Mohon tunggu...
Fitriana Nurcahyanti
Fitriana Nurcahyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pamulang

Penulis opini pemula yang sedang mengasah kemampuan menganalisis dan menyampaikan pendapat. Tertarik pada dinamika sosial dan politik, serta ingin berkontribusi dalam membentuk opini publik melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Di Balik Topeng Kekuasaan: Sebuah Refleksi Fenomenologis atas kasus Hasto

30 Desember 2024   08:59 Diperbarui: 30 Desember 2024   08:59 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto. (Dok PDIP )

Pengungkapan kasus dugaan suap yang melibatkan Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, menjadi peristiwa yang mengguncang jagat politik tanah air. Di balik hiruk-pikuk pemberitaan, ada baiknya kita mencoba untuk memahami fenomena ini melalui lensa teori komunikasi, khususnya tradisi fenomenologi.

Fenomenologi, sebagai aliran filsafat yang menekankan pengalaman individu dalam berinteraksi dengan dunia, mengajak kita untuk menggali makna di balik peristiwa. Dalam konteks kasus Hasto, kita diajak untuk merenungkan bagaimana konstruksi sosial dan relasi kuasa membentuk realitas yang kita alami.

Peristiwa penangkapan Hasto tidak hanya sekadar tindakan hukum, melainkan juga sebuah peristiwa sosial yang sarat makna. Melalui media massa, kita menyaksikan bagaimana peristiwa ini dikonstruksi menjadi narasi-narasi tertentu. Media, sebagai penengah antara peristiwa dan publik, memiliki peran penting dalam membentuk persepsi kita terhadap realitas.

Fenomena ini mengingatkan kita pada konsep konstruksi sosial. Realitas yang kita alami bukanlah cerminan objektif dari dunia, melainkan hasil dari proses intersubjektif di mana kita bersama-sama memberikan makna terhadap fenomena. Dalam kasus Hasto, media massa, bersama dengan para aktor politik dan masyarakat, turut serta dalam membangun narasi tentang korupsi, kekuasaan, dan keadilan.

Teori kritis juga relevan untuk memahami kasus ini. Michel Foucault, salah satu tokoh penting dalam teori kritis, menekankan pentingnya relasi kuasa dalam membentuk pengetahuan dan kebenaran. Dalam konteks kasus Hasto, kita dapat melihat bagaimana kekuasaan politik digunakan untuk membentuk konsensus tertentu.

Melalui kontrol atas narasi dan informasi, kelompok yang berkuasa dapat membentuk persepsi publik sesuai dengan kepentingan mereka. Dalam kasus ini, partai politik yang berkuasa mungkin berusaha untuk membatasi ruang gerak media dalam mengungkap fakta-fakta yang tidak menguntungkan bagi mereka.

Kasus Hasto menjadi pengingat bagi kita bahwa korupsi adalah masalah sistemik yang melibatkan berbagai aktor, termasuk elit politik. Fenomena ini juga menunjukkan bahwa kebenaran seringkali tersembunyi di balik lapisan-lapisan konstruksi sosial dan relasi kuasa.

Sebagai warga negara, kita memiliki tanggung jawab untuk kritis terhadap informasi yang kita terima dan tidak mudah terjebak dalam polarisasi. Kita perlu mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan, serta memperkuat peran masyarakat sipil dalam mengawal proses penegakan hukum.

Kasus Hasto adalah sebuah fenomena kompleks yang tidak dapat dipahami hanya dari satu perspektif. Dengan menggunakan lensa fenomenologi, kita dapat melihat bagaimana konstruksi sosial dan relasi kuasa membentuk realitas yang kita alami. Kasus ini juga menjadi pengingat bagi kita tentang pentingnya menjaga kesadaran kritis dan partisipasi aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun