Mohon tunggu...
Fitria Dwi Larasfeni
Fitria Dwi Larasfeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Menulis-Content Creator

Selanjutnya

Tutup

Diary

Seni Menasihati "Diri Sendiri"

9 Februari 2024   15:10 Diperbarui: 9 Februari 2024   15:11 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pernahkah kamu membenci dirimu sendiri karena terlalu mengharapkan hal baik yang kamu berikan, akan kembali juga padamu?

Pernahkah kamu merasa tertekan saat mengiyakan sesuatu padahal kamu tidak mampu melaksanakannya?

Pernahkan kamu merasa apa yang dicita-citakan menjadi sulit terwujud karena terlalu mengutamakan orang lain daripada diri sendiri?

Arti Berharap Menurut Kamu?

Tidak semua hal yang kamu kira baik itu menjadi baik untuk orang lain. Tidak semua orang akan berperilaku sama seperti apa yang kamu perlakukan ke mereka. Berhenti untuk mengharap kebaikan kamu akan kembali dengan hal yang baik juga dari orang tersebut. Namun, tidak menutup kemungkinan kebaikan itu akan dibalas kebaikan oleh orang lain. Lalu bagaimana kita perlu menyikapinya? 

Cobalah untuk menyikapi dengan jangan terlalu dipedulikan, bukan berarti kamu benar-benar tidak memperdulikannya, tetapi mengurangi harapan akan apa yang diberikan orang lain kepadamu. Berpikirlah bahwa apa yang sudah kamu berikan tidak akan kembali padamu, karena dengan berpikir seperti itu akan mengurangi rasa berharap kepada orang lain. 

Menolak Bukan Berarti Kamu Jahat

Menjalani kehidupan sehari-hari dengan bertemu banyak orang yang memiliki karakteristik berbeda benar-benar memerlukan pengendalian diri yang cukup cerdas. Bahkan menurut saya, dilingkungan keluarga juga memerlukan hal tersebut. Pengendalian diri yang dibahas kali ini mengenai " menolak " sebuah tawaran yang kamu tidak mampu menjalankannya. Ingat, menerima suatu tawaran yang sudah pasti kamu tidak bisa melaksanakannya dengan baik adalah bentuk melukai diri sendiri. Ketika akan mengatakan sebuah penolakan, namun terasa sulit ada beberapa hal yang harus diingat. Diantaranya, pemegang kendali penuh atas diri sendiri adalah kamu, ingat prioritas kamu saat itu, utamakan kebutuhan kamu dan kebahagiaan kamu. Namun, bukan berarti merugikan orang lain. 

Berhenti Mengutamakan Orang Lain Ketika Kamu Menderita 

Berbuat kebaikan tidak ada yang salah, justru itu menjadi sangat baik ketika kita mampu untuk memberikan banyak manfaat bagi beberapa orang, namun apakah harus dengan memaksakan diri? Tentu saja tidak. Kita harus bisa menempatkan diri sendiri pada prioritas utama, bukan berarti egois. Tetapi, itu menjadi salah satu cara untuk mempermudah mendapatkan apa yang kamu inginkan. Kunci pertama adalah masa bodoh terhadap segala halangan dan perjuangan dalam mencapai sesuatu yang kita inginkan. Seharusnya kita hadapi dan nikmati saja karena dalam mengejar suatu pencapaian, pasti ada saja rintangan yang muncul. Kedua, temukan hal-hal penting dan berarti untuk diprioritaskan sehingga kamu bisa lebih mudah untuk masa bodoh pada hal-hal sepele.Pada akhirnya kita mulai dapat memilah mana yang lebih penting saat beranjak dewasa. Walaupun hal penting itu tampaknya sederhana, tetapi kita bisa tetap bahagia dengan kesederhanaan itu. Kesederhanaan dalam memberikan nasehat untuk diri sendiri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun