Ada kalimat yang ning winda sampaikan, kira begini "mbk, ilmu seng di sampaikan kaleh gus.e niku namung 2%. Karena beliau sangat mengolah ilmu yang akan di sampaikan pada orang lain dengan argumen yang mudah di terima mulai kalangan awam". Betapa kita sudah sangat merasa bodoh saat ngaji dengan beliau, tapi ternyata ilmu yang beliau sampaikan hanya sepucuk dari yang beliau miliki.
1-2 minggu saya muqim di sana, kemudian saya bercerita kepada orang tua (ditelepon), saya selalu saja meneteskan air mata. Merasa begitu beruntungnya saya bisa mondok di sini, betapa beruntungnya kami (manusia) yang berada di zaman ini masih mampu bertemu manusia se'alim beliau.
Seringkali, saat ngaos bersama ning winda, di akhir sesi ning winda sering meminta do'a kepada mbk-mbk untuk mendo'akan gus baha' niku sehat dan sedikit mencintai dunia. Gus baha' itu sangat takut dengan dunia, bahkan melihat mobil yang bagus saja takut. Di pondok itu ada beberapa mobil yang bagus-bagus, tapi yang sering digunakan itu mobil panther biru yang sangat sederhana. Selain itu, setelah gus baha' keluar di kota yang besar dan dipenuhi dengan gedung-gedung indah dan besar, saat tiba di narukan, gus baha' akan pergi ke tegal (tanah lapang yang dipenuhi tumbuh-tumbuhan).
Subhanallah, Â semoga gus baha' sehat dan kita memiliki kesempatan untuk belajar ilmu dengan beliau dan meniru kehidupan sederhana beliau.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI