Mohon tunggu...
fitriapriyani
fitriapriyani Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja harian lepas / phl

Saya sangat suka menulis baik itu romance maupun horor.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semenjak Kepergian Ibu

1 Desember 2024   22:22 Diperbarui: 1 Desember 2024   22:30 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Fifi tinggal di kota mendung bersama seorang Adik perempuannya. Semenjak kedua orangtuanya berpisah, Fifi dan Sari tinggal bersama Ayah. Ibu berjualan di pasar seperti biasa. 

Ayah sering depresi lantaran berpisah dengan Ibu. Perceraian pun tak terhindarkan karena punya prinsip yang berbeda-beda. Sejak Ibu meninggalkan rumah, kami kerap kali kelaparan, kami hanya masak dari sisa-sisa sayuran yang ada di dalam lemari pendingin. 

Fifi bekerja di sebuah gudang pakaian dengan gaji yang lumayan membuat adiknya lega. Ayah kerap kali tidak pulang dan tidak meninggalkan uang sepeser pun kepada kami. Setiap melihat kami Ayah selalu kesal lantaran mengingat Ibu. 

Hari demi hari kami lewati tanpa Ibu. Gangguan demi gangguan di rumah silih berganti dari mulai bau busuk yang menyengat, wangi aroma masakan di dapur, bunyi orang mandi, ada aktivitas di ruang tamu dan lain sebagainya. 

Sampai suatu ketika pada malam hari pukul sebelas terdengar suara langkah kaki di atas atap rumah, kemudian suara tersebut melompat tepat di depan kamar. Fifi dan adiknya tak henti-hentinya melantunkan ayat-ayat suci al quran sembari menatap satu sama lain.

Satu jam berlalu mereka mencoba untuk tidur namun naas mata sulit untul terpejam. Segera mereka meraih benda pipih tersebut dan memainkannya hingga tak terasa adzan berkumandang. 

Salah satu dari keduanya tak ada yang berani untuk membuka pintu sebelum Sang Surya menampakkan wajahnya. Adik Fifi juga ketakutan akan kejadian semelam. Kunci pintu di bawa Ayah. Sementara kunci cadangan berada di kamar. 

Sang Surya menampakkan dirinya menyinari jendela rumah Fifi. Fifi yang tak kuasa menahan kantuk dari semalam masih terlelap. Adik Fifi meminta agar pindah dari rumah Ayah. Fifi menyetujuinya. Fifi dan Adiknya berkemas meninggalkan rumah Ayah. Fifi berpamitan kepada Ayah dengan mengirimkan sebuah pesan singkat. Ayah menyetujuinya. 

Fifi dan Adiknya tinggal di rumah nenek. Fifi bekerja sementara adiknya kembali  Lagi ke Pondok untuk mengais ilmu. 

Tamat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun