Mohon tunggu...
Fitria Nurbaidah
Fitria Nurbaidah Mohon Tunggu... Konsultan - Industrial Hygienist

Berjalan dan berbincang| Berjalan dan berfikir| Berjalan lalu menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menggapai Puncak Gunung Rinjani

11 Agustus 2014   19:22 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:49 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_352305" align="aligncenter" width="300" caption="Pemandangan Dari Jalur Senaru"][/caption]

Ini merupakan gunung pertama di luar pulau jawa yang akan kudaki, sudah lama rasanya ingin menginjakkan kaki di rinjani, teracuni oleh berbagai foto-foto mengaggumkan yang telah diambil oleh para fotografer petualang.

Pendakian kali ini kulakukan bersama dengan 25 orang kawan yang terkumpul dari berbagai macam latar belakang dan juga kewarganegaraan, pendakian yang paling ramai yang pernah ku ikuti, dan pasti akan menyenangkan.

Target hari ini adalah pendakian hingga pos ke-3, rencananya kami akan membuka tenda disana dan bermalam disana. Tepat siang hari, setelah menjalankan shalat dzuhur, kami mulai menyusuri jalan dari pintu sembalun.

[caption id="attachment_352293" align="aligncenter" width="300" caption="Gembala Sapi"]

1407733640417142708
1407733640417142708
[/caption]

Tak lama berjalan, sekumpulan sapi yang sedang mencari makan berkumpul di kanan kiri jalur pendakian kami. Jalur sembalun dipenuhi dengan padang savana terbuka yang cendrung gersang, hutan yang dipenuhi oleh pohon-pohon yang menjulang tinggi hanya sedikit saja mewarnai jalur ini. Sepenuhnya, sejauh mata memandang diisi oleh bukit-bukit savana yang begitu cantik, layaknya dekstop windows yang ada di komputer kita, cantik bukan.

[caption id="attachment_352306" align="aligncenter" width="300" caption="Padang Savana"]

14077350651309831315
14077350651309831315
[/caption]

[caption id="attachment_352307" align="aligncenter" width="300" caption="Senja Sore Itu"]

1407735102579428252
1407735102579428252
[/caption]

Sebelum senja akhirnya kami sampai di pos ke-3, awan berarakan di balik bukit, dan semburat jingga mulai memainkan warnanya, ah senja memang selalu istimewa bagiku, dan senang rasanya dapat merasakan senja dalam dekapan indahnya padang savana rinjani.Semua anggota bergegas menyiapkan tenda dan perbekalan pun mulai kami bongkar untuk mengisi ulang tenaga. Malam itu Rinjani belum terlalu dingin, mungkin karena kami memilih lokasi tenda yang tepat dan juga karena ini masih Bulan Mei, belum masuk musim kemarau, sehingga angin dingin yang bertiup belum terlalu mengigit tulang.

[caption id="attachment_352308" align="aligncenter" width="300" caption="Jalur Menuju Bukit Penyesalan"]

14077351481136583607
14077351481136583607
[/caption]

Esok hari, kami pagi-pagi sudah bergegas untuk merapikan carrier kami semua kembali, mempertimbangkan jalur pendakian yang gersang, maka ketua tim kami sangat menyarankan untuk memulai pendakian sejak pagi hari, agar tidak terlalu terpapar sengatan matahari hingga menyebabkan cepat lelah serta dehidrasi. Target hari ini adalah pintu pelawangan sembalun. Ketangguhan rinjani baru mulai aku rasakan hari ini, sebab rasanya bukit yang aku lalui tak pernah ada habisnya, dan tak berujung. Setelah sekian lama berjalan dan seperti nya itu akan menjadi bukit terakhir, aku selalu tertipu, ternyata masih ada bukit-bukit lebih tinggi lainnya yang harus aku daki untuk mencapai pintu pelawangan sembalun. Maka tak heran ini dinamakan bukit peyesalan, karena terlalu sayang untuk kembali ke awal namun juga terlalu sayang untuk mengakhirinya, lagiannya bukannya sesuatu yang indah itu, biasanya harus didapat melalui perjuangan, jadi nikmati saja perjalanan ini.

Ah itu dia pelawangan sembalun, tenda berbagai warna mulai berjejar berdiri memenuhi area ini. Kami pun mulai mencari lapak untuk mendirikan tenda kami, sore itu kabut turun dan udara dingin mulai menyergap, tak ada kehangatan senja. Rencananya besok pukul 2.30 pagi, kami akan melakukan pendakian ke puncak. Sesorean itu kami habiskan untuk beristirahat , mempersiapkan fisik menuju puncak para dewa dewi anjani esok pagi buta.

