Mohon tunggu...
Fitria Ilhami Ikromina
Fitria Ilhami Ikromina Mohon Tunggu... -

saya adalah seorang mahasiswa disebuah salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. UTY lah tempat dimana saya menjadi mahasiswi mengambil program studi S1 Teknik Informatika. Saya merantau jauh-jauh ke Yogyakarta agar bisa menjadi pribadi yang mandiri dan berhasil meskipun jauh dari kedua orang tua saya yang tinggal di Kalimantan Tengah. Mungkin saya bisa berjumpa dengan orang tua dan keluarga hanya setahun sekali tapi itu semua tak mengurungkan niat saya untuk bisa menjadi sukses membahagiakan kedua orang tua saya. Karena kebahagiaan merekalah kebahagiaan sejati saya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Siaga Bencana di Pulau Borneo Melalui Sandiwara Radio

17 September 2016   22:23 Diperbarui: 17 September 2016   23:10 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kisahku di Pulau Borneo berawal dari tahun 2000 dimana ku tinggal dikelilingi beribu – ribu pohon sawit yang luasnya berhektar-hektar dan cuaca begitu panas. Namun kebahagiaan slalu aku dapatkan karena meskipun tinggal di sawitan yang jauh dari pusat keramaian tapi slama bersama keluarga kesepian yang tak pernah berujung pada keramaian slalu aku dapatkan. 

Di Pulau inilah masa kecilku berjalan hingga beranjak dewasa seperti sekarang. 16 tahun lalu aku masih kecil belum mengerti perubahan yang terjadi di pulau ku ini memang pulauku tidak pernah terjadi gempa bumi seperti di Yogyakarta  dan Tsunami di Negara cincin api Aceh. Tapi bencana yang sering terjadi adalah kebakaran hutan yang terjadi setiap tahunnya dan pertumpahan darah yang terjadi 15 tahun silam antara dayak dan Madura. Tragedi pertumpahan darah yang terjadi di sampit merupakan tragedi extrem di tanah Borneo sebab puluhan nyawa manusia melayang dan tergelak dimana-mana.  

Saatku SMK diriku merantau ke perkotaan yang dekat dengan keramaian karena ingin mencari pengalaman dan ingin mewujdkan keinginanku untuk mengeluti jurusan Komputer. Di SMK banyak organisasi yang aku ikuti dan mengikuti organisasi diluar yaitu Kader Konservasi Taman Nasional Tanjung putting, dimana  Taman Nasional Tanjung Puting merupakan satu –satunya taman nasional di Kalimantan Tengah disitu orang hutan, dan banyak satwa yang dilindungi. 

Tapi ketika suatu saat aku mengikuti penanaman seribu pohon di Taman Nasional Tanjung Puting hal buruk aku lihat, padahal kami para kader melakukan penanaman seribu pohon untuk menjaga para satwa agar mempunyai tempat berlindung tapi ada sebagian masyarakat perusak yang membakar pohon yang tak bersalah itu untuk ditanamin pohon sawit. Memang pohon sawit  banyak memberikan banyak keuntungan tapi tidak akan menjaga ekosistem di pulau ini. 

Dengan pembakaran hutan dimana hutan menjadi gundul dapat menyebabkan kebanjiran,  tanah longsor dan bencana lainnya. Dan lebih parahnya lagi ketika ku sudah 3 tahun sekolah ada namanya acara perpisahan dimana itulah ujung acara selama mengeyang pendidikan di sekolah menengah akhir, acara ini bisa dikatakan permasalahan dari petualangan dalam kehidupan, namun itu hanyalah opini dari sebagian pelajar karena cita – cita mulai dipertanyakan apa lanjut kuliah atau hanya bekerja karena keterbatasan biaya yang ada. Waktu itu acara perpisahan dilakukan di lapangan terbuka bukan didalam gedung yang megah . Saat itu musim kebakaran hutan jadi asap bertebaran dimana – mana hingga detik- detik acara perpisahan itu diresmikan seketika banyak sekali teman – teman SMK yang batuk, batuknya itu tidak biasa karena batuk disertai darah yang keluar dan banyak dari mereka yang sesak dadanya . 

Dan ketika di priksa ternyata mereka terkena ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan dan akut) . ISPA itu terjadi karena banyaknya asap akibat kebakaran hutan di pulau Borneo yang bisa berakibat fatal buat orang yang menghirupkan . Dan banyaknya bayi yang terkena ISPA lalu meninggal. Selain itu pertumpahan darah terjadi meskipun tidak se extrem pada tahun 2001 tapi ribuan  jiwa menjadi korban akibat pertumpahan darah itu.  Rumah sakit pun tidak sanggup lagi mampu menampung korban – korban yang ada. Acara meriah yang sudah di rencanakan di awal, berubah menjadi acara isak tanggis bagi banyak orang . Saya bersama teman –teman pun ikut berpartisipasi menjadi relawan dan ikut membantu kepolisian dalam mengevakuasi korban. 

Opiniku tentang siaga bencana dengan sandiwara radio yang menjadi pokok penting ataupun yang perlu di bahas secara lebih lanjut mengenai “Trik menghadapi Bencana”. Untuk trik menghadapi bencana itu sendiri seperti terjadinya kebakaran hutan dan pertumpahan darah yang ada di pulau Borneo ini. Namun juga bencana-bencana yang lain seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir, gunung meletus dan bencana – bencana lainnya. Meskipun di Kalimantan tidak pernah terjadi banjir tapi ketika hutan habis karena kebakaran kemungkinan besar pula Kalimantan bisa tenggelam dan lebih parahnya lagi bisa menjadi padang pasir. 

Dari data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menujukan bahwa, 153 kabupaten/kota berada pada tingkat bahaya tinggi ( 60,9 juta jiwa), 232 kabupaten/kota berada di tingkat bahaya sedang (142,1 juta jiwa). Dan kalau sudah ada prediksi seperti ini tentunya yang bisa di lakukan adalah selalu siaga sebelum bencana, saat bencana,dan setelah bencana hingga pulih kembali. Oleh karena itu yang di butuhkan saat ini yaitu trik  dan pengantisipasian menghadapi bencana yang tepat.  Salah satu media yang bisa menjadi trik yang tepat adalah Media Sandiwara Radio. Bagi Generasi serba teknologi sekarang. Jika kita lihat hanya dengan satu sudut pandang saja, tentunya Media Sandiwara Radio tidak layak menjadi media menghadapi bencana karena sudah terlalu jadul. 

Namun itu jika di lihat dengan satu sudut saja, jika di lihat secara menyeluruh dengan kata lain dari berbagai sudut pandang. Maka Media Sandiwara Radio masih bisa di sosialisasikan ke masyarakat, sebagai bentuk program siaga bencana yang di terapkan oleh BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) sebagai badan pemimpin dalam program siaga bencana dengan didukung berbagai pihak, termasuk lembaga Kepoliasian, Pemerintahan komunitas. Dengan memanfaatkan siaran radio  dapat menjangkau masyarakat yang berada didaerah terpencil. Namun, saat ini era serba teknologi sekarang sudah sangat modern sehingga peminat radio sudah sangat jarang. 

Saat ini masyarakat tak lepas dari smartphone yang mudah dibawa kemana-mana. Sehingga waktu untuk mendengar radio sangat jarang. Selain itu Televisi sudah menjangkau sebagian besar masyarakat pedesaan sehingga peminat yang mendengarkan radio beralih untuk melihat banyaknya acara di Televisi. Kasus ini bisa dibuktikan saat berkunjung kerumah-rumah masyarakat pedesaan yang sudah ada Televisi sehingga radio menjadi barang simpanan yang tak lagi berguna. Untuk itu solusi agar peminat radio kembali digemari oleh masyarakat adalah memberikan  iklan  radio yang menghibur dan menarik  di Televisi agar tetap memanfaatkan radio sebagai media informasi tercepat, tercanggih dan alamiah dibandingkan Televisi. 

Meskipun untuk sekarang  radio sudah ada didalam perangkat android, iphone, maupun yang lainnya tapi perangkat tersebut masih kurang dalam menjangkau semua stasiun radio. Dengan memanfaatkan radio sebagai pusat sumber berita utama tercepat yang slalu update  dapat menyaingi Televisi maupun smartphone. Dengan demikian, kecanggihan radio akan kembali digemari masyarakat dan memudahkan BNPB dalam memberikan informasi bencana setiap saat. 

