Feminisme bukan sekadar himpunan tuntutan perempuan untuk hak-hak yang setara dengan pria. Lebih dari itu, feminisme adalah seruan emosional untuk menjelajahi dan menerapkan rasa kesetaraan tanpa memandang batas gender. Ketika kita menjelajahi dimensi emosional dalam konteks feminisme, kita mendapati bahwa rasa kesetaraan tidak terbatas pada perjuangan perempuan semata, namun melibatkan semua individu tanpa memandang identitas gender mereka. Dalam perjuangan ini, perasaan empati dan solidaritas tidak terbatas pada pengalaman satu kelompok gender saja, melainkan mencakup spektrum luas dari pengalaman manusia. Kita belajar untuk merasakan beban kegembiraan bersama sebagai satu kesatuan manusia.
Melalui feminisme, kita merayakan keberagaman identitas gender dan merangkul keunikan setiap individu. Menurut komunikolog Dr. Geofakta Razali dalam Kelas Penulisan Berita yaitu, "Gerakan feminisme dapat menciptakan ruang untuk mengeksplorasi rasa kesetaraan tanpa memaksa individu untuk terjebak dalam stereotip gender yang sempit." Hal tersebut dapat menunjukkan rasa kebebasan untuk menjadi diri sendiri, terlepas dari ekspektasi sosial terkait apa yang dianggap 'layak' untuk seorang pria atau wanita, adalah inti dari revolusi emosional ini. Rasa kesetaraan di dalam feminisme juga melibatkan perjuangan melawan ketidakadilan gender yang dialami oleh semua individu. Baik itu perempuan yang berjuang melawan ketidaksetaraan upah atau pria yang berjuang bahwa rasa kesetaraan adalah hak fundamental yang bersifat universal. Perasaan keadilan menjadi pemicu untuk menantang norma dan struktur yang tidak adil.
Dalam menjelajahi rasa kesetaraan tanpa batas dalam feminisme adalah panggilan untuk menolak ketidakadilan gender dalam segala bentuknya. Ini bukan hanya tentang memperjuangkan hak-hak perempuan, melainkan tentang menciptakan masyarakat di mana tak seorang pun harus mengalami diskriminasi atau ketidaksetaraan berdasarkan jenis kelamin. Rasa kesetaraan yang kita eksplorasi dalam feminisme adalah komitmen untuk membangun dunia yang melibatkan setiap individu dalam perjalanan menuju keadilan yang hakiki. Ketika semua individu merasa dihargai dan setara, masyarakat menjadi lebih kuat dan berkelanjutan. Feminisme dalam esensinya merupakan pemimpin dalam menuju dunia di mana rasa kesetaraan mengalir sebagai sungai tak terbatas yang mempersatukan semua manusia, tanpa memandang jenis kelamin.
Saya Fitria Maharani Zagita merupakan mahasiswa aktif di Institut STIAMI jurusan Manajemen Komunikasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H