[caption id="attachment_352309" align="aligncenter" width="300" caption="Jalur Menuju Puncak"]

14077352331531328948
14077352331531328948
[/caption]

Sekitar pukul 2 pagi, palawangan sudah begitu ramai dengan suara derap kaki setiap orang yang ingin menuju puncak rinjani. Setelah sarapan seadanya dan berdoa, kami mulai melangkah kaki dalam dekapan diginnnya udara rinjani. Jalur menuju puncak berupa pasir dan kerikil yang sungguh menguji stamina dan kesabaran. Ah, nafasku mulai kalah dan udara dingin membuat fisikku semakin mudah merasa lelah. Sesekali terpaan angin terasa begitu mengigit hingga ke tulang. Tak terasa, Langit mulai merekah, pagi sebentar lagi datang, dan puncak sudah terlihat, namun tak kunjung kaki-kaki ini menggapainya juga, rasanya sudah begitu banyak langkah yang kuambil tapi jarak ku dengan puncak tetap tak ada perubahan yang berarti. Dan, ini mulai membuat mental ku sedikit jatuh, rasanya seperti ingin bilang sudah sampai sini saja sudah cukup baik, tapi saat melihat para pendaki yang lain masih tetap semangat, aku pun tak mau kalah, walau kaki rasanya sudah sangat berat untuk diajak melangkah, tapi masih ada semangat ku yang masih hidup. Dan, akhirnya kaki ku berhasil juga menjejakkan kaki di puncak rinjani, puncak para dewa dewi anjani, ah rasanya sangat mengharu biru. Dipuncak ini, kami menyanyikan lagu Indonesia raya dan dipuncak ini aku mencium bendera Indonesia. Terima kasih Indonesia untuk alam mu yang begitu indah.

[caption id="attachment_352301" align="aligncenter" width="300" caption="Puncak Rinjani"]

1407734257369997614
1407734257369997614
[/caption]



Sore hari, kami langsung bergegas kembali untuk menuju danau segaraanakan, rencananya kami akan pulang melalui jalur senaru. Setelah berjalan sekitar 4 jam dengan kondisi jalan yang menurun dari palawangan akhirnya kami menjejakkan kaki di segaraanakan. Tim terpisah menjadi dua, dan karena fisik yang sudah sangat terkuras, akhirnya kami memutuskan untuk mendirkan tenda dan tidak mencari tim lain.

Danau segaraanakan pagi itu ramai sekali, beragam tenda berdiri. Ya, beberapa tahun ini aktifitas pendakian gunung sedang marak digemari, jadi terkadang rasa kedamaian dan ketanangan itu agak sulit lagi untuk dicari, ditambah dengan perilaku bebrapa pendaki gunung yang suka membuang sampah sembarangan, membuat kondisi gunung semakin menyedihkan.

[caption id="attachment_352310" align="aligncenter" width="300" caption="Mancing Mania"]

1407735277740448000
1407735277740448000
[/caption]

Disegaranakan ini banyak aktifitas yang dapat dilakukan mulai dari memancing, berenang dan berendam di sumber air panas.

[caption id="attachment_352311" align="aligncenter" width="300" caption="Jalur Menuju Sumber Air Panas"]

1407735323249869482
1407735323249869482
[/caption]

Siang hari, tim kami yang lain, akhirnya datang menjemput, dan kami diajak untuk berpindah ke tempat mereka mendirikan tenda, masih di segaranakan, tapi disisi lain dekat dengan jalur menuju senaru. Ini dia surga itu, tidak ada keramaian, hanya ada tenda kami, dengan latar danau segaranakan dan pohon2 menjulang tinggi, suara kicauan burung terdengar dengan damai. Sungguh sangat damai dan menyenangkan sore itu, bersenda gurau dan bercengkrama dalam balutan alam yang begitu damai dan menentramkan, tak ada kebisingan dan tak ada keramaian.

Esok pagi, kami bergegas untuk menuju pintu senaru, saatnya untuk kembali ke peradaban kembali. Meninggalkan kecantikan rinjani dan kedamaian segaranakan. Tepat sore hari, kami akhirnya berhasil menggapain pintu senaru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun