Mohon tunggu...
Fitriana Rahmadani
Fitriana Rahmadani Mohon Tunggu... -

Badai pasti berlalu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lego, Lomba Kreativitas Konsumen dan Produsen

17 Februari 2015   21:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:01 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_397572" align="aligncenter" width="300" caption="sumber : wikipedia"][/caption]

Tepat 80 tahun silam, nama Lego mulai mewarnai jagat mainan. Dan sejak medio 2014, angka penjualan mainan konstruksi berhasil mencapai peringkat teratas dunia.

**

Bisnis yang dirintis Ole Kirk Chiristiansen, pengusaha kerajinan kayu asal Billund, Denmark, luluh lantak saat pada 1924 kebakaran hebat melanda pabriknya. Di ambang kebangkrutan, secercah harapan menyapa dan itu membuat Ole Kirk meraih “emas” di kemudian hari.

Ole Kirk mungkin menduga jika langkah bisnis yang dilakukannya dengan membeli sebuah pabrik kerajinan kayu di Billund, yang berada dalam kondisi hidup segan mati tak mau, bakal melambungkan namanya di masa depan. Boleh jadi, akuisisi itu sekadar didasari insting bisnisnya.

Pabrik kayu yang dibeli Ole Kirk sejatinya sudah ada sejak 1895. Tapi sepanjang waktu berlalu, pabrik itu hanya berfungsi untuk membantu pembangunan rumah dan pembuatan mebel kayu.

Pasang surut mewarnai bisnis Ole Kirk, yang sejak 1932 mulai memproduksi juga mainan kayu. Sampai akhirnya, pada 1934, pascaera nyaris bangkrut, Ole Kirk bangkit dan menggelar sebuah kompetisi. Rupanya kompetisi yang bagi para karyawannya itu justru menjadi titik balik dalam bisnis Ole Kirk.

Memperebutkan sebotol anggur buatan sendiri, karyawan Ole Kirk diminta untuk menciptakan nama baru bagi perusahaannya. Belakangan, tidak ada catatan jelas siapa pemenang kompetisi tersebut. Apalagi akhirnya, Ole Kirk memilih sendiri nama baru usahanya, yakni Lego. Nama itu dipilihnya dari singkatan kalimat berbahasa Denmark, yakni leg godt yang memiliki arti "bermain dengan baik."

TERPIKAT PLASTIK

Nama Lego segera diterakan pada setiap produk mainan yang diperjualbelikan perusahaan Ole Kirk. Dan setelah Perang Dunia II, wajah bisnis mainan Ole Kirk, yang juga mulai melibatkan anaknya, Godtfred, kembali berubah.

Perubahan terjadi setelah perusahaan itu memiliki satu set mesin cetak injeksi plastik pada 1947. Ayah dan anak itu jatuh hati pada plastik dan membeli alat baru tersebut setelah memperoleh contoh bata plastik yang bisa saling melekat satu dengan yang lain (interlocking) produksi Kiddicraft--dirancang dan dipatenkan di Inggris oleh Hilary Harry Fisher Page, seorang warga negara Inggris, dengan nama "Kiddicraft Self-Locking Building Bricks".

Karya inovatif perusahaan Lego pun dimulai pada 1949 dan dinamai "Automatic Binding Bricks" (Bata Yang Melekat Secara Otomatis). Pengembangan produk terus dilakukan Lego, hingga akhirnya tercipta bata Lego yang memiliki beberapa tonjolan bundar di atasnya dan bagian bawah yang berbentuk segi empat yang berlubang, bisa melekat satu dengan yang lain, tapi tidak terlalu erat.

Pada 1953, Lego pun menamai bata-bata itu Lego Mursten, atau "Bata Lego". Dan salah satu mainan modular yang pertama kali diproduksi oleh Lego adalah sebuah mainan truk yang dapat dibongkar dan dipasang kembali.

Kendati sudah demikian inovatif, nyatanya produk-produk mainan plastik itu tidak langsung mendapat sambutan hangat dari publik luas. Pembeli ketika itu masih lebih memilih mainan dari kayu atau logam. Tapi awan gelap tak lama merudung Lego.

Pada 1954, Godtfred yang telah menduduki posisi sebagai Direktur Pelaksana Junior di Grup Lego mencetuskan ide tentang suatu "sistem" mainan, dengan banyak mainan dalam suatu lini produksi. Evaluasi atas semua produk Lego pun dilakukan.

Hasilnya, sang penerus menilai bahwa bata plastik adalah yang paling cocok untuk "sistem" mainan tersebut. Segera pada 1955, Lego pun meluncurkan mainan "Town Plan" (Rencana Tata Kota), yang menggunakan bata untuk membangunnya.

Mainan baru tersebut sempat mendapat sambutan yang cukup meriah dari pasar. Namun, lagi-lagi langkah Lego Group harus menuai aral karena sejumlah persoalan teknis, yakni, keterbatasan kemampuan bata untuk saling melekat.

Tak patah arang, Lego Group pun kembali menyempurnakan produk-produk mainannya yang berbahan dasar cellulose acetate (CA). Hingga pada 1958 bata-bata hadir di pasaran lengkap silinder-silinder berlubang di bagian bawahnya. Silinder-silender itu diyakini bisa menambah daya lekat dan meningkatkan kegunaan.

Alhasil mulai saat itu pun, bendera Lego Group mampu berkibar dengan gagah.  Sebagai proteksi atas usaha mainan tersebut, Lego Group pun mematenkan rancangan produk terbaru itu. Pada saat yang nyaris bersamaan, pencetus Lego, Ole Kirk Christiansen, meninggal dunia dan secara otomatis Godtfred pun mewarisi kursi pimpinan perusahaan.

TAK LAGI MENDUA

Pada 1960, gudang Lego kembali ludes dilalap si jago merah, dan menghabiskan sebagian besar persediaan mainan kayu di perusahaan ini. Alih-alih terpuruk, rupanya insiden itu kian meneguhkan semangat Godtfred untuk tak lagi bermain dua kaki di sector bisnis mainan. Ujudnya, Lego pun memperkuat lini produksi bata plastik dan meninggalkan lini produksi mainan kayu.

Dengan jumlah karyawan mencapai 450 orang, Lego Group terus melakukan upaya untuk memperluas pasar mainan konstruksinya. Pada 1961, Lego melebarkan penjualan ke Amerika Serikat dan Kanada dengan mengandeng Samsonite. Pada tahun itu pula, Lego mengembangkan produk roda Lego dan mainan yang secara khusus ditujukan bagi pasar anak-anak prasekolah.

Lego Group kembali melakukan inovasi pada 1963 dengan menanggalkan penggunaan material cellulose acetate (CA) untuk bata Lego dan mengalihkannya pada acrylonitrile butadiene styrene (ABS) yang sifatnya lebih stabil. ABS yang dipakai Lego Group hingga kini diketahui tidak mengandung racun, tidak mudah bengkok, tidak mudah pudar warnanya, lebih tahan panas, asam, garam, dan zat kimia lainnya.

Pada 1964, menjadi tonggak awal Lego Group dalam melengkapi mainan-mainan besutannya yakni dengan menyertakan buku petunjuk di dalam paket mainan Lego. Pada 1968 tercatat, penjualan Lego telah mencapai lebih dari delapan belas juta set mainan.

Produksi Lego Group terus berkembang dengan dipasarkannya Lego Duplo yang ditujukan bagi anak-anak usia balita, pada 1969. Kemudian pada 1971,  Lego membidik target pasar wanita dengan memperkenalkan beberapa tipe mebel dan rumah boneka. Seiring dengan itu, Lego Group terus memperluas dunia permainan transportasinya dengan penambahan set mainan perahu dan kapal, dilengkapi lambung kapal yang benar-benar bisa mengapung, pada 1972.

Dalam periode yang sama, regenerasi di jajaran kepemimpinan Lego kembali terjadi. Putra Godtfred, yakni Kjeld Kirk Kristiansen, bergabung dalam staf manajemen perusahaan. Kjeld-lah yang membawa modernitas fasilitas pabrik Lego dengan mendirikan departemen riset dan pengembangan. Departemen tersebut memiliki tanggung-jawab memastikan bahwa metode pembuatan Lego tetap yang paling modern.

Terus melesat, pada 1974 Lego kembali berinovasi lewat Lego Family dengan menampilkan figur manusia yang bagian tangannya bisa berubah posisi. Produk tersebut paling banyak terjual pada masanya. Bukan hanya produksi, bisnis pun Lego Group kian menggurita dengan didirikannya pabrik di Enfield, Connecticut, AS.

Pada 1975, Lego memperkenalkan set mainan "Expert Series" yang ditujukan bagi para pengguna dengan usianya lebih tua dan lebih berpengalaman. Lini produksi ini kembali dikembangkan pada 1977 dengan meluncurkan set mainan "Expert Builder",  yang dilengkapi dengan komponen bergerak seperti gigi mekanis, mekanik differensial, roda, tuas, poros, dan sendi universal, sehingga memungkinkan untuk membuat model-model mainan seperti mobil secara realistis, dengan kemudi fungsional yang menggunakan sistem roda bergerigi dan pergerakan mesin yang seperti mesin asli.

SENYUM MANUSIA MINI

Dunia Lego semakin beragam saat pada 1978 diciptakan "minifigur" Lego, berupa orang-orangan Lego yang memiliki lengan dan kaki yang bisa diatur sesuka hati, dan disertai dengan senyuman yang ramah.

Figur tersebut disematkan dalam berbagai set mainan Lego, memungkinkan para penggunanya untuk membangun kota-kota miniatur yang rumit, lengkap dengan bangunan, jalan, kendaraan, kereta api, dan kapal, semua dalam skala yang sama, dan "ditinggali" oleh para warga minifigur Lego yang selalu tersenyum. Konon di era sekarang, jika disatukan maka seluruh jenis minifigur Lego banyaknya akan mencapai 170 kolam renang berukuran standar. Wow…

Ekspansi penting lainnya dalam lini produksi Lego terjadi pada 1979 dengan diciptakannya set mainan Lego Space dan set mainan Scala, yang menampilkan elemen-elemen perhiasan yang ditujukan bagi pasar anak-anak perempuan. Di tahun ini, Kjeld Kirk Kristiansen menjadi presiden Lego  dan mencatatkan penjualan Lego yang terus mengkuat.

Lego Group terus menciptakan produk dan memperkaya khasanah permainan kreatif di dunia serta melengkapi perusahaannya dengan Departemen Produk Pendidikan—kelak pada 1989 dinamai "Lego Dacta"—pada 1980.

Pada 1990-an, Grup Lego tercatat sebagai salah satu dari sepuluh perusahaan mainan terbesar di dunia dan menjadi satu-satunya perusahaan mainan dari Eropa yang berada di jajaran Top-10 dunia. Dan prestasi Lego Group itu agaknya bakal awet karena perusahaan tersebut belum akan berhenti menjawab kreativitas pasar lewat produk-produk kreatifnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun