Ratusan orang mengadakan unjuk rasa di sejumlah kota Indonesia menyusul pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak. Di Jakarta demonstran dari kelompok mahasiswa disebagian kota Jakarta sempat terlibat bentrok dengan aparat keamanan, namun aparat berhasil membubarkan mahasiswa. Mereka dilaporkan melempar batu, botol dan bom molotov ke arah polisi bahkan ada yang sampai membakar pos polisi dan polisi membalasnya dengan tembakan gas air mata.
Rencana pemerintah yang akan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terus mendapatkan penolakan dari masyarakat. Bahkan rencananya, berbagai elemen masyarakat akan menggelar aksi demo besar-besaran menolak kenaikan harga BBM. Kebijakan pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak serta merta dapat diterima semua pihak. Terutama dari kalangan mahasiswa dan buruh. Dalam beberapa pekan terakhir, gelombang aksi penolakan atas kebijakan kenaikan harga BBM marak terjadi dan dilakukan secara massif di berbagai daerah. Aksi unjuk rasa pun tidak jarang berakhir bentrok antara massa demonstran dan aparat keamanan.
Aksi demonstrasi mahasiswa yang berujung rusuh,ditentang oleh sebagian masyarakat di Jakarta dan di beberapa daerah di Indonesia. Para mahasiswa, harus mengingat bahwa mereka adalah agen perubahan dan bukan preman jalanan. Jika mereka bertindak semena-mena pada pengendara yang melintas di jalan, bukan mustahil mahasiswa akan dimusuhi masyarakat, dan bukan mustahil masyarakat melakukan serangan balasan pada mahasiswa hingga terjadi tawuran masyarakat dengan mahasiswa, seperti di Makasar dan Palopo pada Senin kemarin.
Dalam jangka panjang, demonstrasi bisa mengakibatkan tertundanya sejumlah investasi. Tertundanya investasi bukan semata-mata disebabkan naiknya harga BBM, tapi bisa mengakibatkan kenaikan biaya produksi. Demonstrasi yang terus menerus menyebabkan investor perlu memerhatikan segi keamanan dan stabilitas politik. Unjuk rasa mencitrakan Indonesia bukan negara yang aman untuk berinvestasi. Demokrasi tidak mengajarkan anarkisme dengan sesama rakyat, tidak juga mengajarkan vandalisme terhadap harta benda, tidak juga mengajarkan pemaksaan kehendak dengan sweeping terhadap buruh untuk memaksa ikut demo tidak juga mengajarkan pelanggaran terhadap hukum dan ketertiban umum seperti pembakaran dan penyandraan kendaraan.
Aksi dan gelombang unjuk rasa masih akan terjadi meski pemerintah telah mengumumkan secara resmi kenaikan harga BBM. Menteri Kordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa sendiri mengaku tidak bisa memprediksi kapan gelombang penolakan mereda. Hatta juga menyampaikan dalam pemberitaan di berbagai media bahwa menganggap aksi demonstrasi biasa terjadi di Indonesia. "Demo itu biasa, namanya juga negara demokrasi," ujar Hatta. Hatta menilai demonstrasi-demonstrasi menolak rencana kenaikan harga bahan bakar minyak perlu disikapi lebih bijak. Hatta juga mengimbau bagi para demonstran jangan merusak fasilitas umum. mahasiswa boleh mengelar aksi demo akan tetapi, harus sesuai dengan jalurnya. Jangan merusak fasilitas umum, seperti memblokir jalan, dan menyandera busway, Karena, Indonesia adalah negara yang demokrasi. Yang perlu dicermati, Demo tak boleh anarkis karena ada sistem negara yang mengatur. menyampaikan aspirasi harus selalu dalam koridor sistem hokum yang sudah ada dan sesuai dengan ritmenya.
Ingin menyampaikan aspirasi, yang jadi pilihan untuk saat ini bagi para pemuda dan mahasiswa adalah demonstrasi. Cobalah lihat saat ini yang terjadi. Akibat demonstrasi besar-besaran untuk menolak kenaikan harga BBM, akhirnya terjadi kerusakan di mana-mana. Jalanan macet, bandara diblokir, korban jiwa berjatuhan, fasilitas rakyat rusak, dan saling terjadi penyerangan antara mahasiswa dan aparat. Apa yang diinginkan oleh para pemuda? Katanya ingin menyampaikan aspirasi rakyat, namun kenapa sampai rakyat yang jadi korban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H