Mohon tunggu...
Suara Pendidik Edukreatif
Suara Pendidik Edukreatif Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Pengalaman apa saja yang berkaitan dengan dunia pendidikan yang kreatif dan berinovasi.

Visi Suara Pendidik EduKreatif: Menjadi platform inspiratif dan informatif yang memberdayakan para pendidik untuk menciptakan inovasi pembelajaran yang kreatif, relevan, dan bermakna, serta memperkuat kolaborasi dalam dunia pendidikan di era digital. Misi Suara Pendidik EduKreatif: Menyebarkan Praktik Baik: Membagikan cerita inspiratif, praktik baik, dan solusi kreatif dari para guru, komunitas belajar, dan sekolah dalam menerapkan kurikulum Merdeka dan inovasi pendidikan. Menguatkan Kolaborasi: Membangun jaringan kolaborasi antarpendidik di seluruh Indonesia untuk berbagi ilmu, pengalaman, dan sumber daya dalam pengembangan pembelajaran. Mendorong Inovasi Pembelajaran: Mempromosikan penggunaan teknologi dan pendekatan kreatif dalam pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan peserta didik di era modern. Memotivasi Pendidik: Menginspirasi guru-guru untuk terus berkembang, belajar, dan berinovasi melalui berbagai artikel, pelatihan, dan diskusi yang memperkaya wawasan. Meningkatkan Literasi Pendidikan: Menyediakan konten edukatif yang mudah diakses dan dipahami oleh semua lapisan pendidik untuk membantu dalam memahami isu-isu pendidikan terkini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hutan Terlarang

1 Desember 2024   10:08 Diperbarui: 1 Desember 2024   10:12 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jangan dekat-dekat!" bisik Wulan. Suaranya terdengar ketakutan. Tapi Dika mengabaikannya. Dia menyentuh batang pohon itu dengan ujung jarinya.

Seketika, dia terjatuh sambil memegang kepalanya. "Aaaargghh!" Dika berteriak keras. Reza dan Wulan panik, mencoba membantunya bangun. Namun, wajah Dika berubah. Matanya membelalak, seperti melihat sesuatu yang tidak terlihat oleh mereka.

"Ada... ada yang berbicara di kepalaku... mereka memanggilku..." Dika bergumam, suaranya serak dan tidak seperti dirinya.

Reza menarik Dika menjauh dari pohon itu, tapi tiba-tiba kabut tebal menyelimuti mereka. Cahaya senter mulai redup, membuat semuanya nyaris tidak terlihat. Dari dalam kabut, terdengar suara langkah kaki. Pelan tapi pasti, suara itu mendekat.

"Siapa itu?!" Reza berteriak. Tidak ada jawaban.

Tiba-tiba, suara itu berhenti, diikuti oleh suara tertawa kecil. Tawa itu begitu pelan, tetapi terasa menusuk hingga ke sumsum tulang.

"Keluar! Jangan main-main dengan kami!" Dika, yang entah bagaimana, berdiri kembali. Matanya masih liar. "Aku tidak takut denganmu!" teriaknya.

Lalu, suara itu berhenti. Kabut perlahan memudar, memperlihatkan pemandangan yang lebih menyeramkan. Pohon-pohon di sekitar mereka berubah. Batangnya kini menyerupai tubuh manusia yang terpuntir, dengan wajah-wajah menyeringai di antaranya. Akar-akar pohon itu tampak menggeliat, seolah ingin meraih mereka.

Wulan mulai menangis, lututnya gemetar. Reza mencoba menariknya untuk lari, tapi langkah mereka terhenti ketika suara lirih seperti bisikan terdengar di telinga mereka.

"Kenapa kalian di sini?"

Reza menoleh ke sumber suara. Di bawah pohon tua itu, berdiri seorang wanita berambut panjang, mengenakan gaun putih kotor. Wajahnya tidak terlihat jelas karena bayangan, tapi suaranya penuh amarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun