Mohon tunggu...
Fitria Nurbaidah
Fitria Nurbaidah Mohon Tunggu... Konsultan - Industrial Hygienist

Berjalan dan berbincang| Berjalan dan berfikir| Berjalan lalu menulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Tentang Hijabku, Hijabmu, dan Hijab Kami Para Muslimah

3 November 2014   19:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:47 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


*Tulisan ini aku tujukan khusus untuk Ibu sri-wali kelas 2 SMP ku yang pertama kali menyentilku tentang hukum berhijab dan yang ke dua adalah sahabatku ketika SMA yang baru saja Allah panggil untuk kembali ke sisi NYA , almarhumah Ayu Sartika Yuliarti, terima kasih ayu untuk kekuatan dan semangat yang dirimu berikan di tahun-tahun awalku berhijab. Semoga Allah memberikan penerangan di alam kuburmu dan menerima segala amal kebaikan yang telah dirimu lakukan.

10 tahun yang lalu, aku masih duduk di bangku SMA dengan seragam putih abu-abu. Hari itu hari pertama kenaikan kelas dua. Hari yang baru bagiku, karena di hari itu, aku memutuskan sesuatu hal yang sangat personal terkait keinginanku untuk menghambakan diriku kepada Allah dengan lebih baik lagi. Iya, aku memutuskan berhijab.

Jika aku flashback dimasa lalu, aku sangat bersyukur Allah mempertemukanku dengan beberapa teman yang menginspirasi dan menguatkanku saat aku mulai berhijrah berusaha untuk menjadi hamba yang lebih baik. Jujur saja, saat itu keluarga ku kurang mendukung dan tidak percaya dengan keputusanku ini, karena pembawaan ku yang selama ini tomboy, jadi orang tua agak sedikit meragukan keteguhan hatiku untuk berhijab. Dan ketika itu, masih tersisa kekhawatiran bahwa hijab ini akan menghambat sekolah atau menghambat untuk mencari pekerjaan.

Memang dulu, 10 tahun yang lalu, hijab seakan masih menjadi sesuatu barang langka. Padahal, Al-quran sudah dengan terang benderang menjelaskan hukum dari penggunaan hijab ini yakni wajib bagi seorang muslimah yang sudah baligh, sama halnya seperti shalat ataupun puasa di bulan suci ramadhan. Lantas mengapa shalat dan puasa kita jalani, tapi hijab tidak kita jalani, ituah salah satu hal yang menjadi dasar atas keputusanku saat itu. Logika tersebut sungguh menggelitik hati dan pikiranku, akhirnya berbekal tekad, akupun menggunakan uang tabunganku untuk pergi ke pasar guna membeli seragam sekolah yang baru dan juga meminta tolong kepada kakakku yang saat itu lulus, untuk menanyakan ke teman-teman putri nya, terkait rok panjang sekolah yang sudah tidak digunakan kembali. Sungguh jika mengingat hal tersebut, aku sangat bahagia, Allah memberikanku keberanian untuk memutuskan sesuatu yang memang di padang mahsayr nanti akan aku pertanggung jawabi.

10 Tahun bukanlah waktu yang singkat bukan juga waktu yang lama, karena besaran waktu itu sangat relatif. Yang pasti, hijab membantu aku terus bermetamorfosis menjadi seorang muslimah yang lebih baik dari hari ke hari. Dan aku sadar diri bahwa akhlak dan ibadah ku masih sangat jauh dari apa yang dinamakan takwa, tapi aku tidak pernah berputus asa untuk terus belajar dan untuk terus mencambuk semangat di diri sendiri untuk menjadi hamba yang lebih baik lagi.

Saat ini, rasanya aku merasa sangat bahagia, melihat begitu banyak wanita yang telah menyadari hukum dari berhijab. Hijab tidak dianggap lagi sebagai sesuatu yang aneh atau menghambat atau bentuk keterbelakangan. Banyak muslimah yang telah menunjukkan bahwa dengan berhijab, iya tetap dapat berkarya dan berkarir dengan baik, dan yang pasti, kami , wanita tidak hanya dilihat dari kecantikan fisik semata, tapi hijab membuat kami dinilai berdasarkan kemampuan dan isi otak kami.

Berhijab itu merupakan suatu proses metamorfosis yang sangat bersifat personal, dan aku tidak pernah ingin menghakimi setiap bentuk hijab yang dikenakan oleh seseorang. aku akan sangat menghargai, para muslimah yang berusaha untuk merangkul dan memberikan tauladan yang baik tentang hijab yang benar itu seperti apa, bukan pihak-pihak yang hanya bisa mengkritik dan menggurui. Karena aku tidak ingin membunuh semangat-semangat baru, dari teman-teman wanita yang baru mulai berhijab. Metemorfosis itu membutuhkan waktu, bisa cepat atau lambat, yang pasti satu langkah baik untuk mulai menutup aurat patut diapresiasi.

Dan terakhir, tentang hijab dan akhlak. Semakin banyak jumlah wanita yang berhijab, maka akan semakin mudah menyorotinya, maka tak heran jika banyak yang mempertanyakan tentang hijab dan akhlak yang belum selaras. Memakai hijab itu sebuah kewajiban dan syarat wajibnya hanya satu yaitu perempuan baligh dan islam, tidak ada persyaratan lain seperti harus pandai membaca Al-quran, harus sudah menjalankan shalat 5 waktu , atau selalu menjalankan puasa sunnah. Tidak ada sertifikasi untuk seseorang berhijab terkait akhlahknya atau ibadahnya, karena hijab itu sudah jelas hukumnya wajib bukan sebuah pilihan. Jadi, ketika akhir-akhir ini kita banyak menemukan fenomena hijab dan akhlak yang belum selaras, maka itu semua bukan salah hijabnya, dan jangan mempertanyakan tentang kehijabanya. Karena itu adalah dua hal yang berbeda. Seorang wanita yang berhijab itu berarti dirinya telah menyadari bahwa salah satu ibadah yang wajib dilakukan oleh seorang muslimah yang telah baligh adalah berhijab. Dan jika pun ibadah lainnya dan akhlaknya masih jauh dari sempurna, itu merupakan hal yang berbeda. Namun, yang pasti, yang aku sadari semenjak berhijab, hijab sangat membantuku untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dalam beribadah dan untuk terus memperbaiki akhlak diri ini.

Jangan pernah takut untuk berhijab, takut karena menghambat sekolah atau karir. Allah lah sang pemberi rizki, dan sudah terlihat bukti bahwa wanita berhijab tetap bisa berprestasi dan berkarir dengan baik.

Jangan pernah takut berhijab, karena ibadah dan akhlak yang masih jauh dari kata sempurna. InsyaAllah hijab, akan membatu diri kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Jangan pernah menggunakan alasan menjilbabkan hati terlebih dahulu, karena hukum hijab itu jelas yakni wajib.

Jangan pernah menggunakan alasan bahwa berjilbab dilarang atau ditentang atau tidak mendapat dukungan keluarga. Karena kelak diri kamu sendiri yang akan dimintai pertanggung jawaban atas hal tersebut dan dengan menggunakan hijab berarti kamu telah membantu ayah atau kakak laki-lakimu ketika dikahirat dipertanyakan tentang dirimu. Tunjukkan saja keteguhanmu, tak perlu banyak berkata atau berperang mulut dan ayat, cukup tunjukkan dengan sikapmu, akhlakmu, dan prestasi mu, maka lambat laun itu akan meluluhkan hati keluargamu.

Semoga kita sesama muslimah dapat terus bermetamrfosis menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan saling mendukung untuk menjadi muslimah yang takwa, anggun, kuat, dan cerdas.

-Maaf jika ada kata-kata yang salah, karena saya masih terus belajar untuk berhijab dengan baik dan benar, dan masih terus belajar tentang islam dengan lebih baik-

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun