Mohon tunggu...
fitria nurri afivah
fitria nurri afivah Mohon Tunggu... -

asli indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mau Ngasuh Apa Mau Ngajak Rusuh?

8 Desember 2014   16:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:48 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kehidupan dibalik kisah nyata. Cerita ini berdasarkan kisah nyata dari sebuah keluarga kecil bahagia yang hidup jauh dari kota (pedesaan). Keluarga yang dibangun sejak tahun 1991 ( 23th yang lalu). Bermula dari cinta lokasi di sekolah akhirnya mereka mereka memutuskan untuk membangun bahtera rumah tangga dengan begitu banyak harapan dan angan-angan. Memimpikan hal-hal yang mungkin orang lain juga memimpikannya. Menikah, Ya Menikah adalah Impian yang setiap orang memimpikannya,Tentu. Terpaut umur yang lumayan jauh mereka tidak menghiraukan.

Seminggu berlalu, kehidupan keluarga kecil mereka bahagia dan keluarga kedua belah pihak saling mensupport satu sama lain. Keduanya saling berkerja demi menghidupi keluarga kecil mereka. Siang malam mereka habiskan untuk berkerja, berkerja dan berkerja. Sampai saatnya sang istri telah berbadan dua. Akhirnya sang istri lebih memilih untuk istirahat dan lebih fokus pada persiapan untuk melahirkan. Sang suami yang jarang pulang karena sibuk berkerja pulang. Sopir adalah pilihan yang tetap bagi sang suami karena pada masa itu gaji seorang supir sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kehidupan mereka berdua dan calon malaikat kecil mereka. Sang suami yang pulang di tengah malam dan berangkat sebelum matahari memunculkan senyumnya. Tak lupa setiap pulang dari kerja sang suami selalu membawakan makanan kesukaan sang istri dan itu adalah hal yang tak boleh terlewatkan di benak sang suami. Setiap kali pulang sang istri selalu membukakan pintu untuk suami tercintanya. Meskipun mereka belum memiliki gubuk sendiri (rumah) tetapi mereka sangat berkeinginan untuk memiliki rumah sendiri sebelum malaikat kecil mereka hadir di dunia dengan senyum yang lucu dan menggemaskan.

Waktu terus berlalu. Perut sang istri semakin membuncit dan semangat sang suami untuk membangun gubuk mereka sudah sangat mengebu-gebu. Akhirnya mereka sudah bisa mendirikan gubuk kecil dan sederhana sebelum malaikat kecil mereka lahir di dunia. Sembari menunggu malaikat kecil yang sudah siap untuk menyapa dunia, sang suami rela untuk tidak berkerja dan hanya menghabiskan waktu untuk mengurus sang istri tercinta. Betapa bahagianya mereka, keinginan mereka satu persatu kini telah tercapai. Sampai saatnya hari itu tanggal 16 maret 1994 yang bertepatan dengan hari besar Umat ISLAM. Ya, IDHUL FITRI tepatnya, lahirlah Malaikat kecil yang lucu, dengan suara tangis yang keras, dengan bangga sang suami langsung memeluk malaikat kecil itu dengan penuh kasih sayang yang lembut dan bahagia sembari berkata kepada sang istri“terima kasih istri ku, kamu telah memberi kado istimewa di kehidupannku” . kemudian sang suami mengumandangkan Adzan untuk maliakat kecilnya. Sang istri melahirkan gadis kecil itu dengan normal meskipun hanya dibantu seorang dukun bayi di kampung mereka. Gadis kecil yang saat itu terlihat sangat lucu dan sedikit memiliki kulit gelap. Semua keluarga sangat bahagia ketika mendengar tangis malaikat kecil itu. Satu persatu keluarga melihat dan menggendong malikat kecil itu.

Hari-hari mereka sangat bahagia dan pastinya kehidupan mereka sudah lengkap karena kehadiran seorang gadis lucu dan mengemaskan itu. Semakin hari semakin bertambah pula pertumbuhannya, perkembangannya juga cukup terpenuhi dengan baik. Sampai suatu saat ketika sang gadis kecil itu berusia kurang lebih satu tahun. Sang istri mulai berkerja kembali mengingat karena kebutuhan mereka akan semakin bertambah banyak. Sang istri memilih utuk berjualan di pasar desa. Sang gadis pada saat itu di asuh oleh nenek dan kelurga yang lain. Karena bapak dan ibunya sibuk berkerja sepanjang hari. Ibunya pulang sore hari dan bapaknya pulang tengah malam. Dan hal itu terus berlangsung selama saat ini. Saat itu ketika si gadis sudah mulai menginjak pendidikan di Taman Kanak-kanak. Gadis itu diantar dan di tunggu oleh Bulek (tante) untuk ke sekolah dengan jalan kaki. karena orang tuanya tidak bisa mengantar dan menunggui gadis mereka tersebut. Mereka sibuk mencari nafkah untuk keluarga mereka. Setiap kali bapaknya pulang di tengah malam dia selalu terbangun dan ikut ibunya membukakan pintu untuk bapaknya. Dia selalu tersenyum kepada bapaknya dan selalu ingin meminta gendong. Hal itu terus berjalan sampai sang gadis berusia 9 th.

Masih teringat dibenak sang Gadis kecil dengan rambut panjang dan tubuh kurusnya itu pada saat dia masih berusia 5th, ya benar 5th. Suatu malam ketika sang bapak pulang agak sore, entah kenapa pada saat itu bapak dan ibunya sedikit agak berbeda. Yang biasanya saling berbincang dengan hangat tiba-tiba malam itu sangat dingin sang gadis sangat ketakutan. Anak di usia dia tidak seharusnya melihat dan mendengar hal seperti itu. Dis melihat bapak dan ibunya bertengkar habis-habisan di tengah malam. Dia hanya bisa meneteskan air mata dan tidak berani berbuat apa dengan keadaan seperti itu. Ketika saat itu dia terbangun karena melihat ibunya membuka baju dan memberikan sebilah sabit panjang kepada sang bapak dan berkata “Bunuh aku kalau emang itu jalan terbaik buat mu”. Betapa terkejutnya anak masih di usia 7th harus mendengar dan melihat kejadian itu, betapa sedihnya sang gadis. Untung saja saat itu kejadian itu terdengar oleh saudaranya, dan akhirnya saudaranya melerai bapak dan ibu sang gadis.

Sang gadis tidak akan bisa melupakan kejadian tersebut sampai kapanpun. Karena ingatan seorang anak pada usia itu asih termasuk masa-masa “Golden Age” (usia emas). Dimana pada usia itu sang anak sangat mudah sekali untuk mengingat karena kognitif mereka masih berfungsi dengan baik. Setelah kejadian itu, si gadis menjadi pendiam dan lebih agak sedikit agresif kepada kedua orang tuanya. Pada usia 9 th sang anak lebih memilih untuk mengikuti kegiatan-kegiatan di luar rumah, padahal di rumahnya adalah tempat dimana anak-anak di kampunya berkumpul untuk belajar mengaji kepada sang ibu tercinta, tetapi dia lebih memilih untuk mengikuti kegiatan di luar rumahnya. Dia mengikuti bimbingan belajar di sekolah, dan mengaji di sekolah yang dibimbing oleh gurunya. Betapa anehnya dia.

Bertepatan dengan Ujian Nasional Sekolah Dasar, sang ibu tercinta melahirkan seorang adik laki-laki. Dia sangat terpukul pada saat itu, disaat seperti itu seharusnya dia mendapat dukungan dari sang bapak dan ibu untuk memberi semangat ketika ujian, tetapi dia merasa tidak ada seorang pun yang memperhatikannya, sang bapak sama ibu hanya fokus kepada sang adik laki-lakinya. Sebelum itu,pada tahun 2004 sang kakek yang selalu memberi dukungan kepadanya untuk selalu berdoa, dan belajar supaya cita-citanya tercapai. Sang gadis teringat ketika itu sang kakek berkata “ nak, jangan lupa mengaji, shalat dan mendoakan kedua orang tua mu”. Pelukan seorang kakek sangat membuat sang gadis nyaman dan tidak ingin rasanya melepaskan pelukan kasih sayang itu. Sampai akhirnya sang gadis lulus sekolah dasar pada tahun 2006. Dan lebih memilih sekolah pilihan kakeknya. Dan benar di akhir sekolah menengah pertama dia memperoleh juara harapan pertama, karena dukungan dari kakek dan teman-temannya, pasti ada dukungan dari bapak dan ibunya tetapi dimata sang gadis dukungan itu hanya 1% saja.

Ketika itu sembari menunggu hasil ujian, sang gadis selalu pergi sekolah hanya untuk mengisi waktu luang di rumah. Dia selalu pulang sore hari, setiba dirumah dia melihat adik laki-lakinya yang sudah mulai bisa berjalan menghampiri dia dan meminta gendong. Dengan senyum yang bahagia dang gadis menggendong sang adik sampai adiknya tertidur. Saat itu hal yang tidak bisa dia hilangkan dari ingatannya kembali terulang. Bapak dan ibunya sering bertengkar. Sang gadis hanya bisa menangis dan menutupi telinga adiknya supaya tidak mendengar pertengkaran ibu dan bapaknya. Sang gadis tidak menginginkan jika adiknya seperti kakanya yang selalu cemas ketika mendengar bapak dan ibunya selalu bertengkar. Seakan-akan waktu tidak pernah berputar. Kehidupan bapak dan ibunya selalu dihiasi dengan celotehan-celotehan kasar dan penuh dengan pertengakran hanya hal-hal sepele.

Sang adik laki-laki sudah semaki besar ketika dia berumur 7 tahun dia semakin hiperaktif, dan setiap kali kakaknya belajr dia selalu mengganggu kakanya belajar. Tetapi hal itu tidak menjadi hal yang sulit bagi kakanya untuk menenangkan dia. Karena sang kakak sudah bisa berfikir dewasa aan hal itu. Dia mengajari adiknya menulis dan membaca. Ketika itu sang adik sudah bisa membantah bapak dan ibunya jika setiap kali disuruh. Dan marah jika tidak dituruti kemauannya. Dia akan sangat marah sekali sampai-sampai semua isi rumah akan berantakan hanya karena ulahnya yang keinginannya tidak dituruti.

Kini usia sang gadis sudah tidak kecil lagi, kini dia berusia 20 th. Dan sedang menempuh studi di bangku perkuliahan dan ssang adik sudah hampir berusia 9 tahun dan sedang menempuh belajar di bangku sekolah dasar. Mereka berdua sangat kompak sekali ketika melihat kedua orang tuanya bertengkar mereka selalu melarikan diri dan lebih memilih untuk pergi kerumah kakek dan nenek mereka yang lumayan dekat dengan rumah mereka. Sang kakak sangat khawatir akan masa depan sang adik. Seorang anak yang berusia 9 tahun harus melihat dan mendengar kedua orang tuanya yang seperti itu. Sang kakakn mengkhawatirkan sang adik mengidap depresi. Sang kakak melihat adanya ciri-ciri bahwa adiknya mengalami depresi. Bahwa sang adik mengalami kecemasan, fobia sosial. Sang adik jarang sekali mengikuti kegiatan seperti mengaji dan bermain dengan teman-temannya. Sang adik lebih memilih ntuk hanya bermain video game dan melihat tv. Sang kakak melihat dan membaca buku tentang depresi pada anak-anak. Sang kakak menemukan bahwa ada beberapa ciri-ciri khusus dari depresi pada masa anak-anak dan remaja yaitu : anak-anak yang depresi,terutama anak-anak yang lebih kecil mungkin tidak mengatakan atau sadar tentang perasaan depresi mereka. depresi dapat juga terselubung oleh perilaku yang tampaknya tidak berhubungan. anak-anak yang depresi cenderung memperlihatkan bias-bias kognitif yang diasosiasikan dengan depresi pada masa dewasa, seperti mengadopsi gaya penjelasan yang pesimis dan distorsi dalam berfikir. Ya benar ternyata sang adik mengalami DEPRESI.

Sungguh betapa sedihnya jika keluarga mereka mengetahui akan hal itu. Saya berharap pada keluarga-keluarga lain. Mohon hargai malaikat-malaikat tanpa sayap kalian. Mereka adalah penerus. Mereka adalah sebuah harapan besar yang harus di jaga dengan baik,bukan malah dijatuhkan. Mereka adalah ciptaan Sang Khalik yang sangat Berharga. Pandang mereka dengan penuh rasa sayang dan rangkul mereka dengan penuh kehangatan. Salam saya sebagia seorang penulis amatiran, Asuh lah mereka dan jangan malah menbuat Rusuh kepada mereka...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun