Mohon tunggu...
Fitri Ariani
Fitri Ariani Mohon Tunggu... Perawat - Mahasiswa

Fitri Ariani merupakan seorang mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Persona Kepemimpinan Dalam Islam

2 April 2022   23:37 Diperbarui: 3 April 2022   06:30 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persona Kepemimpinan Dalam Islam

Oleh : Fitri Ariani (Mahasiswi) & Shanti Wardaningsih (Dosen)

Menurut Nourthose (2013) Leadership is a process whereby an individual influence a group of individuals to achieve a common goal”.

Kepemimpinan merupakan suatu proses dimana seorang individu mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai tujuan bersama.

Mengapa penting persona kepemimpinanan?

Persona kepemimpinan dalam islam akan mengarahkan tentang bagaimana interaksi seorang pemimpin dengan bawahan, hal ini dapat mempengaruhi bawahan untuk dapat bekerjasama secara sadar dalam membantu pemimpin untuk mencapai tujuan bersama.

Persona kepemimpinan dalam islam terbagi menjadi :

Tidak meminta jabatan

Di dalam islam, jabatan tidak boleh diberikan kepada seseorang yang meninta dan berambisi untuk mendapatkannya. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّا لاَ نُوَلِّي هَذَا مَنْ سَأَلَهُ وَلَا مَنْ حَرَصَ عَلَيْه

“Kami tidak menyerahkan kepemimpinan ini kepada orang yang memintanya dan tidak pula kepada orang yang berambisi untuk mendapatkannya.”(HR. Al Bukhori & Muslim)

Seseorang yang apabila memangku jabatan yang diperoleh atas permintaannya, maka urusan tersebut akan diserahkan kepada dirinya sendiri dan tidak akan ditolong oleh Allah SWT, hal ini berkaitan dengan sabda Rasulullah SAW “Bila engkau diberi tanpa dimintaknya niscaya engkau akan ditolong oleh Allah SWT, dengan diberi taufik kepada kebenaran. Namun bila diserahkan kepadamu karena permintaanmu, niscaya akan dibebankan kepadamu”

Adil

Rasulullah SAW sangat menekankan untuk seorang pemimpin dapat bersikap adil, dan juga dapat memberantas kezaliman yang ada. Apabila seorang pemimpin bisa berlaku adil, maka surga tertinggi tempatnya, tapi apabila terjadi sebaliknya, maka neraka tempatnya dan akan merasakan kesengsaraan didunia.

Terdapat sebuah hadist dari Aisyah radhiallahu’anhu :

اللَّهُمَّ، مَن وَلِيَ مِن أَمْرِ أُمَّتي شيئًا فَشَقَّ عليهم، فَاشْقُقْ عليه، وَمَن وَلِيَ مِن أَمْرِ أُمَّتي شيئًا فَرَفَقَ بهِمْ، فَارْفُقْ بهِ

"Ya Allah, Siapa saja yang mengurusi urusan dari umatKu, Kemudian dia membuat susah umatKu, Maka susahkanlah dia. Dan Siapa saja yang mengurusi urusan dari umatKu, lalu ia sayang pada umatKu, Maka sayangilah ia” (HR. Muslim, no 1828)

Dalam hadist ini menjelaskan bahwasannya adanya ancaman bagi pemimpin yang melakukan kezaliman pada bawhannya, balasan pemimpin sesuai amal yang diperbuat,  memberikan motivasi pada pemimpin untuk dapat menyayangi bawahannya, dan menujukkan bahwa sayangnya Rasulullah SAW pada umatnya. Nabi SAW juga pernah bersabda :

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ:الإِمَامُ العَادِلُ

“Ada tujuh golongan manusia yang akan Allah naungi dalam naunganNya pada hari kiamat yang  tidak ada naungan selain naunganNya (Hari kiamat) yakni pemimpin yang adil.

Sungguh akan menjadi sangat beruntung apabila pemimpin dapat membrantas ketidakadilan. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda “Sehari seoranng pemimpin yang adil lebih utama daripada 60 tahun, dan satu hukum ditegakkan dibumi akan dijumpainya lebih bersih daripada 40 hari”.

Jujur

Jujur dalam kepemimpinan merupakan perilaku positif dengan  berkata yang sebenarnya, tidak curang, serta perbuatan dan perkataan yang tidak berlawanan pada kenyataan. Di dalam islam seorang pemimpin harus menyampaikan apa yang benar dan apa yang salah. Tidak memihak satu sama lain melainkan harus dinyatakan dengan kebenaran. Perintah jujur telah tercantum alam Al-Quran dan hadits. Salah satunya dalam Al Ahzab ayat 70 

أَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah

Adapun hadits mengenai pentingnya jujur :

إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا، وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ، حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

“Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.” (HR Bukhari).

Berilmu

Dalam Al-Qur’an surat Al-Mujaadilah ayat 11, menegaskan bahwa betapa “tingginya kedudukan orang yang berilmu setelah iman yang dimilikinya”. Surat tersebut bermaksud bahwa seorang pemimpin dalam menjalankan peran dan tugasnya haruslah mempunyai ilmu luas, hal ini dikarenakan ketika seorang pemimpin memiliki ilmu  pemimpin akan dapat melakukan tindakkan sesuai dengan ilmu yang dimiliki serta mampu menganalisa dari setiap peristiwa yang dihadapi. Selain itu, seorang pemimpin yang berilmu juga akan dapat untuk menghindari diri dari jebakkan kepentingan, kebodohan, dan ketergesaan dalam pengambilan keputusan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun