Organ hepar atau yang lebih kita kenal dengan sebutan organ hati, merupakan organ penting dalam tubuh manusia yang berfungsi untuk metabolisme dan detoksifikasi. Karena fungsinya tersebut, hepar berpotensi sering berpapar oleh obat, toksikan lingkungan, dan zat xenobiotik (zat asing bagi tubuh) lainnya.Â
Pelaporan saat ini, obat sintetik atau obat kimiawi terkadang justru berpotensi memicu kerusakan hepar karena efek sampingnya.
Berkat dari hal ini, Fitriana Hayyu Arifah, yang didampingi dosen pembimbingnya dari Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada (UGM) yaitu Prof. Dr. Suwijiyo Pramono, DEA., Apt dan Prof. Dr. Agung Endro Nugroho, M.Si., Apt. melakukan suatu penelitian.Â
Mereka menginisiasi untuk mencari solusinya, dengan pencarian alternatif obat untuk meringankan gangguan fungsi hepar dengan menggunakan herbal.Â
Pemilihan ini didasari suatu alasan karena Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah serta pertimbangan bahwa efek samping obat herbal lebih minimal.
Dari banyaknya tanaman obat, temulawak-lah yang akhirnya dipilih oleh mereka untuk dijadikan objek penelitian. Temulawak selain jumlahnya yang sangat melimpah dan mudah tumbuh dibanyak daerah di Indonesia, tanaman ini juga sudah digunakan oleh masyarakat tradisional untuk mengobati penyakit hati.Â
Masyarakat biasanya merebus rimpang segar temulawak. Temulawak ini telah dilaporkan memiliki kandungan senyawa aktif utama yaitu kurkumin dan minyak atsiri.
Penelitian terdahulu melaporkan bahwa kurkumin merupakan zat yang berperan untuk mengatasi gangguan fungsi hepar. Padahal, jika dilihat dari data penggunaan dimasyarakat yang memasak dengan cara direbus dengan air.Â
Cara memasak ini akan sedikit menarik senyawa kurkumin dan dimungkinkan justru menarik senyawa kimia lain. Lalu bagaimanakah dengan senyawa minyak atsiri yang terkandung dalam temulawak?
Tim riset dari Fakultas Farmasi UGM ini kemudian mendesain penelitian dengan cara menguji empat jenis sediaan dari rimpang temulawak. Sediaan itu terdiri dari rebusan rimpang segar, rebusan rimpang kering, minyak atsiri, dan kurkumin temulawak yang diuji pada hewan uji.Â
Hewan uji yang digunakan adalah tikus Wistar jantan dengan induktor kerusakan hepar menggunakan obat parasetamol. Parameter yang diukur adalah profil biokimia darah yang berkaitan dengan fungsi hepar yaitu SGPT dan SGOT, serta profil makroskopi dan histopatologi hepar tikus.