Mohon tunggu...
Fitria Kusuma Newton
Fitria Kusuma Newton Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswa yang sedang belajar menulis dengan baik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kegalauan Mendatangkan Bencana

11 Juni 2011   12:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:37 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tumbangnya sebuah pohon di perbatasan desa itu mungkin adalah sebuah pertanda. Tapi Daryanti tak mengerti pertanda itu. Dia tak dapat melakukan apapun sepeninggal ibu yang merawatnya sejak kecil. Sedangkan ayahnya meninggalkan dia bersama ibunya disaat Daryanti berusia 8 tahun. Akhirnya ia harus hidup sebatang kara di desa kelahirnya ibunya.

Pada suatu siang, matahari bersinar dengan teriknya. Daryanti duduk di serambi rumah. “Aku hidup sebatang kara di dunia ini, aku harus bekerja. Namun siapa yang mau memperkerjakan aku yang hanya lulusan SMP ?” Gumamnya dalam hati.

Ketika Daryanti bersandar di sebuah pilar yang di selimuti oleh tumbuhan rambat terlintas di benak dia untuk bekerja di kota besar. Tetapi dia tak tahu apa pekerjaannya setelah sampai di kota.

“Semoga nasibku lebih baik di kota nanti.” Kata-katanya setelah dia duduk di dalam bis kota.

Bis kota terus berjalan tak peduli apa yang terjadi. Daryanti menikmati perjalanan sambil menatap langit yang sudah sedikit terjaga. Wajah rembulan yang mulai memucat dan bersiap menghilang dari wajah bumi, kekuasaanpun tergantikan oleh matahari.

Selang beberapa jam, Daryantipun turun dari bis kota. Kota yang dia pijaki itu ternyata belum pernah dia kunjungi sebelumnya. Tentu saja ia merasa asing dan menjadi bingung untuk menetapkan langkah kakinya.Sejenak ia berpikir dan kemudian memutuskan untuk berjalan ke arah utara. Dia berjalan terus menyusuri jalan besar, sampai akhirnya kelelahan. Karena dahaga sudah tak tertahankan,ia memutuskan untuk singgah di sebuah kedai yang berada di pojok jalan lalu memesan segelas jus buah segar. Sambil duduk melepas lelah ia memandang ke arah pintu kedai yang terbuka. Dari kejahuan terlihat seorang pelanggan masuk dan duduk disampingnya. Pelanggan itu seorang pria gagah dan bertubuh atletis.

“Baru saja datang ya mbak?” lelaki itu membuka pembicaraan.

“Iya pak, saya baru saja datang dari desa.” Jawabnya dengan malu-malu. Di dalam hati Daryanti tersimpan kekhawatiran. Khawatir apa yang akan dilakukan lelaki yang belum dikenalnya itu. Tiba–tiba lelaki itu berkata, “mau mencari pekerjaan ya mbak? Saya mempunyai sebuah bar di seberang jalan. Ada lowongan pekerjaan menjadi pelayan. Itu kalau mbak mau.” Kata lelaki tadi. Daryanti kaget, namun hatinya tetap gembira. Mendapatkan penawaran pekerjaan yang gajinya cukup untuk memenuhi kebutuhannya, tapi tak juga terlalu tinggi.

“Ya pak, saya mau bekerja di tempak bapak. Kapan saya mulai kerja?” tanya Daryanti.

“Petang nanti datang ke bar saya. Bar saya buka di malam hari.” Kata lelaki itu.

Setelah mendapat penginapan murah, Daryanti membersikan diri dan bersiap-siap menuju bar yang letaknya di seberang jalan. “Lebih baik aku menggunakan kaos dan celana jins sajalah, nanti juga ganti dengan baju seragam bar,” pikirnya. Sampailah Daryanti di bar itu, ia langsung bertemu dengan pemilik bar yang telah menunggunya. Lalu dia memanggil Daryanti dan memerintahkannya ganti baju dan memakai seragam bar. Baju seragam itu memang sengaja dibuat minim, dan terihat seksi. Tanpa pikir panjang ia langsung mengenakannya.

Bar mulai dibuka pukul 8 malam. Pelangunjungpun mulai berdatangan. Kebanyakan dari mereka adalah para pengusaha besar dan orang yang berpengaruh di kota itu. Daryanti melayani dengan senyum yang menawan untuk setiap lelaki yang mendatanginya.

“Mau minum apa, pak?” tanya Daryanti kepada seorang lelaki dewasa yang berdiri di hadapnya.

“Saya pesan anggur yang terbaik.” Kata lelaki itu.

Daryanti segera mengambilkan anggur kemudian memberikannya kepada lelaki itu. Tanpa diduga, lelaki yang dilayaninya terus memandangi dirinya dengan tatapan nakal dan penuh dengan gairah.

“Apa kamu mau uang tambahan dari saya?” tanya lelaki itu kepada Daryanti.

Daryanti terkejut dengan pertanyaan itu. Tapi lelaki itu terus memaksanya. “Ayolah cantik, saya akan memberikanmu uang berapapun yang kamu mau.” Rayu sang lelaki.

Daryanti semakin bimbang. Di tambah lagi bujukan temannya yang menyuruhnya menyetujui ajakan lelaki itu. “Baiklah, saya akan menuruti kemauan bapak.” Jawab Daryanti.

Seusai minum anggur lelaki itu membawa Daryanti ke hotel berbintang. Tentu saja membuat Daryanti gemetar disertai keringat dingin yang mengucur di tubuhnya. Setelah memesan kamar, lelaki itu merayu Daryanti dengan kata–kata mesra. Mencumbuinya dengan penuh gairah. Daryantipun menikmati permainan lelaki dewasa di hadapnya sekarang. Lelaki itu sudah tak bisa membendung gairahnya lagi. Dilucutinya baju yang melekat di tubuh Daryanti.

***

Dua bulan berlalu, setelah peristiwa malam itu Daryanti sering tak dapat tidur. Dia merasakan ada yang berbeda dengan tubuhnya. “Apa jangan-jangan aku hamil?” gumamnya dalam hati. Pikiran Daryanti mulai kacau. Kadang dia tak dapat bekonsentrsi penuh pada bekerjaanya. Merasa mulai stress, Daryantipun memutuskan untuk pergi ke dokter untuk memeriksakan kandungannya. Hasilnya ternyata benar, ia hamil.

Hamil di luar nikah bukan masalah mudah. Disamping harus mempersiapkan biaya yang besar, Ia harus menanggung malu dan dikucilkan oleh masyarakat. “Rasanya aku belum siap mengandung janin ini. Aku harus bebuat apa sekarang?” Dia berpikir keras untuk keluar dari masalah yang sangat berat itu.Apalagi lelaki yang mehamilinya sulit untuk ditemui.

Siang itu, tanpa di duga Daryanti bertemu dengan pria yang menghamilinya di sebuah minimarket yang dekat dengan tempat tinggalnya. Segera saja ia menghampiri laki-laki itu

“Siang mas. Apakah anda masih ingat dengan saya ?” Tanya Daryanti tak sabar

“Maaf mbak, rasanya kita belum pernah ketemu. Mungkin mbak salah orang!” Jawab laki-laki itu kemudian beranjak darinya.

Karena kurang puas, Daryanti mengejarnya. Dengan suara yang agak keras ia berteriak ke arah lelaki itu, “Hai mas! Tunggu dulu! Anda jangan lari dari tanggungjawab. Saya mengandung anak anda. Saya mohon anda dapat bertanggung jawab atas janin yang saya kandung ini.”

Karena suasana minimarket cukup ramai siang itu, lelaki itu menjadi malu lalu berlalu meninggalkan Supermarket.

Daryanti yang merasa diabaikan terus mengejarnya. Di tengah jalan ia berteriak dengan sangat keras.”Lelaki tidak bertanggung jawab! Mau manisnya saja. Kalau sudah begini, langsung kabur dan lari tunggang-langgang. Saya hamil mas ! Anda harus bertanggun jawab!”

Karena melihat Daryanti tidak bisa dikendalikan. Lelaki itu datang menghampirinya, dan dengan suara lantang ia berteriak untuk menutupi rasa malunya. “Hei perempuan! Saya tidak mengenal kamu! Saya tidak merasa meniduri dan membuat kamu hamil. Kamu salah orang! Pergilah dan jangan ganggu saya lagi. Silahkan cari lelaki yang menghamilimu”

Mendengar ucapan lelaki itu, daryanti terduduk lemas di trotoar jalan. Ia menangis sejadi-jadinya. Meratapi nasib yang menimpanya.Dalam kesesakan dan keputus asaan, tiba-tiba seorang lelaki tua menghampirinya dan berkata dengan lembut, “yanti! Jangan kamu bersedih, saya tahu persoalan ini sangat berat. Namun perlu kamu tahu, bahwa saya akan menjagamu. Mari pulang bersama saya. Perlu kamu ingat bahwa hujan batu di negeri sendiri lebih baik dari pada hujan emas di negeri orang.”

Daryanti seperti mengenal suara itu. Lalu ia menoleh kebelakang. Yang dipandanginya ternyata Ayahnya sendiri yang dulu pernah meninggalkan dia. Ia pun berdiri dan memeluk lelaki tua itu dengan erat. Seraya menangis dan memohon maaf, “Ayah maafkan Yanti ayah ! Yanti sudah bersalah.”

“Tidak apa-apa nak. Seharusnya ayahlah yang harus memohon maaf. Mari kita pulang ke desa! Ayah berjanji tidak akan meninggalkanmu lagi,” bujuk pria itu untuk menenangkan Daryanti.

Mereka akhirnya berpelukan. Dan kemudian berlalu dari depan banyak orang.

177  Fitria + Tovanno

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun