Malam itu, kabut tebal menyelimuti Desa Laras, sebuah perkampungan kecil di kaki bukit yang terkenal dengan cerita mistisnya. Bukit Laras bukan sekadar bukit biasa. Di puncaknya, ada hutan lebat yang diberi nama Hutan Laras. Tak seorang pun di desa itu berani mendekat, apalagi memasukinya. Konon, hutan itu adalah tempat bersemayamnya kekuatan gelap yang tidak pernah tidur.
Namun, seperti halnya setiap kisah larangan, selalu ada yang ingin melanggar.
*********
Sore itu, tiga sahabat---Reza, Dika, dan Wulan---berkumpul di tepi sungai yang mengalir di pinggir desa. Obrolan mereka awalnya biasa saja, hingga Dika, dengan tatapan penuh keberanian, mengajukan tantangan, "Kita masuk ke Hutan Laras malam ini. Buktikan kalau cerita warga desa cuma omong kosong."
Wulan, meskipun takut, menyetujui dengan ragu. Dia lelah mendengar ejekan Dika yang selalu merendahkan keberaniannya. Reza, meskipun awalnya menolak, akhirnya menyerah pada bujukan kedua temannya. Mereka bertiga berjanji bertemu di pinggir hutan saat matahari tenggelam.
Malam itu, bulan hanya setengah memancar, menyisakan bayangan pekat di antara pepohonan. Angin berdesir, membawa aroma tanah basah bercampur sesuatu yang sulit dijelaskan---seperti besi berkarat. Ketiganya berdiri di depan pintu masuk hutan. Suasana dingin menusuk tulang, tapi tidak ada yang mau mundur.
"Kalau kita tidak kembali sebelum tengah malam, berarti cerita mereka benar," ujar Dika, setengah bercanda, sebelum melangkah pertama kali.
Reza dan Wulan mengikuti dari belakang. Suasana di dalam hutan langsung berubah begitu mereka melewati garis pepohonan. Udara terasa berat. Tidak ada suara jangkrik, tidak ada bunyi burung malam. Hanya keheningan yang begitu menekan.
Mereka berjalan perlahan, lampu senter kecil yang dibawa Reza menjadi satu-satunya penerang. Namun, cahaya itu seolah tak mampu menembus kegelapan yang seperti hidup. Wulan merasa ada yang mengawasi mereka, tapi setiap kali dia menoleh, tidak ada apa-apa. Hanya bayangan pepohonan yang bergerak.
Setengah jam berjalan, mereka tiba di sebuah tanah lapang kecil. Di tengahnya, ada sebuah pohon tua dengan batang hitam pekat, seperti terbakar. Anehnya, tidak ada dedaunan atau semak di sekitarnya. Semua tanah tampak gersang. Dika mendekat, ingin memeriksa.