Jika hal ini belum berhasil dapat diaktualisasikan BNPB dapat bekerjasama dengan layanan operator yang ada di Indonesia sebagai wujudu perhatian terhadap pelanggannya. Adapun bentuk pelaksanaannya dapat berupa pesan singkat saja sehingga masyarakat waspada terhadap setiap bencana. Sehingga semua masyarakat tetap slalu waspada dan siaga terhadap bencana. Karena tidak setiap saat semua orang mendengarkan radio karena kesibukannya bekerja, sekolah dan lain sebagainnya.

Untuk masyarakat yang akan menjadi sasaran disini adalah masyarakat non teknologi yaitu masyarakat yang masih jauh dari kota yang tidak tahu akan teknologi. Misalnya saya beri contoh masyarakat yang berada di sawitan dan keterbatasan listrik, namun mereka yang tinggal di sana adalah orang-orang yang kurang mengikuti perkembangan teknologi, atau bahkan tidak tahu sama sekali.Untuk itu perlu juga diadakan sosialisikan mengenai Sandiwara Radio kepada masyarakat. 

Dengan artian bahwa dalam sosialisasi ini tidak semua kalangan di beri soialisasi yang sama atau di pukul rata antara kalangan generasi teknologi dengan kalangan generasi non teknologi,  karena setiap kalangan memiliki pengetahuan sendiri-sendiri. Jadi lebih terstruktur lagi harus diperhatikan agar media sandiwara radio ini efektif dalam memberikan edukasi dan filter kepada masyarakat.  BNPB harus mempunyai cara untuk menyampaikan sosialisasinya kepada masyarakat yang di maksudkan agar BNPB memiliki gambaran mengenai sifat masyarakat di setiap daerah yang berbeda-beda mulai dari masyarakat teknologi dan non teknologi. 

Adapun hal-halnya perlu di kenali terlebih dahulu adalah adat dan kebiasaan masyarakat setempat. Target Pendengar antara masyarakat teknologi dan non teknologi harus di pisah agar lebih efektif. Setelah mengenali para pendengar BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana)  bisa langsung mengelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan dan penghasilan. Survey Popularitas Program Seperti halnya materi dari BPNB yang sudah saya baca, survey ini juga menjadi faktor penentu dari keefektifitasan progam. 

Di sini bahwa survei yang di maksud di sini adalah survey yang di lakukan ke kalangan generasi serba teknologi, karena kalangan inilah yang nantinya akan terdapat banyak perbedaan pendapat, mengingat bahwa tekhnologi yang semakin canggih. Sedangan uktuk masyarakat non teknologi lebih menekankan tentang pentingnya keselamatan dan untuk kalangan generasi teknologi bisa lebih ke pemanfaatan smartphone sebagai alat serbaguna dan lain-lain. 

Untuk faktor penentu lainnya seperti, pemilihan stasiun radio, jam tayang, siaran langsung dan lain-lain hanyalah masalah teknis saja, yang nantinya akan mengikuti ketika trik yang sudah di sebutkan di atas terpenuhi dengan baik. Kemajuan zaman yang begitu pesat membuat manusia lebih bervariasi dalam berfikir dan menilai sesuatu, oleh karenanya tugas dari sebuah sistem BNPB adalah bagaimana BNPB bisa menyesuaikan dari tiap kalangan yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Jika program ini berhasil, secara tidak sadar BNPB telah menanamkan kembali budaya mendengar yang mulai di tinggalkan sering berjalannya waktu.

Untuk itu dengan adanya media sandiwara radio sebagai media yang  slalu siap siaga dalam menghadapi bencana dapat membuat masyarakat menjadi tahu bahwa media yang telah lama ditinggalakan karena amat sangat jadul sekarang bisa menjadi sumber informasi tercepat dan terupdate untuk saat ini. Selain itu sandiwara radio bisa menjadi media yang memliki nilai positif karena hanya suara yang akan didengar tanpa melihat gambar – gambar yang tak seharusnya dilihat. Dengan adanya sandiwara radio juga dapat mengangkat teknologi – teknologi lama yang dahulu sangat popular tapi sekarang tiada arti karena banyaknya teknologi canggih saat ini tapi kita mengangkat kembali teknologi dahulu menjadi teknologi tren saat ini.  

Facebook

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun