Mohon tunggu...
Fitria Alda Safira
Fitria Alda Safira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Keperawatan

Stikes Mitra Keluarga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Perubahan Beberapa Kondisi Kesehatan Tubuh pada Saat Puasa Ramadhan

24 April 2022   21:05 Diperbarui: 24 April 2022   21:18 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam yang mewajibkan setiap muslin untuk melaksanakannya. Tujuan utama puasa tercantum dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 183 yang memiliki arti “ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Tujuan dari berpuasa menurut Ibnul Qayyim yaitu menahan diri dari syahwat (hasrat/dorongan) dan meninggalkan hal-hal (buruk) yang terbiasa dilakukan termasuk makan dan minum selama waktu yang ditentukan. Puasa Ramadhan dilakukan ketika bulan sabit (hilal) terlihat, biasanya pada bulan kesembilan dalam kalender Islam. Dan dilakukan selama 29-30 hari setiap tahunnya. Puasa ramadhan dimulai subuh atau saat fajar menyinying hingga matahari terbenam atau waktu magrib, berlangsung sekitar 13-14 jam.

Saat puasa Ramadhan terjadi beberapa perubahan yang akan mempengaruhi sistem tubuh. Perubahan yang terjadi, seperti perubahan pola metabolisme tubuh, perubahan pola makan, pola tidur, dan perubahan pola aktivitas. Pada saat menjalankan puasa, kadar glukosa dalam darah akan turun karena tidak adanya asupan makanan selama berpuasa. Sehingga tubuh akan melakukan pemecahan glikogen. Insulin yang berperan sebagai transportasi glukosa masuk kedalam sel akan berkurang, sehingga menebabkan terjadinya pelepasan keton yang akan digunakan tubuh sebagai sumber energy. Sehingga menyebabkan perubahan metabolisme dalam tubuh. Selain itu pada bulan Ramadhan terjadi juga perubahan pola aktivitas. Aktivitas harian dan pengeluaran energy lebih banyak terjadi secara nocturnal yaitu setelah berbuka puasa. Menurut penelitian terjadi penurunan keseluruhan dalam pengeluaran energy aktivitas harian dalam bulan Ramadhan. Selain itu, terdapat perubahan pola dan waktu tidur dimana terjadi penurunan total waktu tidur, keterlambatan tidur dan penurunan kualitas tidur.

Pola makan harian saat sebelum bulan Ramadhan biasanya tiga kali makan, dan sering kali disertai dengan selingan makan. Sedangkan pada saat puasa makan saat sahur dan buka puasa. Perubahan ini mempengaruhi keseimbangan energy, dimana asupan energy akan berkurang yang menyebabkan penurunan berat badan. Menurut beberapa peneletian terjadi penurunan berat badan sebanyak 1-2kg setelah akhir Ramadhan. Perubahan berat badan selama puasa dipengaruhi oleh bermacam faktor seperti variabilitas inter-individu, kultur, social, dan juga genetic, epigenetic, dan faktor lain seperti mikroba usus. Tetapi, beberapa penelitian lain menunjukan hasil adanya kenaikan berat badan. Penurunan berat badan tidak bertahan lama, peningkatan berat badan akan terjadi setelah 4-5 minggu setelah Ramadhan.

Perubahan saluran cerna pada pasien dengan ulkus peptikum selama puasa Ramadhan, terjadi peningkatan sekresi gastrin, pepsin, dan asam lambung, dan akan kembali ke tingkat semula satu bulan setelah Ramadhan. Perubahan ini cenderung akan meningkat kan keluhan dispepsia selama Ramadhan. Penderita ulkus peptikum yang berpuasa dapat memperlambat proses penyembuhan, dan berpotensi mengalami perdarahan, beberapa juga dapat terjadi komplikasi. Sehingga penderita ulkus peptikum tidak dianjurkan untuk berpuasa. menurut penelitian Mehdi, dkk penderita ulkus peptikum bisa berpuasa tetapi dianjurkan untuk mengkonsumsi Lansoprazol 30mg sehari selama 4 minggu. Pada keadaan puasa, Kontraktilitas usus menurun menjadi sekali tiap 2 jam, sehingga puasa bermanfaat pada kolitis spastik dan gangguan motilitas usus lainnya. Pada penederita Gastroesophageal Reflux Disease  (GERD), pada kebanyakan kasus tidak ada masalah jika berpuasa. Tetapi penting untuk mengkonsumsi jenis nutrisi yang tepat saat berbuka puasa. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya makanan dengan kandungan lemak rendah dan disajikan dalam porsi kecil secara bertahap.

Perubahan pada penderita diabetes saat berpuasa, Pasien dengan diabetes mellitus baik tipe 1 dan 2 dapat menjalankan puasa Ramadhan namun dengan tetap mengontrol gula darah, tetap konsumsi obat antidiabetes dan rutin cek kesehatan yang berkaitan dengan diabetes. Terdapat beberapa risiko yang sering muncul ketika penderita diabetes yang menjalankan puasa. Diantaranya, dapat terjadi hipoglikemia, hiperglikemia, ketoasidosis diabetikum, dehidrasi dan thrombosis.  Menurut American Diabetes Association (ADA) yang telah diperbaharui pada tahun 2010, terdapat lima hal penting dalam pengelolaan penderita diabetes yang sedang menjalankan puasa, yaitu : : (1) manajemen bersifat individual; (2) pemantauan kadar glukosa darah secara teratur; (3) nutrisi tidak boleh berbeda dari kebutuhan nutrisi harian; (4) olahraga tidak boleh berlebihan. Sholat tarawih (sholat dengan jumlah rakaat cukup banyak) setiap malam di bulan Ramadhan, dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari olahraga yang dianjurkan; dan (5) membatalkan puasa. Pasien harus selalu diajari agar segera membatalkan puasa jika terdapat gejala hipoglikemia atau bila dalam kondisi hiperglikemia. Jika penderita diabetes dengan kadar glukosa belum terkendali, perempuan hamil dengan diabetes, atau dengan riwayat ketoasidosis atau koma hiperosmolar, dan penderita dengan komplikasi serius, seperti penyakit jantung koroner, gagal ginjal kronik, pasien diabetes usia lanjut, dan pasien dengan riwayat berulang tidak dianjurkan untuk berpuasa.

Perubahan sistem kardiovaskuler saat berpuasa, pada penderita hipertensi, secara teori banyak faktor yang akan mempengaruhi tekanan darah seseorang selama berpuasa, termasuk perubahan pola tidur, perubahan pola makan, dan perubahan pola konsumsi obat. Tetapi pada studi penelitian penderita hipertensi yang berpuasa tidak menunjukan perbedaan bermakna terhadap tekanan darah sistolik dan diastolic, baik tekanan darah 24 jam maupun periode nocturnal-diurnal. Variasi tekanan darah terjadi akibat perubahan pola tidur, aktivitas, dan pola makan. Oleh sebab itu, perlu dipastikan penderita hipertensi yang telah mendapatkan pengobatan untuk tetap meneruskan pengobatannya selama puasa. Pada penderita penyakit jantung yang stabil, penyakit gangguan katup jantung, atau penyakit jantung koroner ringan dapat menjalani puasa Ramadhan. Yang tidak dianjurkan berpuasa Ramadhan adalah mereka dengan penyakit jantung akut dan sindrom koroner akut (acute coronary syndrome). Penderita congestive heart failure (CHF)  berat dan hipertensi tidak terkontrol yang memerlukan peningkatan dosis sebaiknya tidak berpuasa.

Perubahan pada penderita penyakit ginjal, beberapa penelitian mengungkapkan bahwa selama puasa Ramadhan, tidak terjadi perubahan volume urin, osmolalitas urin, pH urin, dan ekskresi elektrolit seperti natrium dan kalium. Penelitian lain menemukan peningkatan kadar asam urat yang dikaitkan dengan penurunan laju fi ltrasi glomerulus. Leiper, dkk. menemukan bahwa meskipun keseimbangan cairan sering negatif saat puasa Ramadhan, namun tidak ada efek merugikan kesehatan. Cheah, dkk. dari Malaysia meneliti fungsi tubular ginjal pada sekelompok orang sehat yang berpuasa dan menyimpulkan bahwa berpuasa dapat membahayakan fungsi tubular ginjal hanya pada CKD. Tetapi, sampel penelitian tersebut kecil sehingga diperlukan sebuah studi lanjutan dengan sampel lebih besar untuk dapat menentukan kerusakan sel tubulus dan fungsi ginjal pada pasien CKD selama puasa Ramadhan.

Perubahan puasa pada Ibu hamil, pada sebuah penelitian terjadi penurunan kadar glukosa, insulin, laktat dan karnitin yang bermakna dan peningkatan kadar trigliserida dan hidroksi- butirat pada wanita hamil yang menjalani puasa Ramadhan. Pada wanita hamil yang berpuasa dalam kondisi sehat, tidak ditemukan pengaruh puasa Ramadhan terhadap pertumbuhan intrauterin, volume cairan amnion, dan sirkulasi fetomaternal. Puasa Ramadhan juga tidak menyebabkan ketonemia atau ketonuria pada wanita hamil. Tidak ditemukan perbedaan perkembangan fisik dan intelektual pada anak usia 4 hingga 13 tahun dari ibu yang menjalani puasa Ramadhan selama hamil dibandingkan ibu yang tidak menjalani puasa. Ibu yang sedang dalam masa menyusui, saat menjalani puasa Ramadhan dapat kehilangan cairan tubuh sehingga meskipun jumlah unsur-unsur nutrisi makro (makronutrien) tidak berubah, konsentrasinya meningkat. Sedangkan kandungan zinc, magnesium, natrium, kalium dapat menurun dalam air susu ibu (ASI) selama berpuasa. Ibu hamil  dengan kondisi nutrisi baik, tidak hiperemesis, dan memiliki napsu makan baik. Wanita yang menyusui tidak dianjurkan berpuasa.

Perubahan sistem imun pada saat berpuasa, dalam sebuah penelitian dijelaskan bahwa puasa Ramadhan dapat meningkatkan kadar IgA dan IgG. IgG adalah jenis antibodi yang memiliki jumlah terbanyak dalam tubuh sehingga ketika meningkat akan menguatkan kondisi fisik seseorang untuk melawan bakteri atau virus penyebab penyakit. Puasa Ramadhan juga akan menurunkan kadar IgA yang salah satunya terdapat dalam air ludah. Hasil penelitian tersebut menjelaskan pentingnya menjaga kesehatan mulut saat menjalankan puasa di bulan Ramadhan dengan rutin sikat gigi atau memakai obat kumur untuk memproteksi dari gangguan bakteri penyebab penyakit gigi. Saat menjalankan puasa Ramadhan disarankan untuk tetap mengkonsumsi makanan yang secara ilmiah memiliki peran meningkatkan fungsi sistem imun di antaranya button mushroom/jamur kancing, semangka, bayam, teh hijau, sweet potato/ubi jalar, dan brokoli. Puasa Ramadhan sebulan penuh merupakan kewajiban bagi seluruh muslim dewasa dan sehat. Saat berpuasa tidak dapat dihindarkan jika terjadi perubahan pada tubuh. Sehingga penting untuk mengkonsumsi makanan bernutrisi, istirahat, olahraga yang cukup, serta minum obat jika memiliki penyakit tertentu. Jika tubuh dalam keadaan sehat, kita dapat maksimal saat menjalankan ibadah puasa.

Referensi :

Firmansyah, M. A. (2015). Pengaruh Puasa Ramadhan pada Beberapa Kondisi Kesehatan. Cermin Dunia Kedokteran, 42(7), 510-515.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun