Mohon tunggu...
Fitria Rosa
Fitria Rosa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Nikmat Allah Mana Lagi yang Akan Kau Dustakan?

12 September 2016   13:38 Diperbarui: 12 September 2016   14:49 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Jika kita berbicara mengenai produktivitas manusia, maka tak hanya masalah sumber daya manusia saja yang terlintas dalam benak kita, melainkan juga mengenai objek apa saja yang bisa kita jadikan produk-produk yang tentunya dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia, terutama untuk diri kita sendiri. Produk-produk itu sendiri tentunya memiliki bahan-bahan produksi baik yang berupa bahan mentah maupun bahan setengah jadi. Bahkan para ahli ekonomipun mendefinisikan produksi sebagai “menciptakan kekayaan melalui eksploitasi manusia terhadap sumber-sumber kekayaan lingkungan”. 

Lalu apa saja yang termasuk sumber-sumber kekayaan lingkungan? Jawabannya adalah berbagai pemberian Allah berupa alam yang bisa dikelola dan diproses menjadi sebuah kekayaan. Ia adalah lapisan gas dengan berbagai unsur di dalamnya. Ia adalah lapisan kering dalam bentuk tanah, batu-batu bumi dan tambangnya serta kekayaan pertanian lainnya yang berupa sawah, ladang, ataupun hutan. Ia adalah lapisan air, yang di dalamnya hidup flora dan fauna yang beraneka ragam. Sungguh indah nikmat yang telah Allah berikan bukan?

Jika kita renungkan, maka kita akan mengingat betapa Al-Qur’an mendorong kita untuk mengolah sumber-sumber kekayaan alam tersebut dengan sebaik-baiknya. Al-Qur’an mengingatkan akal kita, mengarahkan pandangan kita dengan penuh kekuatan terhadap alam semesta yang ada di sekeliling kita, seperti air, udara, laut, sungai, tumbuh-tumbuhan, hewan ternak, barang tambang, dsb. Allah menciptakan semua itu adalah untuk kepentingan manusia, sebagai pemuliaan Allah kepadanya. Seperti yang sudah dijelaskan dalam firman-Nya yang artinya:”Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”. (Q.S. Ibrahim: 34)

Berdasarkan ayat tersebut, bagaimana agar kita tidak termasuk dalam manusia yang dzalim? Yakni adalah dengan memanfaatkan segala nikmat Allah yang berupa kekayaan alam tersebut dengan sebaik-baiknya. Jangankan memelihara, mengolah saja sulit kan? Nah jawaban pertanyaan inipun tertulis jelas dalam Al-Qur’an bahwasanya pemanfaatan sumber kekayaan alam tergantung pada dua hal, yaitu ilmu dan amal.

Pertama, ilmu pengetahuan yang didasarkan pada tafakkurdan penggunaan akal yang dengannya Allah telah membedakan manusia dari makhluk-Nya yang lain. Yang dimaksud dengan ilmu disini bukan hanya sekedar mengumpulkan catatan tentang berbagai teori dan pengetahuan, akan tetapi termasuk pemahaman, pencernaan, serta pemikiran. Al-Qur’an mengingatkan fungsi akal dan berfikir dalam kaitannya mengenai nikmat dan kekayaan alam, yakni dalam Q.S. Ar-Ra’d yang artinya: “...Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar menjadi tanda bagi kaum yang berakal”.

Kemudian yang kedua adalah amal. Ilmu tidak akan membuahkan hasil jika tidak diikuti oleh amal, bahkan amal usaha yang terus menerus disetiap penjuru bumi untuk mengelola seluruh isinya, memanfaatkan kekayaannya, serta mencari rizki daripadanya. Bentuk amal yang bagaimana yang disebut hasil dari ilmu yang bermanfaat? Yakni amal yang dapat berguna bagi manusia, terutama dalam mengolah serta memelihara sumber kekayaan alam yang ada di bumi. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Muslim yang artinya: “Dari Abu Hurairah dia berkata bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa memiliki sebidang tanah, hendaklah ia menanaminya, memperbolehkan kepada saudaranya (supaya menanaminya), maka apabila ia menolaknya, hendaklah ia menahannya (memeliharanya)”.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasanya pengolahan sumber-sumber kekayaan alam yang arif adalah dengan ilmu dan amal sehingga tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri melainkan untuk kehidupan orang banyak. Karena hal itu juga merupakan bentuk syukur kita atas segala nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepada kita semua. Dengan begitu, kita tidak akan menjadi manusia yang dzalim serta manusia yang mendustakan nikmat Allah SWT.

Terima kasih, semoga ulasan diatas dapat menambah wawasan kita semua serta bermanfaat bagi yang membacanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun