Mohon tunggu...
Fitriany Pattisahusiwa
Fitriany Pattisahusiwa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi berenang

Selanjutnya

Tutup

Book

Review Buku Korupsi "Melacak Arti, Menyimak Implikasi"

1 Juli 2024   20:39 Diperbarui: 1 Juli 2024   20:39 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Dalam rivalitas kriteria moral bagi kekuasaan publik juga terungkap kompetisi antar ideologi seperti liberal vs konservatif, namun lambat laun hanya satu standar moral yang diterima dan itu menentukan kualitas moral rana publik dan pemerintahan. Dalam gesekan serta rivalitas kriteria moral mengenai kekuasaan publik ini soal korupsi menjadi titik ledak, dan dengan itu juga menjadi pemicu penting bagi berbagai reformasi yang berlangsung kencang sepanjang abad ke-19.

JEREMY BENTHAM: REFORMASI DAN PAHAM BARU KORUPSI

Jeremy Bentham secara khusus menyoroti transaksional yang selalu terjadi antara legislator dan eksekutif. Ia menulis, misalnya: betapa sangat penuh keuntungan situasi anggota badan legislatif dalam sistem demokrasi. Ia sendiri dikejar orang orang yang selalu siap mengatakan kepadanya apa yang mereka ketahui, lihat, dengar atau pikirkan. Jadwal tahunan, buku harian, foto foto pejabat publik dan mereka yang beraspirasi menjadi pejabat publik ada di mejanya, menjadi teman makan sehari hari.

Disini juga bentham dengan sarkastis menyajikan banyak contoh yang bahkan tidak asing bagi telinga kita. Misalnya, perdana menteri ingin mengangkat anaknya yang dikenal penakut dan pemabuk untuk menjadi kepala staf angkatan darat. Tentu saja sang perdana menteri tidak mungkin melakukan itu tanpa transaksi kolusif dengan dewan perwakilan. juga, legislator atau eksekutif, "punya anak dengan bisnis tertentu, dan anak itu ingin punya monopoli atas pengadaan barang". Tentu saja itu perlu transasksi dengan insentif tertentu agar para legislator meloloskan undang-undang proteksi lalu membuat warga biasa tak bisa memperoleh barang berkualitas dengan harga lebih murah".

Menurut sejarah dalam historiografi masalah korupsi dan anti-korupsi, sejarawan jens Ivo Engels Menemukan terjadinya transformasi pan-Eropa selama kurun 1780-an hingga 1880-an, ketika "berbagai gerakan reformasi tidak lagi melihat korupsi sebagai perkara kembali ke ideal masa lampau yang dianggap sedang rusak seperti paham kaum republikan. Mereka menciptakan sesuatu yang baru karena perubahan konteks politik serta ideologis, dan reformasi dengan idiom anti-korupsi menguasai agenda politik untuk pertama kalinya dalam sejarah.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun