Mohon tunggu...
Fitri Ana
Fitri Ana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

memiliki kepribadian yang mudah berinteraksi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pandangan Islam Mengenai Sulitnya Menabung pada Zaman Sekarang

30 November 2023   18:34 Diperbarui: 30 November 2023   20:25 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usia muda adalah usia produktif. Namun, generasi muda sering kali dianggap sebagai kelompok yang sulit untuk menabung. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Luno dan Dahlia Research yang menemukan bahwa 69% dari 7000, sekitar 4830 generasi milenial tidak menabung secara rutin.

Lalu hal apa yang membuat generasi muda sulit untuk menabung?

Diketahui bahwa generasi milenial memiliki kecenderungan yang mudah bosan dan selalu ingin mengikuti tren terkini, hal itu yang menjadi alasan nomor satu mengapa generasi milenial terkenal sulit untuk menabung. Salah satu contohnya, yaitu ketika ada promo diskon dan cashback, jadi mau langsung belanja. Hal inilah yang menjadi kelemahan generasi milenial, dimana mereka tidak bisa menolak tawaran yang sangan menarik ini.

Pada faktanya, diskon dan cashback dapat membantu seseorang membelanjakannya lebih sedikit, selama ia membeli apa yang benar-benar dibutuhkan. Namun, lain halnya jika sebelumnya ia tidak tertarik membeli produk tersebut namun tergiur dengan diskonnya.

Seperti yang diketahui bahwa kebanyakan generasi milenial sering mengutarakan prinsip hidup hanya sekali atau sering dikenal dengan istilah YOLO (You Only Live Once). Memang benar hidup  harus dinikmati tanpa penyesalan. Namun apa yang terjadi jika Anda membuang-buang uang untuk hal yang tidak penting atau tidak dibutuhkan.

Islam memerintahkan warganya untuk bekerja dan melarang meminta-minta dan bergantung pada orang lain dalam mencari nafkah. Nabi bersabda: "Seseorang tidak memakan makanan yang lebih baik dari hasil pekerjaan tangannya." (HR Bukhari)

Selain itu juga, kemandirian ekonomi sangat ditekankan dalam Islam sebagaimana yang dilansir dari Yusuf al-Qaradrawi, Musikilatul Fakhri wa Qaifah al-Alayha al-Islam, 1986, hal 35-49. "Menabung merupakan salah satu sarana  untuk mencapai kemandirian finansial. Jika mencapai kemandirian finansial adalah hal yang penting dan menabung adalah cara untuk mencapainya, maka undang-undang penghematan adalah hal yang penting. Undang-undang yang mengikat ini ditujukan kepada orang-orang yang suka menghambur-hamburkan kekayaannya dan sulit mengekang nafsu belanjanya kecuali uangnya  ditabung. Hukum menabung yang paling rendah  adalah Sunnah. Karena membawa manfaat nyata bagi manusia, terutama dalam hal keamanan finansial dan akumulasi modal."

Tabungan merupakan wujud dorongan untuk membangun masa depan karena uangnya dapat digunakan untuk mendanai usaha. Tabungan muncul dari kemampuan seseorang untuk melawan keinginan dan keinginan sesaat yang merusak guna membangun masa depan yang berkelanjutan dan kompetitif. Kemampuan menekan nafsu ini membuahkan hasil manis berupa kesuksesan dan kebahagiaan, baik lahir maupun batin.

Allah SWT berfirman dalam QS Al-Hashir ayat 18 : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." Selain itu, Nabi juga berkata : "manfaatkan lima sebelum datang lima, hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, luangmu sebelum sibukmu, mudamu sebelum tuamu, dan kayamu sebelum fakirmu." (HR Baihaki)

Dengan demikian Alquran dan hadis di atas mendorong manusia untuk serius berinvestasi dalam rangka membangun masa depannya dengan memanfaatkan waktu secara produktif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun