Mohon tunggu...
Fitria Devi Wulandari
Fitria Devi Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jika anda takut gagal, anda tidak pantas untuk sukses

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Candi Singosari Kabupaten Malang

6 Juni 2022   13:10 Diperbarui: 6 Juni 2022   13:13 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh : Fitria Devi Wulandari
Mahasiswa  Program Studi PGSD ,Universitas Nahdlatul Ulama Blitar,
Email : fitria.devi.w@gmail.com

Abstrak    : Sebagai salah satu situs wisata sejarah, penting bagi usaha pelestarian situs sejarah untuk dibangun sebuah media informasi sejarah mengenai Candi Singosari agar situs sejarah yang semakin lama mengalami kerusakan dapat terdokumentasi dengan baik. Mengunjungi berbagai situs sejarah khususnya situs sejarah Candi Singosari sangat penting bagi pelestarian situs sejarah di Indonesia. Situs sejarah Candi Singosari merupakan salah satu objek wisata sejarah yang dimiliki oleh Kabupaten Malang sebagai bagian dari wisata di daerah Malang Utara. Candi Singosari memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi karena di dalam lingkungan Candi Singosari terdapat arca-arca dan bangunan yang merupakan bukti sejarah kehidupan raja-raja di Jawa Timur.

Kata kunci : Candi Singosari, Sejarah, Penting

Candi adalah kuil pemujaan bagi dewa dewi Hindu. Pada awalnya fungsi candi Hindu Budha di Jawa sama dengan di India. Namun pembaharuan dengan aliran kepercayaan, maka di Jawa menjadikan candi sebagai tempat pertemuan dengan leluhurnya. Ada dua alasan mengapa candi-candi ini didirikan di Indonesia. Pertama, candi sebagai tempat suci untuk memuja para dewa. Kedua, candi sebagai pendharmaan/kuburan para raja. Di daerah Malang terdapat beberapa candi. Jika kita amati secara mendetail candi-candi ini memiliki keunikan tersendiri serta sangat berbeda dengan candi-candi yang ada di Jawa Tengah. Dua kerajaan terkenal di Indonesia yaitu Singosari dan Majapahit sangat mempengaruhi gaya seni dan karakteristik dari candi-candi di Jawa Timur. Di setiap candi memiliki alur cerita tersendiri baik pada relief maupun pada arcanya. Umumnya bangunan candi dihias dengan hiasan yang rata seluruh badan candi. Sementara pada Candi Singosari tidak mendapatkan hal yang demikian. Hiasan candi tidak seluruhnya diselesaikan. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa Candi Singosari dahulu belum selesai dikerjakan tetapi kemudian ditinggalkan.

 PEMBAHASAN    
Pada masa lampau sekitar abad ke XIII Masehi daerah Singosari, Kabupaten Malang yang posisinya di sebelah utara kota Malang sekarang, pernah terkenal tidak hanya di daerah Malang saja, tetapi juga di luar pulau Jawa bahkan sampai ke luar negeri. Pada abad ke XIII Masehi inilah Kabupaten Malang tampil sebagai pusat pemerintahan yang ditandai dengan lahirnya kerajaan baru bernama Singosari. Berdasarkan prasasti Kudadu, nama Kerajaan Singosari yang sesungguhnya adalah Kerajaan Tumapel. Menurut Kitab Negarakertagama, ketika pertama kali didirikan ibu kota Kerajaan Tumapel bernama Kutaraja. Awal berdirinya kerajaan ini menurut Pararaton bahwa Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Kediri. Yang pertama kali menjabat sebagai akuwu (setara camat) pada saat itu adalah Tunggul Ametung. Ia meninggal karena dibunuh oleh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok. Dia salah satu raja di Kerajaan Singasari, saat masih muda sebelum menjadi raja dikenal sebagai sosok nakal. Dia disebutkan gemar berjudi hingga merampok dan main perempuan.

Situs Candi Singosari berada di Jalan Kertanegara Desa Candi Renggo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Dari Kota Malang sekitar 10 km ke arah utara dan dari Kota Surabaya sekitar  88 km ke arah selatan. Menurut Piagam Singosari bertarikh 1273 Saka atau 1351 Masehi yang diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dalam buku Beschrijving van Tjandi Singasari en de volkentoneelen van Panataran (1909), disebutkan bahwa Candi Singosari dibangun atas keputusan Dewan Pertimbangan Agung (Sapta Prabhu), yang terdiri dari tujuh raja yang perintahnya disampaikan oleh Tribhuwanatunggaldewi Maha rajasa jayawisnuwardhani, kepada mahamentri  Rakryan Empu Mada untuk mendirikan candi bagi Mahabrahmana, kepada agama Syiwa Buddha (ajaran Tantrayana), mantan mahapatih yang gugur bersama-sama Prabu Kertanegara. Berdasarkan bunyi piagam di atas, jelas bahwa Candi Singosari pada dasarnya peninggalan Majapahit di bawah Tribhuwanatunggaldewi. Pembangunan dimaksudkan untuk memperingati jasa dan kesetiaan mantan Patih Singosari, Pu Raganatha atau Sang Ramapati, yang gugur bersama Prabu Kertanegara ketika terjadi serangan dari Gelang-gelang (daerah Kediri) di bawah pimpinan Raja Jayakatwang. Menurut buku Dari Pura Kanjuruhan Menuju Kabupaten Malang: Tinjauan Sejarah Hari Jadi Kabupaten Malang (1984), tempat dimana Candi Singosari dibangun itu dahulunya merupakan kompleks percandian di mana Raja Kertanegara beserta patih dan sejumlah menterinya sedang mengadakan upacara Tantrayana di sekitar halaman candi itu dan saat itulah diserang oleh musuh secara mendadak. Kertanegara, mahapatih dan semua para menterinya mati bersama sama.
Candi Singosari memiliki banyak nama antara lain: Pertama, sekitar abad ke-19 (tahun 1800-1850 Masehi) disebut oleh orang Belanda dengan nama "Candi Menara". Mungkin karena bentuknya yang seperti menara. Kedua, seorang ahli purbakala bangsa Eropa bernama W.F. Stutterheim, pernah memberi nama dengan sebutan "Candi Cella". Alasanya mungkin karena candi ini mempunyai celah sebanyak empat buah pada dinding-dinding di bagian badan candi. Ketiga, laporan dari W. Van Schmid yang mengunjungi candi ini pada tahun 1856 Masehi, diberi nama "Candi Cungkup". Keempat, sebagian penduduknya memberi nama "Candi Renggo". Mungkin karena posisi candi ini berada di Desa CandiRenggo. Kelima, sampai hari ini penduduk setempat memberi nama yaitu "Candi Singosari".

Fungsi Candi Singosari
Banyak yang menganggap bahwa Candi Singosari berfungsi sebagai makam Raja Kertanegara, yaitu raja terakhir Kerajaan Singosari. Mungkin Candi Singosari dapat dihubungkan dengan Raja Kertanegara, tetapi sebagai makam atau tempat menyimpan abu jenazah Raja Kertanegara sangat diragukan dan tidak dapat dibuktikan. Dahulu, apabila raja maninggal dunia, menurut kebiasaan dalam agama Hindu jenazahnya dibakar dan abunya dilarung ke sungai atau ke laut, atau ditebarkan di penjuru mata angin. Setelah itu dibuatkan tempat pendharmaannya, yaitu suatu bangunan sebagai tempat pemujaan bagi arwahnya, pada umumnya orang menyebut "candi".
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi Candi Singosari lebih sesuai jika disebut sebagai tempat pemujaan. Pemujaan tersebut ditunjukan kepada dewa Syiwa, karena system mandala yang terlihat pada Candi Singosari berdasarkan pada arca arcanya merupakan candi Hindu. Apakah Syiwa disini diwujudkan sebagai Syiwa Bhirawa atau dalam perwujudannya yang lain, belum begitu jelas Candi Singosari selain berfungsi sebagai bangunan pemujaan, juga berfungsi sebagai transformator (alat pengubah) dari air biasa menjadi air suci (amertha). Dengan demikian Candi Singosari selain menggambarkan tiruan Gunung Meru juga sebagai gambaran Gunung Mandara. Anehnya, di Jawa antara Gunung Meru dan Gunung Mandara tidak dibedakan.

KESIMPULAN
      Candi Singosari adalah salah satu candi yag cukup terkenal di Kota Malang. Candi ini peninggalan dari kerajaan Singosari dan ajaran agama Hindu-Budha yang  dianggap sebagai candi tertinggi pada masanya, Candi singosari dibangun sebagai bentuk penghormatan terhadap raja terakhir Kerajaan Singosari yaitu Raja Kertanegara yang gugur karena pemberontakan oleh anak buahnya yakni Jayakatwang. Candi Singosari memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi karena di dalam lingkungan Candi Singosari terdapat arca-arca dan bangunan yang merupakan bukti sejarah kehidupan raja-raja di Jawa Timur.

DAFTAR RUJUKAN
Abas, 2001. Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan di Jawa Timur.
Jawa Timur: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa
Timur.
Asmito , 1984. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Semarang : IKIP
Semarang.
Nugroho Puspo, N., 1984. Sejarah Nasional.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun