isu-isu tersebut mendapatkan sorotan dan perhatian lebih banyak. Hal ini dapat menciptakan distorsi dalam persepsi masyarakat, terutama ketika isu-isu yang lebih penting secara substansial terabaikan.
Dampak dari agenda setting tidak hanya terbatas pada pemilihan isu-isu yang mendominasi berita, tetapi juga berdampak pada bagaimana masyarakat merespon dan membahas topik tersebut. Terbentuknya opini publik dan arus informasi yang dominan dapat mempengaruhi sikap dan keyakinan, membentuk pandangan masyarakat terhadap isu-isu tertentu.
Namun, dalam era digital, peran individu dalam mengatur agenda semakin terlihat. Sosial media memberikan platform di mana setiap individu memiliki kemampuan untuk mengangkat isu dan membagikan pandangannya sendiri. Ini menciptakan dinamika di mana agenda-setting tidak hanya terpusat pada media tradisional, tetapi juga tercermin dalam interaksi harian melalui platform online.
Meskipun demikian, tantangan muncul dalam kemampuan media massa untuk memilih isu-isu yang sesuai dengan kepentingan publik secara luas. Dalam beberapa kasus, isu-isu yang seharusnya mendapat perhatian dapat terpinggirkan oleh topik yang lebih kontroversial atau sensasional. Dalam hal ini, muncul pertanyaan etis tentang tanggung jawab media dalam memberikan gambaran yang seimbang dan akurat terhadap realitas.
Jika ditinjau secara lebih kritis, teori agenda setting mengingatkan kita untuk mempertimbangkan kritis sumber informasi yang kita konsumsi dan untuk terus berupaya mencari perspektif yang beragam. Sementara media memainkan peran penting dalam membentuk agenda, individu juga memiliki tanggung jawab untuk memahami dinamika ini dan untuk berpartisipasi aktif dalam membentuk opini publik. Dengan demikian, mengatur agenda dalam komunikasi tidak hanya menjadi tugas media massa, tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama untuk menciptakan masyarakat yang informasional dan kritis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H