Pergilah, aku melepasmu.
Ikutilah kemana angin membawamu terbang bersama takdirmu.
Usah tengok ke belakang, karena kehidupan barumu ada di depan.
Tumbuhlah dengan baik, lalu berkembanglah secerah mentari yang menyapamu setiap pagi.
Tersenyumlah dan berbahagialah.
Hingga suatu hari, kau pun akan belajar bagaimana cara untuk melepaskan, seperti caraku dulu saat melepasmu.
Aku, sebatang dandelion yang diterpa angin kemarin.
Karena Dandelion bukan tumbuh untuk kemudian ditinggalkan, melainkan ia tumbuh untuk memberikan kehidupan, bagi generasi penerusnya, bagi kehidupan semesta.
Kepadanya, ia ajarkan ketegaran dan kerendahan hati.
Meski kecantikannya tersembunyi di sela-sela ilalang.
Ia tak pernah berhenti memberi senyum dan kecerahan pada cahaya.
Bahkan angin yang menerpa tak membuat ia lantas terlarut dalam duka, meski ia harus melepaskan dengan rela kehidupan kecil yang pernah menemaninya, melemparkan biji-bijinya larut dalam hembus angin, terbang tinggi membelah birunya angkasa, menempuh perjalanan panjang dan berliku, menuju tanah tujuan.
Tanah yang akan menjadi tempatnya berpijak dan tumbuh dengan ketegaran, seraya menanti percikan hujan yang akan menggeliatkannya untuk memulai kehidupan.
Dandelion yang kecil, meski angin kehidupan menerpa, itu bukanlah sebuah akhir, melainkan ia adalah awal sebuah kehidupan, terbanglah tinggi dan pergilah jauh, raihlah hidup yang baru di tanah impian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H