Mohon tunggu...
dafit
dafit Mohon Tunggu... Freelancer - manusia

Hutan, gunung, sawah, lautan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Efek Biologis Jatuh Cinta: Peran Hormon dalam Proses Jatuh Cinta

23 Agustus 2023   06:03 Diperbarui: 23 Agustus 2023   06:22 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jatuh cinta adalah pengalaman yang mendalam dan penuh gairah. Tetapi, apakah Anda pernah bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi dalam tubuh kita ketika kita jatuh cinta? Ternyata, ada keterlibatan hormon dan reaksi kimia yang memainkan peran penting dalam memicu perasaan cinta dan ketertarikan.

Salah satu hormon utama yang terkait dengan cinta adalah oksitosin, yang dikenal sebagai hormon kasih sayang atau hormon cinta. Hormon ini dilepaskan saat kita merasakan sentuhan fisik, keintiman, dan kebersamaan dengan pasangan kita. Oksitosin dapat meningkatkan perasaan keakraban, kepercayaan, dan ikatan emosional antara dua orang.

Selain itu, hormon dopamin juga memiliki peran besar dalam proses jatuh cinta. Dopamin bertanggung jawab untuk memberikan sensasi kenikmatan dan kegembiraan saat kita melihat atau berinteraksi dengan orang yang kita cintai. Kadar dopamin yang tinggi dalam otak dapat menyebabkan perasaan euforia dan kegembiraan yang sering terkait dengan fase jatuh cinta.

Tidak hanya hormon, tetapi juga kimia dalam otak seperti feniletilamin (PEA) juga berperan dalam proses cinta. PEA adalah senyawa kimia yang dilepaskan oleh tubuh saat kita jatuh cinta. Senyawa ini dikaitkan dengan meningkatnya denyut jantung, perasaan bersemangat, dan fokus yang intens pada pasangan.

Namun, perlu diingat bahwa efek biologis ini hanya sebagian dari kehidupan cinta kita. Meskipun hormon dan kimia dapat memainkan peran dalam memicu perasaan jatuh cinta, hubungan yang sehat dan berkelanjutan juga membutuhkan komunikasi, kepercayaan, kompatibilitas, dan komitmen.

Jadi, jangan lupakan peran hormon dan kimia dalam jatuh cinta, tetapi juga perhatikan bahwa cinta yang bertahan membutuhkan lebih dari sekadar reaksi biologis. Memahami efek biologis jatuh cinta dapat membantu kita lebih menghargai dan mengelola perasaan kita, serta membangun hubungan yang kokoh dan bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun